Aku baru saja sampai di koridor menuju kelasku, dengan tas ransel yang masih bertengger di pundakku. Aku berjalan menelusuri koridor ini. Namun tiba-tiba ku rasakan kepalaku mulai pusing lagi, kepalaku terasa sangat berat sekali. Sudah sering seperti ini sejak beberapa hari yang lalu, awalnya tak parah tapi semakin kesini semakin membuatku sakit bahkan sampai pingsan. Tanganku memegang dinding koridor itu, dengan satu tangan yang mencekeram kuat rambutku sendiri.
Pandanganku mulai memudar, aku pingsan. Masih terdengar samar-samar di telingaku suara murid-murid yang panik dan menyuruh memanggil guru serta anak PMR untuk membawaku ke UKS.
Aku kini terbangun, ku lihat banyak sekali orang disini. Di ruangan putih yang pastinya ini adalah UKS. Disana ada Reyyan, Eliza, dan keenam cowok lainnya, yaitu Hansel, Mahesa, Juan, Jarrel, Chandra, dan Malio. Ku lihat mereka semua terlihat sangat khawatir menatap padaku.
Ku lihat leher Reyyan di beri plaster sangat banyak sekitar ada sepuluh, lima di kiri lima di kanan, seperti habis di tusuk.
"Rey.. leher kamu kenapa?" tanyaku memegang lehernya. Reyyan tersenyum kecil dan membelai lembut rambutku.
"Tadi lo kerasukan, terus nyekek kak Rey sampai kuku-kuku lo nancep." jelas Eliza padaku.
Mendengar itu mataku mulai berkaca-kaca, rasanya aku menyesal sudah melukai orang yang paling ku sayangi. Reyyan mengusap lembut permukaan wajahku dengan tangannya itu. "Jangan sedih, aku nggak pa-pa." ucapnya menenangkan ku.
Aku menggeleng. "Maaf... Gara-gara aku kamu jadi luka," kataku dengan air mata yang mulai berjatuhan.
"Hei, jangan nangis. Aku gak kenapa-kenapa Aya.." Reyyan menangkup wajahku, kulihat dia menatapku dengan tatapan yang sangat tulus dan tersirat disana bahwa dia masih sangat menghawatirkan diriku.
"Adohhh!, scane bucen nya jangan di depan kita juga dong Rey! Panas nih berasa jadi setan di bacain ayat kursi gue." celetuk Jarrel mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah juga dengan suaranya yang nyaring dan terkesan bernada lucu itu membuatku yang tadinya menangis jadi tertawa.
"Sweet banget deh pengen kayang gue jadinya." tambah Hansel membuatku semakin terkekeh geli.
Reyyan menggelengkan kepalanya lalu ikut tertawa juga, begitu juga yang lain. Jarrel dan Hansel memang pandai mencairkan suasana.
Aku mengusap kasar air mataku lalu mengangguk. Walaupun masih terasa hatiku sesak dan merasa bersalah, tetap saja dia Reyyan yang selalu memaafkan ku.
"Gue rasa, makhluk yang kemarin itu mengikuti Ayaka." ucapnya menatap kami semua secara bergantian.
Hansel mengerutkan keningnya. "Makhluk apa?" tanyanya, ya benar saja mereka tak tau soal kejadian malam itu. Yang tau cuma aku dan Reyyan saja. Bahkan aku tak menceritakannya pada Eliza.
"Hantu penunggu ruangan nomor satu di asrama tua." jelas Reyyan.
"Lah, kok bisa. Bukan nya waktu itu makhluk itu udah di kunci lagi ya?" tanya Chiko pada Reyyan.
Ku lihat Reyyan sedikit menghela napas. Lalu dia mulai berbicara lagi.
"Dua hari yang lalu, Ayaka membuka pintu itu." ucapnya memandangku.
Mereka bertujuh terkejut mendengar penjelasan dari Reyyan barusan.
"Gue lupa ngasih tau Aya kalau itu larangan dari sekolah kita. Dan dia bernasib sama seperti gue dulu. Di teror." Reyyan menjeda ucapannya, dia semakin menggenggam erat tangan ku.
"Kronologinya sama, Aya bilang dia ngeliat cewek masuk kedalam asrama tua dan masuk kedalam ruangan nomor satu itu." sambungnya.
"Terus gimana? Kita harus gimana supaya hantu itu gak ngikut sama Ayaka lagi?" tanya Eliza.
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO COUPLE.
Kısa HikayeAda misteri yang harus mereka bersembilan pecahkan diasrama putri serta asrama tua yang ada di SMA Garuda. Ayaka dan Reyyan harus menyelesaikan setiap misteri di balik pintu-pintu bernomor 1-7 itu. Bahkan sampai ada yang terluka di antara mereka ber...