Aku terbangun dari tidurku dengan napas yang tersengal-sengal dan keringat dingin membanjiri dahiku. Jantungku berdetak dua kali lipat lebih kencang dari biasanya. Lagi-lagi aku bermimpi buruk tentang kejadian yang menimpaku dan kakak laki-lakiku saat umur ku 9 tahun.
Flashback on...
Waktu itu aku meminta kakakku untuk membelikan ku permen kapas di seberang jalan di depan rumah kami. Dan dia menurutiku kami keluar rumah, saat di depan jalan raya aku berlari dengan perasaan senang menuju tempat di jualnya permen kapas itu. Tanpa ku sadari ada sebuah truk yang melaju kencang dari arah kiriku.
Tin! Tin! Tinnn!
Saat itu aku tiba-tiba terhenti membatu menatap truk putih itu semakin mendekat ke arahku.
"AYA! AYA LARI DARI SANA AYA!"
Kakakku sudah berkali-kali meneriakiku dan berlari untuk melindungiku, saat dia berhasil memeluk tubuhku dari arah depan dan melindungi ku dari benturan truk itu. Namun naas aku dan dia tertabrak dengan dia yang kondisinya sangat parah dariku, aku di dorong kakakku sampai terpelanting sekitar dua meter jauhnya dari truk itu, sedangkan kakakku sudah terlindas dan masuk bawah truk.
Kondisi kakakku begitu mengenaskan hancur bahkan tangannya terlihat sudah akan putus.
Aku yang tergeletak jauh darinya pun hanya bisa menangis dan kehilangan kesadaran ketika banyak orang mengerumuni kami.
'Kakak..'
Dan saat aku siuman dari pingsanku selama satu hari, aku mendapatkan kabar bahwa kakakku sudah meninggal dunia dan di kebumikan. Aku menangis, aku sedih, terutama saat itu mama selalu menyalahkan ku atas kepergian putra kesayangannya.
Flashback off...
Selama bertahun-tahun bahkan sampai sekarang pun, mama masih terus membenciku. Katanya aku adalah anak pembawa sial, karena akulah putranya mati. Tak ku pungkiri memang akulah penyebabnya tapi, ini bukan keinginan ku. Aku bahkan sangat menyayangi kakak laki-laki ku itu.
Mama memang sejak dulu tak pernah menganggap ku ada. Aku hanyalah benalu di keluargaku. Papa dan mama membenciku. Walaupun begitu aku tak pernah dendam apalagi membenci mereka.
Aku tertunduk lesu, dengan air mata yang kini sudah berjatuhan dari sudut mataku. Mengingat tentang semua hal itu membuat hatiku kembali remuk redam. Padahal baru kemarin ku rasakan bahagia karena memiliki teman-teman yang baik dan menerima ku apa adanya.
Aku mendongak, mengusap air mataku dengan kasar. Aku turun dari kasurku berjalan mendekati meja belajar dan mengambil hoodie coklatku.
Aku berjalan keluar dorm, keadaan di luar masih sangat gelap ya tentu saja. Ini baru pukul dua belas malam tepat. Aku berjalan menuju lift, menekan tombol lantai dasar. Dan saat aku sudah di luar, keadaan sekolahku ini benar-benar sepi, walaupun terlihat terang oleh lampu-lampu yang di hidupkan tapi hawanya cukup dingin menusuk ke tulang.
Aku menggosok-gosok kedua tanganku dan meniupnya untuk memberikan rasa hangat. Pandanganku menangkap sosok gadis yang familiar bagiku. Itu Tiara, sedang apa dia malam-malam begini ke arah gedung asrama tua itu? Aku mengeryitkan dahiku, karena aku penasaran akhirnya aku berjalan membuntutinya dari jarak yang terbilang sangat jauh.
Ku lihat gadis itu masuk dan membuka pintu ruangan nomor satu, aku menyusulnya dan membuka kenop pintu itu.
"AYA JANGAN DI BUKA!" suara bariton yang sangat ku kenal itu menggema di sepanjang koridor asrama tua ini. Telat, pintu itu sudah terbuka dengan lebar.
Brak!
Reyyan berlari ke arahku lalu menggenggam erat tangan ku. Aku tertegun ketika melihat sosok perempuan berbaju putih dengan rambut yang tergerai panjang sampai seluruh ruangan itu penuh dengan rambutnya. Sosok itu menoleh ke arah kami dengan kepalanya yang berputar 180° tanpa di ikuti badannya. Hanya kepala saja. Bulu kuduk ku meremang, seluruh badanku terasa membeku.
"Kalian berisik! Anakku terbangun!" katanya dengan suara melengking membuat telingaku sakit.
Reyyan menarik ku untuk berlari keluar dari asrama tua itu, semakin kami berusaha dengan cepat menuju pintu keluar semakin cepat pula makhluk itu mengejar kami, bahkan rambutnya yang panjang itu sempat membuatku terjatuh dan dia menarikku. Untung saja dengan cepat Reyyan membantuku berdiri dan melepaskan rambut-rambut itu.
"KALIAN TIDAK AKAN BISA LARI! HIHIHIHI!" ucap makhluk itu dengan tawanya yang menyeramkan.
Aku dan Reyyan berhasil keluar dengan selamat, Reyyan menutup pintu utama gedung itu. Lalu membawaku pergi dengan cepat.
Saat aku dan Reyyan sudah sampai di depan asrama putri, Reyyan memelukku. Aku dapat mendengar suara jantungnya yang berdetak sangat kencang. Entah itu karena tadi berlari atau karena dia menghawatirkan ku.
"Syukurlah... Syukurlah, puji Tuhan.." gumamnya di atas kepalaku. Setelah dia memelukku dengan erat, Reyyan melepaskan pelukannya, dia memegang kedua pipiku menatapku dengan iris hitam pekatnya itu, dapat ku lihat dari sana bahwa dia sangat menghawatirkanku.
"Kamu ngapain kesana malam-malam begini, Ya?" tanyanya padaku.
Aku menipiskan bibirku, aku merasa bersalah saja melihatnya sangat khawatir seperti ini. Bahkan ku lihat lengannya sedikit mengeluarkan darah karena tadi ku lihat dia sempat tergores besi pintu asrama tua itu.
"A-aku.. aku liat ada siswi yang masuk kesana jadi aku ikutin." jelasku.
Lagi. Reyyan memelukku dia bahkan mengecup singkat pucuk kepala ku dengan sayang.
"Jangan kesana lagi, apapun yang kamu lihat jangan pergi kesana sendirian. Kalau aku gak lihat kamu kesana mungkin hal buruk bisa terjadi Aya.. jangan bikin aku takut.." ucapnya membuat hatiku menghangat. Jujur saja, sejak dirinya hadir dalam hidupku, semuanya beransur berwarna kembali. Aku bersyukur Tuhan masih memberikanku kesempatan untuk di pertemukan dengan ciptaannya yang satu ini. Walaupun, kami berbeda...
"Maafkan aku," kataku dengan pelan, Reyyan masih memelukku dan sekali lagi dia mencium pucuk kepalaku dengan penuh kasih sayang, sangat lama kali ini dia mencium kepalaku.
Di bawah langit malam yang bertabur bintang, di depan gedung asrama putri yang berwarna putih ini. Mereka menjadi saksi betapa khawatirnya laki-laki itu padaku, betapa dirinya mencintaiku dengan tulus, walaupun kami tau kami berbeda keyakinan. Walaupun kami tau benteng yang membatasi kami begitu tinggi dan tebal. Menyakitkan jika ku ingat-ingat lagi tentang hal ini.
'Ya Allah, Tuhanku yang maha pendengar, bisakah kau jangan pisahkan kami? Aku mohon.. aku tak bisa jika tak dengan nya.' -batinku, rasanya sesak menghujam dadaku.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO COUPLE.
Short StoryAda misteri yang harus mereka bersembilan pecahkan diasrama putri serta asrama tua yang ada di SMA Garuda. Ayaka dan Reyyan harus menyelesaikan setiap misteri di balik pintu-pintu bernomor 1-7 itu. Bahkan sampai ada yang terluka di antara mereka ber...