17 - 1000 Stars

63 17 2
                                    

Hari-hari selama kelas 12 telah mereka lalui dengan lancar hingga akhirnya ujian nasional pun selesai. Para siswa hanya tinggal menunggu pengumuman kelulusan dan setelah itu mereka akan bebas melakukan apa saja. Entah melanjutkan kuliah, bekerja, atau menjadi beban keluarga, mereka sendiri yang menentukan.

Sambil menunggu pengumuman kelulusan, Bayu dan Rain merencanakan liburan bersama, hanya mereka berdua.

"Bay, kita mau kemana sih? Kenapa jalannya berkelok-kelok gini? Mana nanjak terus dari tadi. Jangan bilang lo mau nyulik gue? Lo gak mau apa-apain gue kan?" Cerocos Rain, ia tak henti-hentinya bertanya kepada Bayu. Pasalnya ia sendiri tidak diberitahu kemana tujuan perjalanannya kali ini.

"Lo kalo gak bisa diem lama-lama gue lempar ke jurang nih." Sarkas Bayu.

Rain langsung menutup mulutnya rapat mengingat sebelah kirinya memang jurang. Bisa dibayangkan jika Bayu benar-benar melemparnya ke sana sudah dipastikan tubuhnya langsung hilang bahkan tim sar pun akan sangat kesulitan menemukan jenazahnya nanti. Rain bergidik ngeri membayangkannya.

"Mending lo tidur aja daripada berisik, ntar kalo udah sampek gue bangunin." Ucap Bayu dengan pandangan lurus ke depan.

"Ogah, ntar lo apa-apain gue lagi, lo kan suka grepe-grepe badan gue." Rain sedikit menggeliat saat mengatakannya.

"Anjrit!" Umpat Bayu. Rain hanya cekikikan mendengar umpatan Bayu.


Bayu sedikit meregangkan otot-ototnya setelah memarkirkan mobilnya di sebuah lahan yang sangat luas. Tidak bisa dipungkiri bahwa rasa lelah menyelimuti dirinya, ditambah melihat makhluk di sampingnya tidur dengan begitu nyenyaknya laksana sleeping beauty yang menunggu ciuman dari pangeran tampan.

Bayu menatap wajah Rain sesaat. Kemudian ia mendekatkan wajahnya ke arah laki-laki itu. Lalu senyum licik ia keluarkan saat wajahnya hanya berjarak beberapa centi dengan wajah Rain.

"WOYYY!!! KEBO BANGUN!!!" Teriak Bayu di dekat telinga Rain.

"ASTAGA GEMPA!! TOLONGIN GUE BAY! BUKA PINTUNYA!! GUE KEKUNCI DI GUDANG!!!" Teriak Rain dengan panik, ia menggedor-gedor jendela mobil Bayu.

"Eh monyet, jendela mobil gue bisa rusak kalo lo gedor-gedor terus kayak gitu." Protes Bayu.

Rain yang masih setengah sadar membalikkan badan dan mendapati Bayu ada disampingnya.

"Sialan lo, gue pikir ada gempa tadi."

"Lagian gue nyetir dari tadi lo malah enak-enakan tidur." Kesal Bayu.

"Lo sendiri yang nyuruh gue tidur, giliran gue tidur beneran lo malah ngambek, dasar ABG labil."

Dalam hati Bayu membenarkan ucapan Rain karena temannya itu terlalu berisik. Tapi melihat Rain benar-benar tertidur pulas saat ia sedang menyetir membuatnya sedikit kesal.

"Bay, WOY! Lo hobi banget sih kesambet di daerah sepi begini."

"Siapa yang kesambet? Lo tuh rapiin muka bantal lo biar cakepan dikit."

"Muka bantal gini lo tetep suka kan." Goda Rain sambil menaik turunkan kedua alisnya.

"Jijik." Ucap Bayu lalu turun dari mobil dan diikuti Rain setelah menyisir rambutnya menggunakan tangan.

Rain terkagum-kagum dengan pemandangan yang ada di depannya. Selain itu hawa sejuk dapat ia rasakan masuk ke dalam paru-parunya. Rain menutup matanya, ia menghirup udara perlahan merasakan kesejukan di setiap tarikan nafasnya. Bayu yang ada disampingnya diam-diam tersenyum menyaksikan wajah bahagia Rain.

"Seger kan udara disini?" Tanya Bayu sambil ikut menarik nafas dalam untuk merasakan kesejukan alami dari udara di tempat itu.

Rain mengangguk.

When this Rain Stops (BxB) | OhmNanonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang