11 - Birthday

62 15 6
                                    

Bayu termenung di dalam kamarnya, ia teringat dengan kata-kata Rain tadi siang.

Cemburu...hhh…

Ia tertawa kecil. Mungkin benar, ia cemburu, cemburu akan kedekatan Rain dengan Jessica, bukan dengan hubungan mereka. Ia cemburu sebagai sahabat, tidak lebih. Mungkin karena Rain semakin menjauh, mereka jarang bersama lagi sejak Rain jadian dengan Jessica.

Melihat orang yang kita sayangi bahagia membuat kita bahagia juga, tapi lain lagi jika berhubungan dengan hati. Itulah yang dialami Bayu saat ini, ia bahagia jika sahabatnya bahagia, tapi ia lebih menderita jika harus berpura-pura tersenyum di balik rasa sakitnya.

Lagu Bohemian Rhapsody dari Queen memenuhi kamarnya, ia melirik ponselnya, di atas layar tertulis nama 'Rain'. Ia ragu antara mengangkatnya atau tidak. Jari telunjuknya hendak menekan tombol merah tapi entah, yang ditekan malah tombol hijau.

“CUMI!! LO DIMANA? LAMA BANGET ANGKAT TELPONNYA!!!” Teriak Rain dari dalam telepon. Bayu sampai harus menjauhkan ponsel itu dari telinganya.

“Gak usah teriak gue udah denger.” Ujar Bayu sebal. “Di rumah, kenapa?” Tanya Bayu kemudian dengan sewot.

“Gue udah di depan rumah lo, keluar sekarang.” Lalu Rain mematikan teleponnya.

Bayu keluar dari kamar dengan ocehan yang tidak jelas. Di tangga ia bertemu dengan bibi.

“Bi, tadi di depan ada Rain nggak?” Tanya Bayu.

“Iya den, tadi udah bibi suruh masuk tapi den Rain-nya nggak mau.” Jawab bibi lalu pergi ke dapur.

“Kampret ni anak.” Gerutu Bayu.

Dengan malas ia berjalan menuju pintu rumahnya, saat pintu sudah terbuka tiba-tiba Bayu dikejutkan oleh sesuatu.

“HAAPPY BIRTHDAYYY TO YOU…HAAPPY BIRTHDAY TO YOUU…HAAPPY BIRTHDAY…HAPPY BIRTHDAY…HAAPPY BIRTHDAY TO YOUUU.” Suara cempreng Rain memenuhi halaman rumah Bayu yang luas. Ia muncul dengan membawa batang pohon beserta daunnya sehingga menutupi seluruh wajah laki-laki imut itu.

Bayu terperangah melihat kelakuan sahabatnya yang super absurd itu.

“HAPPY BIRTHDAY SAYANG.” Ucap Rain dengan konyolnya lalu mengambil kue yang ia letakkan di atas meja. Kue itu berbentuk hati dengan lapisan coklat dan bunga-bunga warna pink serta lilin angka di atasnya. Bayu bergidik ilfeel melihat kue tersebut.

“Rain, lo gak usah bikin rusuh di rumah gue.” Protes Bayu ia merasa risih dengan kelakuan Rain, tapi tak bisa dipungkiri ia merasa senang sahabatnya memberikan kejutan di hari yang ia sendiri melupakannya.

“Sebelum protes, mending lo make a wish dulu.” Perintah Rain.

“Ya tapi singkirin dulu ini.” Bayu menunjuk bunga-bunga yang berserakan di depan pintu rumahnya. “Malu kalo ada yang lihat.”

Rain buru-buru menutup mulut Bayu dengan tangannya sebelum mengoceh lebih banyak lagi, “ceramahnya ntar aja, sekarang lo tiup lilinnya, keburu padam. BURUAAN!!!” Teriak Rain. Bayu tidak mempunyai pilihan selain menuruti permintaan sahabatnya, memejamkan matanya, beberapa detik kemudian ia membuka mata kembali.

“Tiup lilinnya, keburu padam.” Rain kebingungan menutupi lilin agar tetap menyala. Bayu buru-buru meniup lilin bebentuk angka 18 itu.

“Suara lo kecilin dikit napa.” Protes Bayu, tapi bukan Rain namannya kalau mendengarkan ucapan Bayu. Ia masuk ke dalam meski belum mendapat izin sang pemilik rumah.

“Rain, terus maksud lo bawa ginian buat apa?!” Sekarang giliran Bayu yang teriak emosi karena Rain sudah membawa bunga beserta batangnya yang mengakibatkan teras rumahnya kotor.

When this Rain Stops (BxB) | OhmNanonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang