ten

1.1K 76 1
                                    

Beberapa hari telah berlalu, Renjun dan si kembar semakin dekat. Teradang Renjun menjauh dari mereka, sialnya tidak bisa.

Mereka licik menggunakan anak lain menjadi mata mata dimana Renjun berada.

Tak.

Tak.

Tak.

Renjun menghela nafas membuang rasa lelah dan kawatir. Yoshi sejak beberapa hari tak terlihat sama sekali.

Pikiran Renjun berpikir aneh, Apa yang terjadi pada Yoshi? Itu yang selalu ada di kepala Renjun.

Wing.....

Sirine tanda akan ada pemberitahuan.

"𝐴𝑛𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑎𝑘 𝑘𝑖𝑡𝑎 𝑘𝑒ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑌𝑜𝑠ℎ𝑖 𝑖𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑔𝑖 𝑝𝑢𝑘𝑢𝑙 6 𝑗𝑎𝑑𝑖 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑖𝑛𝑖 𝑘𝑎𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑏𝑜𝑙𝑒ℎ𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ 𝑑𝑎ℎ𝑢𝑙𝑢"

Deg.

Deg.

Deg.

Renjun berlari mengambil tasnya hendak mengecek sendiri berita tersebut. Tidak. Mana mungkin Yoshi meninggalkannya.

"Papa jemput!"

📞 : "Renjun kita kerumah Yoshi. Kamu bisa bersama temanmu saja kan?"

"Ck!" Renjun berdecak, mereka memang sudah pulang 3 hari yang lalu tapi sibuk terus menerus tanpa henti.

Hingga tangan kekar menarik dia. Tentu, Jeno lah si tangan kekar itu siapa lagi kalau bukan dia?

Jeno menarik Renjun kedalam mobil. Renjun tak ada perlawanan ia masuk mobil si kembar dengan isak tangis yang tidak bisa ditahan lagi.

"Jaem? Yoshi ninggalin Renjun...." suara lembut dengan isakan membuat Jaemin ingin menangis.

Andai Renjun tau bahwa mereka juga penyebab Yoshi meninggal. Akibat pukulan tanpa henti.

Mereka sungguh tidak tau Yoshi memiliki penyakit hingga kini ia meninggal.

Menyesal? Tentu.

"Apa yang kalian lakukan pada Yoshi?" pertanyaan Renjun membuat si kembar kaget.

"GW TANYA APA YANG KALIAN LAKUKAN PADA YOSHI?" Renjun begitu marah nafasnya tidak beraturan.

"Kami membully nya" satu kata dari Jaemin membuat Renjun menangis.

"BNGST! KALO TAU SEPERTI INI GW GAK SUDI DI MOBIL KALIAN SIALAN!" rasa sakit melanda dirinya bagaimana pun Yoshi lah teman pertama dia. Teman satu satunya.
















































Tik.

Tik.

Tik.

Hujan turun disaat Yoshi sudah dikubur.

Renjun tak berniat berteduh maupun berpayung. Ia menangis di saat hujan turun begitu deras, teman terbaik yang akan Renjun ingat. Memang baru beberapa kali mereka bertemu tapi perasaan Renjun tidak bisa bohong, Yoshi adalah teman pertama dan orang yang ingin dia jaga.

Namun gagal Renjun gagal menjaga Yoshi ia memang pantas disebut teman yang buruk.

Si kembar mengambil payung mereka menggunakan payung masing masing agar nanti Renjun di tengah mereka dan tidak kehujanan.

Merasa ia tak terkena air hujan. Dia mendongak menatap mata kedua lelaki dengan tatapan sendu padanya.

"Pergi!" perintah Renjun yang tidak dituruti mereka. "Gw bilang pergi lo budeg?!"

"Renjun...." lirih Jaemin ia menatap sendu ke arah Renjun. "Jaem udah tugas kita cuma buat payungin bukan ngomong"

Renjun pergi begitu saja ia tidak ingin melihat kedua lelaki jahat tukang bully itu. Ia masih tidak habis pikir apakah membully itu hal lucu? Apa asiknya membully orang lemah seperti Yoshi? Itu keterlaluan seharusnya mereka sadar mental mereka bisa terganggu hanya karena dibully. Karena ia juga pernah merasakan.

'𝘑𝘢𝘩𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘫𝘢𝘩𝘢𝘵 𝘠𝘰𝘴𝘩𝘪 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘨𝘸 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 ? 𝘓𝘰 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘨𝘸 𝘨𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘵𝘦𝘮𝘦𝘯 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘪𝘯 𝘭𝘰, 𝘨𝘸 𝘮𝘢𝘶 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘵𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨, 𝘨𝘸 𝘮𝘢𝘶 𝘭𝘰 𝘥𝘢𝘮𝘱𝘪𝘯𝘨𝘪 𝘨𝘸 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘥𝘪𝘩, 𝘨𝘸 𝘤𝘶𝘮𝘢 𝘮𝘢𝘶 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘶𝘴𝘢𝘩 𝘺𝘢?' batin Renjun, ia berjalan pulang tidak menggunakan mobil atau motor.

BRAK

Pintu terbuka keras membuat orang tuanya bangkit. "Ck! Pergi ke rumah Yoshi?! Kalian saja tidak ada disana!!" Chenle turun tapi ia berhenti di tangga ke empat.

"APA YANG SELALU KALIAN PENTINGKAN HAH?!" suara Renjun begitu menggelar seisi rumah. "Renjun papa memang ingin kesana sayangnya pekerjaan papa menumpuk hari ini..."

"Jadi maksut papa perkejaan jauh lebih penting daripada temanku dan aku yang kehujanan?" tanya Renjun dada nya begitu sesak melihat kedua orang tua dia sedang bermain laptop.

"Renjun...." suara lembut milik bundanya ia hiraukan begitu saja.

"Aku anak kalian kan? Tapi kenapa aku serasa anak pungut yang kalian ambil dari tong sampah?!"

"Renjun tenangkan dirimu!" dengan nada tinggi milik sang papa, Renjun hanya tersenyum miris. "Tak bisakah kalian mengantarku ke rumah Yoshi? Aku terkadang berpikir papa pekerjaan apa yang selalu membuat mu melupakan keberadaanku"

Air mata Renjun berhasil membasahi pipi cubby itu. Tubuh mungil dia juga bergetar menahan dingin.

"Sakit......papa bilang papa peduli injun...nyatanya mengantar saja tidak mampu" sinis Renjun di akhir kalimat.

Sedangkan Renjun marah, si kembar tengah mendengar segala teriakkan menyakitkan milik Renjun.

Dada mereka terasa sakit tanpa pikir panjang, mereka masuk menarik Renjun kedalam pelukan. "Maaf tuan saya izin membawa Renjun"

Papa Renjun tanpa ragu mengangguk dengan gampangnya kembali melihat laptop milik papa Renjun. Papa? Itu tak pantas untuknya.

"Sudah Renjun, lo udah dirumah gw..." Renjun menggeleng dipelukan Jaemin. "Maaf ini semua salah kami" permintaan maaf keduanya tidak dijawab Renjun.

"Gw pengen bahagia" satu kata menyakitkan Renjun kembali membuat mereka sesak di dada.

"Gw pengen hidup tenang, gw pengen dipedulikan orang tua, gw pengen mereka tau gw juga punya kemampuan" elusan diberikan kepada Renjun. Rasanya pasti sakit menjadi Renjun.

"Gimana udah tidur?" tanya Jeno melirik Renjun dipelukan Jaemin. "Udah, Jen gw takut Renjun benci kita"

"Benci?"

"Ya benci, kita ngebully Yoshi dan dare dari Mark saja belum kita laksanakan" Jeno terdiam ia tidak berpikir jauh.

Bundanya yang menatap itu semua mulai menyadarkan sang anak dari lamunan. "Sadar, bawa Renjun ke kamar kalian ya? Biar dia istirahat" Bunda si kembar memang begitu menyayangi Renjun melibihi sang anak sendiri.

"Tidur yang nyenyak Renjun...." mereka berdua menutup pintu perlahan setelah memastikan Renjun tertidur tanpa ada gangguan.



















































Jelek ya cerita author? Maaf, author baru pertama kali buat soalnya.
:)

ENEMY | Norenmin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang