Hallow! 💋
Pa kabs smuaah?!!aku asik ya, asik sendiri 😭
gapapa deh garing, yg penting ak senang
hwhwhw- Selamat reading! ✨ -
Sudah sebulan lebih berlalu, tidak ada perkembangan berarti antara Rai dan Nala. Rai yang cuek dan Nala yang mendadak kikuk dan kaku kalau sedang berhadapan dengan Rai.
Nala juga jadi tau, kalau Layla itu tidak sehebat keliatannya. Nala heran bagaimana bisa Rai bertahan berteman dengan Layla.
Nala menguap pelan mendengarkan penjelasan gurunya didepan. Ia melirik Rai yang memperhatikan dengan serius. Duh, gantengnya.
"Bagaimana? Sudah paham dengan tugasnya?"
Nala melek mendadak. Tugas? Apa tugasnya? Ini Nala saking fokusnya melamun sambil lirik lirik manja kearah Rai, sampai tidak ada sedikitpun suara dari gurunya yang masuk ke kuping.
Nala bergumam pelan, bermaksud bertanya pada Winna, "Tugas apa?"
"Tugas kelompok."
Nala menoleh keasal suara. Asalnya dari sebelah kiri. Suara laki laki. Siapa lagi kalau bukan Rai?
Tak ia sangka, pertanyaannya dijawab oleh Rai. Mimpi apa Nala semalam?
Tunggu, ini bisa saja halusinasi. Nala menggosok gosok telinganya. Namun, suara berikutnya membuat ia tersadar bahwa ini benar benar nyata.
"Lo kenapa?"
Rai benar benar berbicara pada Nala! Astaga, astaga, astaga! Bagaimana ini. Tenang, tenang. Tarik napas, buang.
Nala tidak boleh membuang kesempatan langkah ini. Jadi, ia lekas merespon, "Nggak apa apa."
Rai kembali mengalihkan pandangannya kedepan. Yah, kenapa hanya segini saja obrolannya.
Nala memutar otak, mencari topik. Ketemu! "Em, Rai, materinya apa, ya?"
Nala menipiskan bibir saat Rai hanya meliriknya. Apa Rai terganggu, ya? Seharusnya tadi Nala tidak usah sok mencari topik saja. Pasti Rai ilfeel.
"Seharusnya tadi gue nanya sama Winna aja."
"Kerajaan hindu-buddha." Tak ia sangka, Rai menjawabnya.
Nala yang awalnya sedikit murung, sekarang berusaha menahan senyumnya. Ia akan mencoba bertanya lagi, "Kerajaan apa?"
Rai diam. Mendadak Nala kembali menyesal bertanya. Tapi, kali ini ia tetap optimis menunggu jawaban.
"Belum tau." Tuh, kan! Ternyata secuek apapun Rai, dia tidak akan mengabaikan orang lain, meski merespon dengan wajah tidak ramah. Duh, Nala senang sekali.
"Lain kali nyimak, Nala. Jangan cuma ngelirik lirik sana sini." Lanjut Rai.
Nala memproses ucapan Rai yang terdengar sinis. Ia mulai menganalisis, kalimat yang keluar dari mulut Rai tadi.
"Lain kali nyimak, Nala."
"Nyimak, Nala"
"Nala."
"Nala."
Loh? Rai kenal Nala?
Dalam hati, Nala bersorak! Astaga! Nala meremas tangannya yang lain. Nala berusaha menahan keinginan jiwanya yang ingin selebrasi. Ia tidak bisa meloncat loncat gila disini. Selanjutnya, kalimat yang kedua.
"Jangan cuma ngelirik lirik sana sini."
Perlu digaris bawahi di bagian 'ngelirik lirik'. Jadi .... Rai sadar? Ah, Nala malu. Bagaimana ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Nala's Crush
Random"Confes? Apa itu? Martabak varian baru kah?" Nala ingin move on, setelah bertahun tahun menyukai Rai, tapi tidak pernah ter-notice. Terlebih ditahun ajaran baru nanti, Nala yakin 100% tidak akan satu sekolah lagi dengan Rai. Tapi keyakinan Nala run...