nine

1.1K 83 4
                                    

Jeno melihat jelas raut wajah Renjun yang murung dengan senyuman kecut di wajahnya.

Ingin bertanya tapi dia takut Renjun semakin murung, sudahlah. Dia mendekat memeluk Renjun erat.

"Kenapa murung hm?" tanya Jeno entah ini pertanyaan yang salah atau tidak.

Suara lembut berserta tangan kekar yang melingkar membuat Renjun menoleh. Wajah mereka hampir tak berjarak sekarang. "AAAAAAA" Renjun berteriak membuat Jaemin dan Jeno terkejut.

Jaemin menghampiri Renjun meninggalkan game. "Jeno apa yang lo lakuin ama Renjun hah?!" Jaemin menggendong Renjun posesif.

Jeno curang. Bisa bisanya dia mendahului Jaemin kakak kan harus mengalah pada adik.

"Heh! Siniin Renjun gw!" oh, selamatkan Renjun sekarang dia sudah pusing dengan pertengkaran mereka.

Dan sekarang Renjun berakhir dipangku Jaemin. Jeno? Tentu, dia memasak. Apalagi kalau bukan karena Jaemin bilang akan gantian.
Benar benar Jeno diakali oleh kembarannya ini.

Jeno menatap gemas Renjun yang sedang makan, pipi dia menjadi gembul saat makan. Gemas. Jeno ingin menerkam Renjun saja rasanya.

Renjun yang merasa diperhatikkan berbalik menatap Jeno. "Napa lu natap gw dah?" Renjun heran dengan si kembar kalo tidak menatap pasti memeluk , mencium pipi , atau menggendong Renjun.

Kelakuan aneh memang si kembar ini.  Pikir Renjun dulu tapi sekarang ia berpikir mereka gila.

Jeno menatap penuh cinta mata Renjun. Indah dan cantik mata Renjunnya bisa dibilang sempurna.

Jeno yakin banyak yang akan setuju saat dia berucap seperti ini.

"Jun pengen adat apa nanti kalo nikah?" reflek Jeno. Renjun langsung tersedak seketika bahkan Jaemin melotot kaget.

"Jen lo gak gilakan?" Jaemin sungguh tak percaya dengan Jeno kembaran aneh dia.

"Eh? Jun maaf!" Jeno tak peduli ucapan Jaemin, ia menyodorkan minuman kearah Renjun.

Renjun mencerna sejenak. "Lo mau nikahin gw?" tanya kaget Renjun dengan tangan di kedua pipi dia.

Telinga Jeno memerah. Astaga apa yang dia katakan tadi sudah gila sekali dirinya ini pasti Renjun menganggap aneh Jeno sekarang.

"Emm reflek sumpah!"

"Berarti itu yang ada di pikiran lo?!"

"Gak sumpah Jun tadi cuma kepicut mata indah lo doang" '𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘭𝘰 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘴𝘪𝘩' batin Jeno dalam hati dengan senyum bulan.

Renjun bergidik ngeri kalau bukan karena dia sendirian sudah Renjun usir mereka. Tak habis pikir Renjun kenapa bisa bertemu sama si kembar menyebalkan.

Pagi ini Renjun menghindar dari mereka mulai dari berangkat pagi pagi ke kuliah bahkan disapa dia menjadi sok cool.

Renjun tak mau terlibat lebih pada si kembar apalagi sampai menjadi teman. Amit amit.

Musuh harus tetap musuh pikir Renjun.

Sebelum dia sadar bahwa kursi mereka berdekatan. Sial. Ini pasti kemauan dosen agar tidak memakan banyak ruang.

Si kembar tersenyum senang. Memang mereka yang mengusulkan seperti ini dan dosen itu setuju.

'𝘈𝘢𝘢 𝘨𝘸 𝘥𝘶𝘥𝘶𝘬 𝘥𝘦𝘬𝘦𝘵 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘢𝘮𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢, 𝘴𝘪𝘢𝘭 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘦𝘵 𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘨𝘸!' batin Renjun yang duduk melamun.

Si kembar tau isi pikiran Renjun. Kasian, niat untuk menghindar malah semakin dekat karena mereka berdekatan dan tugas kelompok.

Renjun memutuskan untuk ke rumah Jeno dan Jaemin saja, pasti ada orang tua yang mengawasi mereka.

Namun, berbeda dengan fakta bahwa orang tua si kembar juga pergi ke Jepang mengurus sesuatu.

Kalau tau begini ia akan menyuruh Jeno dan Jaemin ke rumahnya. Bodoh, sekali dirinya ini percaya pada kedua anak menyebalkan.

Baru sampai saja Jeno sudah menggendong Renjun dengan alasan 'takut jatuh' apaan dikira Renjun bocah usia 1 tahun yang tidak bisa naik tangga.

Bahkan kini dirinya tak dilepas saat duduk. Oh, Ya Tuhan kenapa ia harus ditakdirkan bertemu mereka?

"Jeno lepas!" tegas Renjun ia malas berdebat jika Jeno tidak melepaskan.

"Iya iya sayang" suara lembut Jeno membuat Renjun bergidik merinding.

Renjun dengan cepat duduk di tengah tengah mereka. Mau duduk di sampin Jaemin saja mereka harus bertengkar, mau tak mau Renjun ditengah keduanya duduk.

Beberapa jam Renjun tidak makan dan minum untuk mengerjakan kerja kelompok mereka. Ia ingin cepat cepat selesai lalu pulang.

Berbeda dengan si kembar yang menatap Renjun tajam. Renjun menolak makan maupun minum. Mereka tidak suka.

"Renjun makan..." Jeno berusaha lembut jika benar Renjun masih menolak ia akan langsung menggendong dan Jaemin yang menyuapi Renjun paksa.

Dan benar Renjun menolak, seperti rencana mereka tadi Jeno menggendong dan memangku Renjun sedangkan Jaemin menyuapi makanan Renjun.

"Gak mau!" Renjun memalingkan wajahnya ia sedang diet dan memang ingin menyelesaikan tugas hari ini juga.

Jaemin menghela nafas ia kini memakan bubur dan langsung mencium Renjun memberikan makanan lewat ciuman.

Jaemin juga melumat Renjun, mengabsen setiap gigi Renjun. Benar benar rapih.

Jeno juga sama ia tak mau kalah hingga suasana memanas mereka membuat Renjun seperti patung sekarang setelah apa yang mereka perbuat tadi hingga beradu lidah dengan Renjun.

Membayangkannya saja Renjun sudah malu. Renjun dengan cepat bergegas pergi namun, tangan kekar milik Jeno dapat membuat Renjun tidak bisa lepas.

"Lepas Jeno!" Renjun meninggikan suaranya. Renjun berpikir perlakuan tadi, malu ada kesal juga ada itulah yang Renjun rasakan sekarang.

Jeno menangkup wajah Renjun. "Maaf Renjun kami benar benar minta maaf"

Renjun menepis tangan Jeno entah kekuatan dari mana. Tapi dia sebenarnya menikmati ciuman itu jika tak teringat Guanlin.

"Ck! Jeno gw bilang lepas!"

"Coba Renjun pake aku kamu, tengang bakal dilepas" perintah Jeno malas Renjun jawab.

"Jeno, aku mau pulang...." Renjun menahan kemarahannya.

Ingin rasanya menendang kedua lelaki bertubuh tinggi sekaligus kekar. Tapi takut malah Renjun yang ke rumah sakit akibat mereka nanti.





























































𝑹𝒆𝒏𝒋𝒖𝒏 𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌 𝒔𝒊𝒂𝒑𝒂? 𝑴𝒊𝒍𝒊𝒌 𝒂𝒖𝒕𝒉𝒐𝒓 𝒂𝒉𝒂𝒉𝒂 :>

ENEMY | Norenmin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang