2 - Masa Lalu

107 14 7
                                    

Beberapa bulan kemudian

Bayu berjalan mengikuti langkah kaki Rain. Mereka menyusuri bagian-bagian dari rumah bergaya Eropa itu. Sesekali Bayu tampak takjub dengan interior rumah Rain yang terkesan mewah dengan nuansa klasik gaya Eropa di beberapa tempat. Ini adalah pertama kalinya Bayu mengunjungi rumah Rain meskipun sudah berteman selama beberapa bulan.

Saat memasuki ruang tengah, Bayu semakin dibuat takjub dengan pemandangan di ruangan tersebut, desain ala Perancis dengan kesan mewah sangat cocok dengan kondisi rungan yang luas. Ditambah lampu gantung yang elegan berjejer di atas menambah kesan mahal pada bangunan seperti istana tersebut.

"Gila! Rumah lo keren banget. Ini sih udah mirip mansion." Ujar Bayu tak berhenti takjub dengan kemewahan rumah Rain. "Jangan-jangan lo viscount ya? Atau marquess? Gila!" Bayu mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan tersebut. Rasa takjub pada interior di rumah itu membuatnya tak bisa berkedip.

"Jangan ngada-ngada deh lo." Kata Rain tertawa lalu ia melanjutkan langkahnya.

"Rain, tunggu, gue belum selelasi menikmati ruangan ini." Teriak Bayu yang tengah duduk di salah satu sofa besar di rungan itu. Rain hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya. Ia tak habis pikir padahal rumah Bayu sendiri juga tak kalah besar dan mewahnya.

Bayu dan Rain berada di tepi kolam renang, mereka menikmati sejuknya angin sore itu dengan segelas jus jeruk dan buah-buahan yang sudah dipotong di atas piring. Rain memercikkan air dari kolam itu menggunakan kakinya yang ia masukkan ke dalam air.

"Sumpah rumah lo keren banget Rain." Ujar Bayu masih takjub dengan keindahan rumah sahabatnya.

"Jangan sok polos, rumah lo juga kek padepokan." Balas Rain.

"Padepokan pencak silat." Celetuk Bayu yang disusul suara tawa dari mereka berdua.

"Lo tinggal sendirian di rumah segede ini?" Tanya Bayu kemudian sambil memasukkan buah ke dalam mulutnya.

"Ada bibi yang bantu-bantu beresin rumah sama masak." Jawab Rain masih memainkan air dengan kakinya.

"Oh bibi yang tadi bukain pintu itu?"

"Iya itu bi Jenni, Jennifer namanya."

"Jenifer?" Ulang Bayu tidak percaya.

"Iya Jennifer, kalau yang nyapa kita waktu lewat taman di dalam rumah tadi namanya mr. Carlo." Jelas Rain yang membuat Bayu membelalakkan matanya.

"Hah? Serius? Gila! Gak cuma rumah lo yang keren tapi ART lo juga keren banget namanya." Ujar Bayu dengan tatapan serius.

"Hahaha nama aslinya Juniarti biar keren gue ganti jadi Jennifer, kalau mr. Carlo nama aslinya Kartolo, orang-orang biasanya manggil dia pak Karto, tapi kurang keren, jadi gue panggil dia mr. Carlo, singkatan namanya, Kartolo." Rain tertawa menjelaskan asal-usul nama ART nya.

"Sialan lo, hampir aja gue percaya." Sahut Bayu sambil menyipratkan air ke wajah sahabatnya. Rain tertawa puas melihat ekspresi kesal Bayu.

"Ngomong-ngomong lo gak tinggal bareng orang tua lo di sini?" Tanya Bayu ketika ia tidak melihat foto keluarga sama sekali saat berkeliling rumah tadi.

"Nyokap gue udah gak ada pas gue masih kecil. Kalau bokap lagi di luar negeri sama istrinya." Jelas Rain sambil mengunyah buah-buahan. "Kalau mereka pulang ke Indo pun gak ke sini pulangnya." Lanjut Rain setelah menelan buah di mulutnya.

"Terus kemana?"

"Ke rumah bokap sendiri lah. Ini kan rumah peninggalan nyokap gue jadi ya gue yang nempatin, jadi milik gue rumah ini."

Bayu mengangguk-angguk mendengar penjelasan Rain. "Jadi semenjak lo pindah ke Indo lo tinggal sendirian di rumah ini?"

Rain mengangguk pelan. "Nyokap gue meninggal pas gue umur 5 tahun." Ucap Rain sambil menatap kolam. Bayu mengalihkan pandangannya ke arah Rain.

"Sejak saat itu hubungan gue sama bokap jadi renggang. Yang ngurusin gue setelah nyokap gak ada ya bi Jenni karena bokap gue jarang di rumah." Rain menghela nafas pelan. "Terus bokap nikah lagi istrinya udah punya anak beda 6 tahun di bawah gue. Nah pas umur gue 11 tahun kita semua pindah ke luar negeri ngikutin bokap ngurus perusahaannya di sana." Cerita Rain.

"Jadi lo balik ke Indo sendirian?" Tanya Bayu yang dibalas anggukan lagi oleh laki-laki di sebelahnya.

"Gue gak betah tinggal lama-lama sama bokap." Jelas Rain.

Bayu mengeryitkan dahinya.

"Dia sering marah dan mukulin gue, mangkanya gue balik ke sini." Jelas Rain seakan tahu isi pikiran Bayu. Mata Bayu membulat mendengar penjelasan lelaki di depannya.

"Lo dipukulin?"

Rain kembali mengangguk.

"Lo lihat luka di kepala gue." Rain menyibak rambut bagian belakangnya, dan tampaklah bekas jahitan yang cukup panjang.

"Jahitan ini....?" Bayu tidak melanjutkan kalimatnya. Ia hanya melihat Rain dengan tatapan sendu.

"Gue gak sengaja mecahin guci kesayangan mak tiri gue. Bokap marah, terus nyeret gue ke gudang, mukulin gue di sana. Untung pas lihat darah di kepala gue bokap langsung bawa gue ke rumah sakkit. Dan inilah salah satu kenangan masa kecil gue." Rain mengakhiri ceritanya dengan sedikit tertawa hampa.

Bayu menatap laki-laki di sampingnya dengan sendu. Lalu ia menepuk pundak laki-laki itu lembut, memberikan kekuatan sekaligus merasa tidak enak karena membuka luka di hati Rain.

Rain hanya tersenyum tipis dan menatap nanar ke arah kolam di depannya.

------------------------------------------------------------

Update lagi nih cerita hujan dan angin mumpung lagi musim hujan juga jadi makin syahdu bikin ceritanya wkwkwk. Kagak ada hubungannya sih musim hujan ama si abang hujan ini 🤣🤣🤣

Ya udah lah kalian nikmati aja ceritanya. Dan sekali lagi author ingatin ini ceritanya ada aroma bxb loh ya. Jadi nnti klo ada kata² atau adegan yang aneh jangan protes dan jangan bilang kalo gak ada yang ingatin udah author kasih signal bxb loh dari awal cerita. Tapi kalian tenang aja adegannya gak sampek panas kok apa lagi mendidih, palingan cuma anget doang wkwkwk 😂😂😂

Jangan lupa voment 😉

When this Rain Stops (BxB) | OhmNanonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang