BAGIAN 9 : Gengsi

72 13 0
                                    

Halo orang gengsian! 💋

- Selamat reading! ✨ -

Nala memoles lipcream diatas bibirnya. Ia tersenyum saat dirasa riasan wajahnya telah cukup. Perempuan itu sibuk mematut diri didepan cermin fullbody untuk kerja kelompoknya.

"Rambut gue ... enaknya diapain ya?"

"Rambut lo lucu. Kayak bocil." ucapan Rai semalam masuk dalam kepalanya. Nala memegang kedua pipinya yang terasa hangat dan menggeleng geleng salting.

"AAAA Rai nggak sopan ... Enak aja bikin gue salting setelah ngalahin nilai ulangan senibudaya gue!"

Tapi, tapi, duh ... Nala tidak kuat. Rai yang disekolah dan diluar sekolah beda sekali. Disekolah ia adalah siswa pintar yang terlihat selalu ingin melahap dan duduk di tahta posisi nomor satu, sementara diluar lingkup sekolah ia terlihat lebih hebat, lebih ganteng dan lebih Nala suka. Rai terlihat lebih terbuka diluar sekolah meski wajahnya masih sinis.

Nala melompat lompat membayangkan Rai semalam. Ia memekik, "Gue lucu katanya!"

Ia sampai tidak sadar jika Gibran sudah memperhatikannya sejak tadi, "Heh! Masih pagi. Udah kerasukan aja lo."

Nala berdecih, "Gue nggak punya uang kecil, syuhh syuhh."

Gibran mengabaikan sang adik yang sedang memberinya gestur mengusir. Ia rebahkan dirinya dikasur, dan memperhatikan adiknya yang sibuk menata rambut.

"Lo mencak mencak nggak jelas kayak orang gila gini, gara gara sama salah satu cowo semalam, kan."

"Apa sih ...." Nala mau mengelak tapi ia tidak bisa mengontrol hangat yang kembali menjalar dipipinya, ketika mengingat semalam ia begitu dekat dengan Rai.

"Iya apa iya?"

Nala merengut, "Iya ish."

Gibran tertawa mengejek, "bocil!"

Nala merengut lagi. Kalau Gibran yang mengatainya bocil kenapa menyebalkan sekali. Tidak seperti Rai.

"Gue bukan bocil, ya!"

"Bocil bocil bocil."

Nala mencak mencak kesal ditempatnya.

"Bocil tukang ngadu!"

"Bocil cengeng!"

"Bocil labil!"

Gibran terbahak. Ia bangkit dan memukul mukul lututnya. Laki laki itu menghampiri Nala, lalu merangkul adik satu satunya. Ia mengetuk kepala itu, "Bocil gue salting gara gara cowo, gue doain semoga nggak NT, deh!"

Nala memberontak, "Iiih, lepas!"

Gibran mengabaikan Nala, ia mengusap dagunya seolah berpikir, "Tapi kalo doa gue nggak terkabul dan lo malah NT, jangan lupa bilang gue! Nanti si Rai tinggal gue hajar aja! Okeh?"

"Heh! Nggak boleh!"

"By the way, Rai yang mana? Yang mirip preman apa yang tampang rentenir?"

"Hah?"

"Bilang sama gue. Rai yang mana? Mau gue ajak sparing soalnya."

"Apaan sparing sparing. Nggak boleh nggak boleh." Nala menolak tegas. Firasatnya selalu jelek kalau Gibran menggunakan kata yang tidak ia mengerti.

"Di training dulu gitu! Masa nanti lo jadian sama cowo yang nggak bisa jagain lo?"

"Nggak perlu training training segala! Lo pikir Rai calon idol korea? Idol hati gue mah iya!"

Nala's CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang