Kami tengah berkumpul di markas ghost hunter pukul tujuh malam ini, seusai makan malam seluruh anggota kami memutuskan untuk berkumpul karena bang Mahesa ingin memberitahukan kami sesuatu.
Kami duduk di sofa dan mengelilingi meja yang ada di tengah-tengah kami. Disini terang dan bersih, walaupun suasananya agak aneh. Tapi jika berkumpul bersama suasana aneh itu terasa sedikit menghilang.
"Jadi, bang Mahesa mau bicara tentang apa?" tanyaku padanya.
Bang Mahesa memandangi kami semua secara bergantian. Dia menghela napas lalu terdiam sesaat.
Plak!
"Buruan napa sih bang! Gue di gigitin nyamuk mulu ini," gerutu Chandra dengan tangannya yang sibuk menangkap nyamuk-nyamuk itu.
"Salah lo jarang mandi!" ucap Reyyan dengan berdecak, lagi serius-seriusnya malah si Chandra bikin ambyar.
"Tau tuh, Chandra mah mandinya sewindu sekali." timpal Milano.
"Ndasmu sewindu sekali!" sembur Chandra mencubit lengan Milano dengan keras.
"Aish! Sakit anjir!"
Aku hanya bisa menahan senyum, dengan Eliza yang sudah mati-matian menahan tawanya.
"Udah-udah, kalian ini." Bang Mahesa geleng-geleng kepala melihat tingkah laku teman-temannya yang.. gak tau deh.
"Jadi, ini yang mau gue kasih tau ke kalian semua." katanya mengeluarkan sebuah foto dari dalam buku tahunan sekolah kami.
Aku melotot, aku kenal wajah gadis itu. Dia.. hantu yang kemarin mengganggu ku di lift.
"Ini kan?"
"Iya, hantu yang lo ceritain ke Rey kemarin."
"Namanya.. Fia..?" Chandra menyipitkan matanya melihat tulisan yang tidak jelas pada foto satunya, foto dimana gadis itu mengenakan dress terusan berwarna biru laut, sama seperti waktu aku melihatnya di lift.
Bang Mahesa dan Rey mengangguk.
"Dia Fia, murid angkatan tahun 2016 lalu, dia meninggal karena.. menjadi tumbal pembuatan asrama putri oleh kepala sekolah kita." jelas bang Mahesa pada kami semua.
Jujur aku sangat terkejut, apalagi dia di tumbahkan untuk membangun asrama putri.
"Lalu? Apakah itu sebabnya dia gentayangan?" tanya Eliza pada bang Mahesa.
Bang Mahesa mengangguk. "Gue rasa ini bakalan susah, apalagi dia memang tumbal udah pasti dia bakal gentayangan. Tubuhnya ada di asrama kalian." katanya.
Eliza menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa. Ia tampak tak bisa berkata apapun lagi.
"Ayaka, lo masih inget di lantai berapa lift malam itu berhenti?" tanya bang Mahesa padaku.
Aku termenung sesaat mengingat hal yang baru saja terjadi padaku kemarin, jujur aku sebenarnya tidak ingin mengingat-ingat hal ini. Terlalu seram dan membuatku merinding.
"Apakah aku cantik?!"
"Apakah aku cantik?!"
"Apakah aku cantik?!"
Dia memegang pipiku dengan tangan dinginnya.
"APAKAH AKU CANTIK!" tanyanya dengan suara yang melengking, aku menutup telinga dan mataku, aku mulai menangis. Mataku mendongak ke atas melihat nomor lantai yang baru saja aku lewati. Ternyata lift itu terhenti di lantai...
Tiga.
"Lantai tiga!" Seru ku.
Mereka semua langsung menatap bang Mahesa yang sibuk berfikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO COUPLE.
Short StoryAda misteri yang harus mereka bersembilan pecahkan diasrama putri serta asrama tua yang ada di SMA Garuda. Ayaka dan Reyyan harus menyelesaikan setiap misteri di balik pintu-pintu bernomor 1-7 itu. Bahkan sampai ada yang terluka di antara mereka ber...