15 - Cemburu 2

61 17 2
                                    

Rain tengah duduk seorang diri di lapangan basket, tepatnya di bangku suporter paling bawah bersama box minuman yang tersedia untuk para pemain. Alasan Rain berada di sana adalah karena Bayu. Akibat dirinya kalah dari permainan batu kertas gunting ia harus menonton Bayu bermain basket sampai selesai, ditambah ia juga harus menyambut Bayu jika menang dan memberinya air minum. Sungguh kegiatan unfaedah yang tidak pernah terpikirkan dalam hidupnya. Bayangkan ia harus ikut bersorak ketika Bayu berhasil memasukkan bola ke dalam ring seperti yang dilakukan para cewek-cewek penggemar laki-laki bertubuh atletis itu.

"Lo sendirian aja Rain?" Tanya seorang laki-laki yang berjalan menghampiri Rain. Terlihat laki-laki itu memakai baju yang sama seperti yang dipakai Bayu, itu artinya dia juga salah satu pemain basket yang baru saja bertanding.

"Iya, nungguin temen lo yang betah banget di lapangan." Jawab Rain lalu mengambil botol yang ada di dekatnya.

"Minum Jim, lo pasti haus kan?" Rain menyerahkan botol yang berisi air dingin itu kepada orang di sebelahnya, Jimmy.

"Thanks Rain." Ucap Jimmy seraya membuka tutup botol tersebut dan menegaknya.

"Lo gak balik ke lapangan?" Tanya Rain saat Jimmy masih betah duduk di sebelahnya.

"Capek gue, udah ada pemain pengganti juga." Jawab Jimmy sambil sesekali mengelap peluh di keningnya dengan handuk yang melingkar di lehernya.

Rain dan Jimmy mengobrol bersama. Entah apa yang mereka bicarakan tapi keduanya terlihat sangat asik dan tampak nyaman satu sama lain. Perhatian Rain tak lagi ke tengah lapangan, ia terlalu asik berbincang dengan orang di sebelahnya mengabaikan permainan Bayu yang tadi sempat menjadi pusat perhatiannya.

Duk

"Akhh." Bayu mengaduh saat sebuah bola mengenai kepalanya.

"Fokus dong Bay." Teriak salah satu temannya. Bayu hanya meringis sambil mengelus kepalanya yang terkena lemparan bola tadi.

"Oke, sampai disini aja mainnya, besok lanjut lagi." Ucap pelatih basket mengakhiri permainan siang itu. Semua pemain langsung bubar, termasuk Bayu yang melangkah entah kemana, yang jelas bukan menuju tempat Rain duduk.

Kenapa?

Sebenarnya bukan tanpa sebab Bayu kehilangan fokus. Semula ia bermain dengan sangat baik, tapi konsetrasinya terganggu saat melihat Rain memberikan minuman kepada Jimmy.

Hal yang wajar bukan?

Tapi menurut Bayu, Rain seharusnya tidak perlu membantu Jimmy mengambilkan air minum, Jimmy bisa mengambil air minum sendiri kan? Seharusnya dia yang menerima botol itu lalu mendengar Rain memujinya ketika ia berhasil memasukkan bola ke dalam ring atau mungkin memberikan komentar terkait permainannya tadi.

Tapi yang ia saksikan sekarang ini Rain malah asik bersama orang lain, ia bahkan tidak menyadari permainan sudah berakhir. Seharusnya dia menyambut Bayu dengan tepuk tangan dan senyum yang mengembang. Kenyataan yang terjadi Rain sedang tertawa-tawa bersama seseorang, temannya sendiri, mereka begitu dekat, begitu akrab. Bahkan Jimmy sedang merangkul pundak Rain, lenganya bergelayut di leher laki-laki berlesung pipi itu. Entah kenapa Bayu membenci tawa Rain saat ini.

Ia sendiri tidak tahu kenapa harus marah melihat Rain dekat dengan orang lain. Mereka hanya bersahabat kan? Harusnya ia tidak perlu cemburu melihat sahabatnya tertawa bersama orang lain. Rain bebas dekat dengan siapa saja, ia tidak memiliki hak untuk melarang Rain berteman dengan siapapun. Tapi kenapa ada perasaan tak nyaman ketika melihat laki-laki yang berstatus sebagai sahabatnya terlihat nyaman bersama orang selain dirinya?

Apakah....

Tidak...tidak...Bayu segera menepis pikiran tak lazimnya itu. Lebih baik dirinya segera pergi dari sana daripada melihat sesuatu yang membuat hati dan pikirannya terus bergemuruh.

Tepat saat bayu membalikkan badannya bersiap untuk pergi, tubuhnya hampir saja menubruk seorang gadis yang tiba-tiba muncul di belakangnya.

"Rossa?"

"Hai Bay, nih gue bawain handuk buat lo." Rossa memberikan handuk untuk Bayu. Awalnya Bayu ragu untuk menerimanya, tapi pada akhirnya ia terima juga. Bagaimanapun ia harus menghargai kebaikan hati orang lain.

"Thanks Ros." Ucap bayu singkat.

Rossa tersenyum simpul. "Permainan lo keren tadi." Puji Rossa. Bayu tersenyum tipis mendengarnya.

"Gue ambilin minuman buat lo ya." Rossa segera berlalu dari hadapan Bayu.

Bayu hanya mengangguk. Ia tak berminat untuk bercengkerama lebih lama dengan gadis di depannya itu. Entah kenapa kali ini kehadiran Rossa tidak membuat hati Bayu berbunga-bunga lagi seperti sebelumnya. Perasaan bahagia yang biasanya meyeruak ketika melihat senyum manis dari bibir gadis itu tak lagi ada, semua rasa itu seakan sirna. Dia sendiri tidak tahu kenapa. Dulu hanya dengan melihat bayangannya saja sudah membuat hati Bayu berdebar-debar. Kini sosok itu nyata di depannya bahkan hadir untuknya, tak lagi membuat hatinya meronta. Tak ada lagi perasaan menggebu-gebu ingin memiliki gadis itu, tak ada lagi rona bahagia tatkala memandang makhkuk berwajah imut dengan senyum mempesona itu. Tak ada lagi rasa untuknya. Benarkah?

Apakah karena seluruh hati dan pikiran Bayu saat ini sedang berkecamuk karena dipenuhi oleh sesuatu yang tak seharusnya bersemayam dalam hatinya?

Dia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Bahkan ketika Rossa asik berbincang dengan laki-laki lain ia tak pernah semarah ini. Tapi kenapa melihat Rain tertawa bersama orang lain membuatnya sakit? Ini tidak benar.

Ia hanya takut kehilangan sahabatnya. Ia takut jika Rain nyaman dengan orang lain ia akan meninggalkan sahabatnya. Ia hanya takut Rain melupakannya sebagai SAHABAT.

Suara jentakan jari mendarat di depan wajah Bayu membuat laki-laki itu langsung mengedipkan mata dan tersadar dari pikiran kacaunya.

"Lo mikirin apa sih Bay, gue panggil dari tadi gak denger." Ujar Rossa.

"Eh...sorry Ros, lo tadi ngomong apa?" Tanya Bayu setelah kembali ke dunianya.

"Gue tadi tanya lo mau minuman yang dingin atau yang biasa. Tapi karena lo gak jawab ya udah gue ambilin yang dingin." Jelas Rossa seraya menunjukkan botol minuman yang dia bawa.

"Gakpapa ini aja, gue suka yang dingin, lagi panas hati gue." Ujar Bayu lalu menenggak isi botol itu.

"Hah? Maksudnya?" Rossa kebingungan dengan pernyataan Bayu.

"Gakpapa, yuk balik ke kelas." Ajak Bayu sambil menggandeng tangan Rossa.

Tidak jauh dari sana, sepasang mata sedang memperhatikan mereka berdua dengan tatapan yang sulit diartikan.


Bayu sedang asik dengan bukunya di dalam kelas. Tiba-tiba seseorang menarik buku tersebut membuat Bayu mendongakkan kepalanya.

"Lo apaan sih Rain? Kembaliin buku gue." Ucap bayu dingin.

"Tumben banget lo belajar, biasanya kalo gak tidur ya ngegame kerjaaan lo." Kelakar Rain.

"Suka-suka gue dong." Balas Bayu sambil merebut bukunya dari tangan Rain.

"Lo kenapa sih sewot banget." Tanya Rain.

"Gakpapa." Jawab Bayu datar, ia kembali membuka bukunya.

"Lo tadi kemana? Kenapa gak nyamperin gue? Kan gue nungguin lo." Tanya Rain.

"Gue tadi--" Belum sempat Bayu menyelesaikan kata-katanya bel masuk sudah berbunyi. Dalam hati ia bersyukur bel berbunyi tepat waktu. Untuk pertama kalinya dalam hidup Bayu menyukai suara bel masuk sekolah.

"Udah bel tuh, buruan balik ke kelas sono." Usir Bayu namun ia berusaha agar terdengar seperti candaan.

"Iye iye." Jawab Rain lalu berangsur pergi menuju kelasnya tentunya dengan masih diselimuti rasa penasaran atas sikap Bayu.

-------------------------------------------------------------
Gimana chapter ini guys?
Kayaknya Bayu udah mulai menyadari perasaannya nih.
Menurut kalian Rain ada rasa juga gak sama Bayu?

Oh iya kalian mau endingnya happy atau sad?

Voment ya 😉😉

When this Rain Stops (BxB) | OhmNanonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang