BAGIAN 8 : Rentenir vs Preman

67 12 2
                                    

Halo Babe! 💋

- Selamat reading! ✨ -

Malam minggu. Meski jomblo, Nala tetap bisa menikmati acara malmingannya dengan happy kiyowo. Walaupun harus makan hati melihat pengunjung berpasangan yang datang lebih banyak dari biasanya. Jomblo sejak lahir dan dikelilingi pasangan pasangan bucin—Ayah dan ibu, Anggun dan tunangannya, Gibran dan pacarnya yang ganti ganti— membuatnya terbiasa melihat pasangan kencan didepan mata. Kadang Nala memang emosi sendiri lantaran iri. Tapi ... its okay. Lagipula Nala belum mau pacaran.

Nala turun dari boncengan kakak laki lakinya. Gibran melepas helm sang adik dan sedikit memperbaiki anakkan rambutnya, "Jam delapan kakak jemput. Kakak ada urusan."

"Iya, Kak."

"Ingat! Kalo ada yang nawarin permen jangan diambil!"

"Emang gue anak kecil apa. Pergi sana! Kalo lupa jemput gue aduin ayah lo ...."

"Bocil." Gibran mencibir dan bergegas pergi sebelum Nala semakin mencak mencak.

Nala bergegas mencari kios martabak favoritnya. Bundanya pergi sejak sore sementara sang ayah memang jarang pulang karena tuntutan pekerjaan. Dia memutuskan datang ketaman yang penuh dengan jajanan ini.

Seperti sebelum sebelumnya, Nala masih lebih senang memperhatikan orang pacaran dibanding kios kios makanan.

"Kalo sampe ada yang muter lagu yang nyinggung kejombloan gue, gue tarik kupingnya."

"Muak~"

"Aku muak~"

Nala bersenandung dengan lirik yang terus ia ulang ulang sembari memperhatikan reaksi reaksi lucu pasangan pasangan bucin.

Perempuan dengan rambut dikepang tersebut menghentikan langkahnya. Didepan sana, tepat di kios martabak favoritnya ada makhluk yang sudah Nala masukkan kedalam list orang yang harus dihindari. Kelvin.

Disana Kelvin berdiri, pakaiannya masih sama urakannya saat terakhir Nala liat. Nala menghela napas, harus bagaimana sekarang?

"Tunggu aja kali, ya ...."

Nala memutar langkah, hendak mencari jajanan lain sebagai pengganjal perut. Namun, nafasnya otomatis tercekat saat suara yang ia labeli beraura mistis menyapanya.

"Cutegirl!"

Jangan noleh. Jangan noleh. Jangan noleh. Jalan aja, lo nggak denger apa apa, Nala.

Terus Nala rapalkan dalam hati kalimat itu. Berusaha mensugesti dirinya sendiri. Ia melangkah lebih cepat dari sebelumnya, berdesak desakan dengan orang lain pun tidak apa, asalkan tidak bertemu makhluk mistis.

Mungkin usaha Nala kurang, karena dapat ia rasakan tangannya ditarik oleh tangan lain.

"Lo nggak denger, ya? Gue dari tadi manggil manggil." Kelvin akhirnya tetap bisa menggapai Nala, meski Nala sudah berusaha bergabung dengan kerumunan. Laki laki itu menariknya keluar dari kerumunan yang ternyata adalah antrian.

"Maap." Nala menjawab ogah ogahan.

"Dateng sendirian?"

“Buta mata lo?”

"Iya."

"Kaki lo gimana? Nggak keinjekkan? Ini lagi rame banget."

Liat aja sendiri.

"Nggak apa apa."

"Beneran nggak apa apa?"

Nala tidak bisa menahannya lagi, sedari tadi ia berusaha ramah. Meski mungkin tidak, tapi ia sudah berusaha. Namun, laki laki didepannya ini gemar sekali bertanya, hingga ia menaikkan nada suaranya, "Emang kenapa, sih?!"

Nala's CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang