Halo Babe! 💋
- Selamat reading! ✨ -
Wajah gadis lima belas tahun itu keruh. Kertas ulangan hasil kerja keras dengan teknik belajar sistem kebut semalam berbuah pahit. Menyentuh setengah angka seratus saja tidak.
Nala tersenyum miris. Padahal ia sudah berusaha keras, belajar hingga dini hari dan menghafal rumus setengah mati. Namun, hasilnya jauh dari harapan.
"Jiahh, lo dapat empat lima!" Winna tergelak. "Liat, gue dapat lima puluh!"
"Sombong banget, padahal cuma beda lima." Cibir Nala.
"Iya dong, ini rekor! Nilai gue lebih tinggi dari nilai lo! Padahal gue nggak belajar." Winna cengengesan, niatnya hanyalah untuk bercanda, tetapi membuat Nala semakin jatuh. Sayangnya, Winna tidak menyadari perasaan Nala.
"Oh." Nala merespon lempeng.
Gadis yang rambutnya kali ini digerai itu, meremas pelan kertasnya. Ia menatap tajam tinta merah yang menuliskan identitas nilai jawabannya. Empat puluh lima, tiga puluh angka lagi akan mendapat nilai kkm, lima puluh lima angka lagi mencapai seratus.
Nala tercekat ketika tangannya yang mengepal digenggam lembut, jemari itu mengurainya dan membuat sesuatu dalam diri Nala melebur. Nala tidak tau harus apa ketika tangan Rai menyentuh tangannya, mengirim sengatan aneh padanya.
Nala dan Rai bertatapan, perempuan itu mencetak raut kikuk dan bingung sementara sang lawan hanya menatap tenang. Sedetik kemudian laki laki bersurai legam itu terkekeh pelan, "Lo cengeng juga."
Nala reflek mengangkat tangannya, mengusap pipinya yang ternyata sama sekali tidak basah. Hal itu membuat Rai semakin melebarkan garis bibirnya, "Lo lucu."
Perasaan Nala campur aduk. Ia sedang sedih karena nilainya yang mengecewakan, tapi Rai yang bertingkah seperti ini semakin mengacaukan segalanya.
Ada apa dengan Rai belakangan? Nala merasa aura laki laki itu lebih bersahabat dan sering mengajaknya mengobrol. Karena hal itu Nala jadi tidak terlalu gugup lagi walau kadang tidak tau harus berekspresi seperti apa. Karena selama ini, Nala tidak pernah berinteraksi sebanyak ini terhadap laki laki kecuali pada sang kakak dan ayah.
Akan tetapi, sekarang bukan hanya Rai yang sering berinteraksi dengannya, Kelvin pun makin gencar menganggu. Baru baru ini laki laki itu mengikuti akun media sosialnya. Nala tidak tau apa yang terjadi. Teman teman Rai juga sering menyapanya saat berpapasan.
"Dapat berapa, Rai?"
Rai menyerahkan kertasnya pada Layla.
"Kenapa gue selalu nanya lo dapat berapa, ya? Padahal udah jelas jawabannya." Nala dalam hati mengangguk setuju, Rai selalu mendapat nilai sempurna dalam setiap ulangan.
"Gue liat, ya." Rai mengangguk merespon sahabatnya. Lalu kembali memberi Nala perhatian penuh.
"Gimana ulangannya, Nala? Lo puas?"
Nala menipiskan bibir, ia menggeleng samar, "Nggak."
"Boleh gue liat kertas lo?"
"Iya."
Rai mengamati coretan coretan Nala. Mengoreksi dalam hati lalu mengembalikannya.
"Lo linglung pas ngerjainnya, Nala. Lo nggak fokus sampe salah rumus. Ini karena lo kurang tidur."
Nala diam. Namun, sorot matanya tampak terluka.
"Gue nggak nyalahin lo. Siapapun pasti pengen yang terbaik sampe ngorbanin banyak hal, termasuk jam tidur." telapak tangan Rai mendarat diatas surai Nala, mengacaknya pelan, "Lo udah ngelakuin yang terbaik. Usaha lo belajar sampe subuh nggak sia sia. Kerja bagus, Nala."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nala's Crush
Random"Confes? Apa itu? Martabak varian baru kah?" Nala ingin move on, setelah bertahun tahun menyukai Rai, tapi tidak pernah ter-notice. Terlebih ditahun ajaran baru nanti, Nala yakin 100% tidak akan satu sekolah lagi dengan Rai. Tapi keyakinan Nala run...