BAGIAN 13 : Bucin

61 11 2
                                    

- Selamat reading! ✨ -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Selamat reading! ✨ -

"Gue nggak suka pas lo punya mata panda. Lucunya berkurang 0,01%. Kalau lo belajar sama gue, gue bisa jamin lo nggak perlu belajar sampe subuh plus lo dapat jackpot martabak."

Suara tawa berhamburan, meramaikan rumah Javier yang tidak pernah sepi. Sementara, yang diejek menutup mukanya yang merah.

"Serius Rai bilang gitu?"

"Serius, bang!" Si pelapor tertawa terbahak mengingat tingkah sahabatnya saat dikelas, "Kayak bukan Rai kan?"

"Licinyi birkiring 0,01%." Gheisha mengulang kalimat Rai dengan nada mengejek, "Udah kek Shaka aja lo."

"Bukannya emang Shaka yang ngajarin?" Senyuman sarat akan ejekan tercetak jelas diwajah Javier.

Pada akhirnya, Rai meminta saran pada sahabat sahabatnya, karena mulai merasa terancam akan kehadiran Kelvin. Kelvin terlalu pantang menyerah untuk Nala yang pesimis. Jadi, Rai mengambil langkah seperti ini, mencoba pendekatan dengan basa basi pendek dan berakhir canggung. Dikarenakan hanya Shaka yang punya paling banyak pengalaman dalam bidang ini, maka meminta saran padanya adalah yang paling tepat. Mungkin.

"Gimana? worth it nggak ilmu gue?" Shaka merangkul sahabat galaknya, "Nggak usah malu malu gitu, gue tau lo pemula, kalo belajar lebih lama sama gue pasti Nala makin klepek klepek."

"Gue malu anjing! Ngapain gue ngomong kek tadi?" Rai mengerang frustasi, ia mengambil sosis bakar buatan Javier dan mengunyahnya sambil menatap tajam penyebab masalahnya datang, "Kalo Nala ilfeel, kepala lo lepas."

"Wuiss, santai santai. Gue yakin nggak bakal ilfeel. Yang ada dia malah terpesona. Ajaran gue nggak pernah gagal." Shaka berujar bangga.

"Gue kalo jadi Nala, langsung ilfeel sih." Layla mengangguk menyetujui opini Gheisha.

Satu panah tak kasat mata menembus jantung Rai.

"Cringe." komentar Javier.

Satu anak panah melesat lagi.

Nathan mengangguk, "banget."

Total tiga anak panah yang sudah tertancap, "TERUS GUE HARUS GIMANA?!!"

"Coba lo inget inget lagi. Gimana ekspresi cewek lo pas lo bilang gitu?"

Rai mengusap dagunya, waktu itu ...

Wajah Nala memerah, perempuan itu meremat jarinya, "A-apasih."

Hanya itu. Karena setelahnya guru mapel selanjutnya mengambil menginterupsi.

Ekspresi Nala saat itu ...

"Mukanya aneh, bang. Merah gitu."

"Dia ada ngomong sesuatu nggak?"

"Ada, bang! Dia ngomong ...," Rai menepikan anakan rambutnya dan berujar dengan nada lembut dan terbata, mencopy Nala, "A-apasih."

Wajah Rai kembali, ke pengaturan awal. Datar. "Gitu, bang. Artinya apa?"

Nala's CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang