13 Again

93 2 6
                                    

Aku berdiri di tengah-tengah jalan raya, ku tatap sekeliling. Dan saatku lihat sisi kananku, sebuah truk berwarna putih mulai mendekat dengan bunyi klaksonnya yang memekakkan telinga.

Aku tertegun, diam, tubuhku membeku seolah begitu berat untuk di gerakkan walaupun hanya sedikit.

"AYAKA!" panggil kakak laki-lakiku berlari ke arahku dengan cepat dia memelukku.

CIIIIITTTTT!!!

BRAKK!!!

Kurasakan pelukannya terlepas, aku terlempar. Dari kejauhan ku lihat tubuh kakak sudah hancur di bagian bawah truk putih itu.

Warga mulai berkumpul dengan teriak-teriakkan histeris.

"Kakak.." ucapku pelan memanggilnya.

Mama memandangku dengan tatapan bengis begitu pula dengan papa yang kian hari semakin dingin terhadapku. Seolah-olah aku tak pernah ada disini.

"Kamu pembunuh, menjauhlah dariku." kata papa dengan nada bicara yang dingin.

"Anak pembawa sial! Gara-gara kau putraku meninggal!!" mama mencekeram kuat kedua pipiku dengan tangannya, lalu mendorongku hingga jatuh ke lantai.

Dia berjalan mengambil vas bunga yang terletak di atas meja, lalu memukulkan benda itu ke kepalaku.

Bugh!

"Seharusnya kau yang mati! Bukan putraku!!"

Bugh!

Bugh!

Bugh!

"MATI SAJA KAU! HAHHH!"

Aku meringkuk menahan sakit dan perihnya pukulan mama di kepalaku, pedih sekali kurasa kulit kepalaku sudah robek.

"Mama... Am..pun.."

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Brukk!

Vas itu pecah, darah mulai bercucuran mengalir di wajahku. Yang kulakukan hanyalah menangis, mengigit bibir bawahku menahan isakan.

Mama menarik leherku dengan kedua tangannya, dia mencekikku dengan mata yang melotot.

"Matiiii! Matilah kauu!!!!" seperti kesetanan, mama terus mencekikku dengan kuat.

"TOLONGG!" aku terbangun, dengan napas yang terengah-engah, aku melihat semua teman-temanku sudah berkumpul di kamarku, termasuk Reyyan dan teman-temannya.

"Aya? Lo gak pa-pa kan?" Eliza mengusap wajahku yang sudah basah karena air mata dan keringat. Lagi-lagi mimpi buruk itu terus terulang. Mimpi dimana aku kecelakaan dengan kakakku, mimpi dimana aku hampir mati karena mama...

"Ya, kamu mimpi apa sayang?" Reyyan langsung memelukku dengan erat. Aku menangis, rasanya sakit sekali mengingat hal itu terus menerus setiap hari, aku lelah.

"Aya, minum dulu." Hansel memberikanku segelas air, sementara teman-temanku yang lainnya hanya menatapku dengan tatapan khawatir.

"Lo baik-baik aja kan Ayaka?" Moa memegang tanganku.

Aku mengangguk.

"Syukurlah hantu itu udah pergi dari tubuh lo." katanya.

"Ayaka... Maafin gue, harusnya gue gak sendirian di markas. Harusnya gue ngikut kalian, maaf gara-gara gue Ayaka dan kalian semua jadi repot.." Eliza tertunduk dengan kedua tangannya yang berada di atas paha.

Kulihat mereka semua menggeleng. "Jangan ngomong gitu Liz, lo gak salah." ucap Jarrel menenangkan.

Jarrel mendekati Eliza dan menepuk pundak gadis itu beberapa kali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

INDIGO COUPLE.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang