Rai mengerang frustasi. Kali ini kartunya di skip orang disebelah kirinya. Padahal kartu Rai masih banyak sekali. Shaka tertawa nista disebelah Gheisha, "Bagus, Sha!"
"Diem nggak lo!"
Shaka masih tertawa ditempatnya, "Kalo kalah, kalah aja. Nggak usah ngamuk."
Rai mendengus ditempatnya.
Malam minggu ini mereka berkumpul dirumah Javier. Seringnya memang dirumah Javier, karena suasana rumahnya yang paling friendly. Rai, Shaka, Gheisha dan Layla. bermain uno ditengah teras Javier yang luas. Disudut kiri kakak Javier bermain gitar sambil bernyanyi.
"Perasaan tak bisa berdusta, bahagia terasa sempurna~"
"Kita berdua belum kekasih~"
"Tunggu apalagiii~"
Diujung lirik Jordan mengambil highnote yang berakhir fales. Jordan reflek menertawakan suaranya sendiri.
Shaka ketawa lagi, "Bang, nggak usah dipaksain, bang!"
Rai dan Gheisha juga tertawa. Suara Jordan itu serak, jadi saat ia memaksakan tenggorokannya mengambil nada tinggi fales-nya terdengar jelas.
"Mana falesnya bergelombang gitu." Ujar Rai.
Shaka makin ngakak ditempatnya. Gheisha menyembunyikan wajahnya didada Shaka berusaha meredam suara tawanya. Tangan Shaka terangkat mengelus surai bergelombang itu tanpa menghentikan tawanya.
Sedangkan perempuan lainnya hanya bisa tersenyum kalem, "Apa cuman gue yang normal disini?"
Layla tidak mengerti, kenapa orang orang ini tertawa begitu lepas dan lama untuk hal yang menurutnya tidak lucu lucu amat. Disamping kanannya ada pasangan sahabat yang sebenarnya pelukan tapi berkedok menenangkan tawa. Sementara disisi kirinya ada laki laki yang menyandang julukan 'cowo galak' memanjangkan tangan, menukar kartu kartunya.
"Keknya emang cuman gue doang yang normal."
Rumah Javier memang selalu ramai. Biasanya malam minggu begini, teman Mark biasanya datang sekedar bermain gitar atau minum kopi sambil berdiskusi, tapi kali ini sepertinya tidak. Sementara di ruang tamu, Adik Javier sedang mabar bersama temannya.
Orang tua Javier ramah dan supel. Mereka menyambut setiap teman dari anak anaknya dengan tangan terbuka. Rai menemukan kehangatan keluarga dirumah Javier.
Rai bukanlah anak yang memiliki jarak dengan orang tuanya. Hanya saja, mereka memang jarang bertemu. Apalagi Rai dan ayahnya mungkin sebulan sekali.
"Berisik." Javier keluar dengan celemek merah muda. Ia membawa nampan yang berisi dua piring gorengan yang masih hangat.
"Eh, Javier." Shaka berusaha meredakan tawanya. Ia menepuk bahu Gheisha, "Tuh, koki nya udah datang bawa bakwan."
Rai menggeser kartu uno yang berserakan, sedangkan Layla menerima nampan Javier yang berisi bakwan.
"Martabak ada nggak? Gue lagi pengen makan martabak." kata Gheisha sambil mengunyah.
"Beli sendiri sono!" Javier masuk lagi.
Rai dan Layla makan dengan tenang. Mark ikut bergabung dengan mereka. Ia berjongkok disamping Rai dan ikut makan.
"Lo sama gebetan lo gimana?"
Rai tersedak, ia melirik yang lebih tua sinis.
"Nggak gimana gimana.""Cupu dia, bang. Suka udah bertahun tahun tapi nggak dideketin." ujar Shaka sambil mengunyah. Gheisha menepuk bahu sahabatnya, "Muncrat!"
Rai mendelik, "Heh! Gue nggak mau dikatain cupu sama lo!"
"Lah? Kan emang cupu. HAHAHA." Shaka terbahak ditempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nala's Crush
Random"Confes? Apa itu? Martabak varian baru kah?" Nala ingin move on, setelah bertahun tahun menyukai Rai, tapi tidak pernah ter-notice. Terlebih ditahun ajaran baru nanti, Nala yakin 100% tidak akan satu sekolah lagi dengan Rai. Tapi keyakinan Nala run...