20 - Pertemuan

66 12 2
                                    

Senyum itu, senyum yang sangat dia rindukan. Senyum yang selalu membawa kesejukan bagi siapa saja yang melihatnya. Senyum yang tercipta di antara dua lesung pipi kesukaannya.

Bayu melihat sosok seperti Rain sedang berdiri di depannya, memandang ke arahnya dan tersenyum kepadanya. Senyumannya tetap sama, selalu sejuk dan memancarkan kebahagiaan. Senyum yang akhir-akhir ini tidak pernah ia lihat.

Apakah dia sedang bermimpi?

Bayu mengerjapkan matanya beberapa kali untuk memastikan seseorang yang ada di hadapannya memang benar-benar nyata. Tapi saat ia kembali memfokuskan pandangannya sosok itu sudah tidak lagi di depannya. Dia sudah pergi bersama teman-temannya yang lain.

Apakah benar itu Rain, sahabatnya? Sahabat yang pernah ia lukai fisik dan hatinya.


Setelah berburu senior ke segala penjuru akhirnya Bayu berhasil juga memenuhi target tandatangan yang diberikan. Tidak sia-sia ia menyogok mereka dengan kopi starbak yang kebetulan lokasinya tidak jauh dari kampusnya. Daripada ia haru mengemis atau menerima perintah konyol dari seniornya, dan Bayu sangat anti dengan hal itu, image nya sebagai cowok ber-damage akan hilang jika ia melakukan chicken dance di depan umum.

Berkeliling kampus yang luasnya tidak tanggung-tanggung membuat Bayu merasa lapar padahal ia baru saja menghabiskan sepiring nasi goreng beberapa jam yang lalu. Akhirnya mau tidak mau sebelum pulang Bayu mampir dulu ke kantin kampus, ia terlalu malas mampir ke restoran karena hari ini dirinya sedang tidak membawa mobil. Alasannya ya karena malas. Sungguh pemalas memang.

Kepala Bayu tampak menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari tempat duduk. Sore itu kantin kampus cukup ramai karena banyak mahasiswa baru yang juga memilih makan di kantin sebelum pulang.

Mata Bayu tampak memicing dan menemukan satu tempat duduk kosong. Saat hendak menuju meja itu Bayu melihat sosok yang tadi sedang melakukan chicken dance ada di sana, di depan tempat duduk yang kosong. Sosok itu........melambaikan tangan ke arahnya seakan menyuruhnya duduk di depannya. Bayu tidak punya pilihan lain karena itu satu-satunya tempat duduk yang tersisa.

"Duduk Bay." Ucap orang itu. Dan benar itu adalah Rain.

Bayu sedikit kikuk tapi ia berusaha biasa saja.

Mereka makan dengan tenang, tak ada satu pun yang membuka suara.

Sesekali Bayu melirik Rain yang tetap fokus dengan makanannya. Tak ada raut kekecewaan, kemarahan, apa lagi balas dendam. Apakah hati seorang Rain selapang itu hingga mampu melupakan kejadian yang begitu menyakitkan baginya? Bayu sungguh tidak bisa menebak apa yang ada di dalam pikiran laki-laki di depannya saat ini.

Bayu langsung mengerjap saat matanya bertemu dengan mata Rain, seketika ia langsung menjatuhkan sendok dan garpu yang sebelumnya ia pegang ke atas piring. Sungguh ia tidak tidak siap menerima tatapan Rain seperti ini. Bukan tatapan tajam ingin membunuh tapi justru tatapan datar tanpa ekspresi.

"Mmm...gue udah selesai makan, gue duluan ya Rain." Ucap Bayu seraya mengambil tasnya dan beranjak dari tempat itu sesegera mungkin.

Bayu berjalan sambil merutuki dirinya. Entah kenapa ia menjadi sangat gugup saat berada di dekat Rain, apalagi melihat laki-laki itu menatapnya seperti tadi. Mungkinkah perasaan bersalah itu semakin menyiksanya?

Tiiin

Bayu sontak menoleh saat suara klakson mobil terdengar di dekatnya.

"Bay, lo gak bawa mobil?" Teriak Rain dari dalam mobilnya.

Belum sempat Bayu menjawab Rain sudah berteriak lagi.

"Masuk Bay, langitnya mendung banget kayakanya mau hujan." Perintah Rain masih dari dalam mobil.

When this Rain Stops (BxB) | OhmNanonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang