𝐛𝐨𝐧𝐮𝐬 𝐩𝐚𝐫𝐭 2

786 45 1
                                    

𝐃𝐢𝐬𝐢𝐧𝐢 𝐚𝐤𝐮 𝐬𝐞𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐦𝐚𝐮 𝐧𝐚𝐧𝐲𝐚𝐢𝐧 𝐬𝐢𝐡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝐃𝐢𝐬𝐢𝐧𝐢 𝐚𝐤𝐮 𝐬𝐞𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐦𝐚𝐮 𝐧𝐚𝐧𝐲𝐚𝐢𝐧 𝐬𝐢𝐡.
𝐏𝐮𝐛𝐥𝐢𝐬𝐡 𝐨𝐫 𝐆𝐚𝐤 𝐮𝐬𝐚𝐡? 𝐁𝐢𝐧𝐠𝐮𝐧𝐠 𝐣𝐮𝐠𝐚 𝐬𝐨𝐚𝐥𝐧𝐲𝐚 𝐚𝐤𝐮 𝐩𝐮𝐧𝐲𝐚 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐢𝐝𝐞 𝐥𝐚𝐢𝐧.

𝐤𝐞𝐦𝐛𝐚𝐥𝐢 𝐤𝐞 𝐑𝐞𝐧𝐣𝐮𝐧.

Renjun tengah berbaring di sofa ruang keluarga sembari memakan cemilan dan menonton tv, ia sedang tidak mood hari ini.

Tidak tau karena apa, bahkan anak anaknya saja cukup heran dengan perilaku yang sering mendadak.

"Gak mungkinkan mama hamil?" tanya Jigar raut wajahnya cemas, posisi dia sebagai si bontot lucu dan imut tidak boleh tergantikan.

"Anjeng, yakali! Kalian aja udah bikin gw mumet tujuh turunan apalagi nambah satu anak durjanah lagi" Reza berucap terang terangan yang pasti adiknya langsung menendang dia akibat rasa tidak ikhlas merawat mereka.

Padahal jika dipikir pikir mereka baik, kalem, dan tidak nakal. Kenapa kakaknya ini selalu mengeluh? Cih, tidak bersyukur.

Jeran tertawa melihat Reza yang sudah menatap tajam adik adiknya, mereka ini memang titisan durjanah hingga tidak ada rasa menolong.

"Kenapa kalian?" tanya mamanya yang hendak mengambil minum.

"Eh? Itu---" Jeran ingin menjelaskan sebelum mulutnya di tutup menggunakan tangan.

Sekarang ia terlihat seperti bebek, "Masa tadi ma, abang di tendang dan gak ditolongin" Jigar selaku anak bontot membela diri dengan mengatakan bahwa Jeran yang melakukannya.

Tentu, berakhir begitu manis. Jigar dan Reza hanya tertawa melihat Jeran sudah membersihkan rumah dengan raut wajah datar.

"HAHAH MAMPUS! SELAMAT MENIKMATI HUKUMAN YANG SERING LO KASIH KE KITA..." sungguh kalau bukan karena mamanya tengah berdiri melihat gerak geriknya.

Dijamin sudah Jeran lempar ke negara orang lain agar jauh jauh dari hidup dia yang seharusnya damai.

"Sabar bang Jer, tapi gw setuju bang Rez. Wleee" ejek Jigar menjulurkan lidahnya.

'𝘈𝘸𝘢𝘴 𝘢𝘫𝘢 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯! 𝘎𝘸 𝘬𝘦𝘵𝘦𝘬𝘪𝘯 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘣𝘪𝘢𝘳 𝘮𝘢𝘮𝘱𝘶𝘴 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯' batin Jeran tersenyum tipis memikirkan ide jahanamnya.

Malam tiba, Jeran selalu saja diam-diam ingin keluar untuk sekedar balapan. Walaupun, agak ragu juga sih, taulah mamanya ini sudah pasti tau kebiasaan dia.

Yang benar saja, mamanya sedang tersenyum di depan pintu, alisnya ia naik turunkan untuk mempertanyakan sang anak kenapa disini.

"Ngapain hm?" tanya Renjun, ia memegang sapu bersiap anaknya jika nanti lari kabur.

Tentu, Jeran meneguk ludahnya sendiri. Oh astaga mamanya ini benar benar seram sekali, tapi kenapa juga bisa menggemaskan di satu tempat ya?

Ah, Jeran bodoh. Ia harus sadar dirinya sedang dalam bahaya bukannya malah memekik gemas pada mamanya ini.

Memang kalau anak cinta ibu ya gini, terlalu bucin hingga tak tau Renjun sudah terlihat kesal menunggu jawaban sang anak.

"JERAN!" sontak teriakkan Jaemin membuat Jeran terkejut setengah mati, jantunya hampir saja turun kebawah akibat Jaemin.

"Mama kamu itu nanya! Bukannya diem dan muja muja mamamu!" Jaemin cemburu iya, tapi bagaimana pun dia tidak boleh egois.

Selain jika anaknya berniat menikahi Renjun, di pastikan mereka sudah di keluarkan dari rumah.

"Hehe, maaf ma. Niatnya sih mau keluar balapan tapi gak jadi deh, ayo ma nyanyiin lagu tidur biarin ayah ama papa mewek minta di puk puk!" Renjun tertawa lalu memberikan sapu miliknya ke Jaemin, dia langsung ditarik sang anak ke kamar.

"Kalau bukan anak gw udah gw hajar tuh anak! Udah tau kita pengen di puk puk bukannya ngalah malah ngejek, emang durjanah anak satu ini!" omel Jaemin tak terima jatah dia dan Jeno di ambil begitu saja oleh Jeran sang anak.

Lihat saja, Jaemin akan membalas dendam dengan bermesraan bersama Renjun setiap hari. Kalau libur sih.

Jeno menuruni tangga, ia tengah mencari Renjun tapi setelah melihat Jaemin sepertinya dia tau kemana Renjun berada.

"Siapa?" tanya Jeno ingin tau dikamar siapa Renjun berada sekarang.

"Jeran, anak dakjal level 1.000"

Tanpa babibu Jeno pergi ke kamar Jeran, anaknya satu ini kelewat keterlaluan. Padahal mereka sudah lelah menunggu akibat Renjun yang tau kebiasaan sang anak Jeran.

Namun, Renjun malah dicolong begitu saja oleh sang anak!

BRAK.

Jeran yang baru tidur seketika terbangun, oh no. Ia lupa papanya begitu menakutkan jika berurusan dengan sang mama.

Bodoh.

Itulah yang ia terus membantin tidak henti hentinya, renjun? Ia hanya tertawa melihat tingkah anak dan suaminya.

Renjun mengecup kening Jeran, menarik Jeno agar tidak memarahi sang anak yang sudah mengantuk, sepertinya.

"Nyebelin! Kamu ngapain ama Jeran tadi?!" Jeno yang tadi galak kini berubah menjadi raut bagaikan anak kecil.

"Hahah, gitu aja terus! Musuhan mulu ama anaknya, mana Jaemin?" baru saja dirinya bertanya Jaemin dengan cepat langsung berada di sebelah Renjun.

Baiklah, Renjun seperti tengah dikawal oleh dua si kembar J sekarang.

-The End-

Hidup mereka telah bahagia hingga seterusnya, jadi tak perlu kawatir lagi.

ENEMY | Norenmin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang