05 Seamin tak seiman

40 4 2
                                    

"Tuhan memang satu, kita yang tak sama."

Ayaka Mauri.

°°°

Sejak kejadian tadi malam, kini aku berada di UKS bersama Reyyan. Tidak, bukan dia yang luka atau sakit. Tapi aku, aku yang jatuh pingsan saat pelajaran olahraga berlangsung. Sudah dua puluh menit lalu cowok itu terus menanyakan banyak hal padaku, mulai dari 'apa yang sakit?' 'Kamu lapar gak?' 'Makan dulu yuk, mau ya?' 'Haus gak?' 'Ada yang kamu mau gak, nanti aku beliin ya?' Bahkan saat aku terbatuk saja dia langsung memberikanku obat dan air, padahal aku cuma tersedak air ludahku sendiri.

"Kamu masuk ke kelas aja Rey, udah bel masuk." ujarku dengan suara yang lemas, aku pingsan karena tiba-tiba aku merasakan ada sesuatu di pundakku. Terasa sangat berat hingga kepalaku terasa pusing dan berakhir pingsan.

Laki-laki itu menggeleng kukuh, dia masih menggenggam tangan ku dengan erat. Bahkan sesekali membenarkan rambut ku yang berantakan.

"Aku mau disini aja," katanya. Memang Reyyan sering keras kepala jika bersangkutan dengan ku yang jatuh sakit.

"Rey,"

"Gak mauu sayanggg"

Aku menghela napas panjang, lalu tangan kiriku bergerak menyentuh rambutnya.

"Nanti kamu ketinggalan pelajaran." Dia menggeleng, memegang tangan kiriku dan di taruhnya di pipinya.

"Guru lagi pada rapat, jadi jamkos kok." ucapnya, lagi-lagi aku pasrah saja padanya yang sudah mode batu begini.

Tiba-tiba perutku berbunyi, aku agak lapar sebenarnya, apalagi sejak pagi aku belum sempat sarapan karena harus mengerjakan piket di laboratorium dan perpustakaan.

"Kamu lapar?" Aku membalas pertanyaannya dengan anggukan dan cengiran.

"Mau aku beliin atau kamu udah kuat ikut ke kantin?"

"Kayaknya aku udah bisa jalan kok, ke kantin aja ya."

Dia mengangguk, kemudian membantuku untuk bangun dan turun dari brankar. Aku berjalan di depannya agak sedikit sempoyongan karena masih terasa pengelihatan ku berputar-putar.

Reyyan menangkap ku, yang hendak terjatuh. "Kamu gak pa-pa? Makan di sini aja ya biar aku bawain nanti." ucapnya lagi dengan tatapan khawatir.

Aku menggeleng.

"Aku bisa jalan kok, tenang aja." tolakku, aku sedang tak mau sendirian sebenarnya. Entah kenapa rasanya ada sesuatu yang mengikuti ku sejak pagi tadi. Dan anehnya aku tak bisa melihat sosok apa itu.

Reyyan maju kehadapanku dan berjongkok membelakangi ku. Dia menepuk punggung dua kali.

"Naik sini." titahnya, aku tak kuasa menahan senyuman dengan cepat aku langsung memeluknya dari belakang dengan erat.

Saat dia berdiri terasa tubuhku melayang.

"Kamu kok ringan banget? Kamu makan kapas apa gimana sih?" celetuknya. Reyyan jujur dia merasakan bahwa berat badan gadisnya itu terasa semakin ringan saja.

Aku menepuk pelan pundaknya. "Enak aja! Aku udah gemuk kok ini." jawabku mendengkus kesal.

***

Aku dan Reyyan sudah duduk di bangku kantin, kami memesan dua mangkuk bakso. Walaupun ini sudah jam masuk tapi masih banyak saja murid yang ke kantin untuk sekedar makan dan bergosip. Ya tak heran apalagi guru-guru sedang sibuk rapat.

Saat aku mau menyuapkan bakso kedalam mulutku, tiba-tiba Reyyan menepuk pelan  tanganku. "Doa dulu, cantik." marahnya padaku.

Aku nyengir dan mulai menadahkan tanganku untuk berdoa, berbeda dengan Reyyan yang menyatukan kedua tangannya lalu di genggam dan menunduk berdoa. Aku menatap sendu tanganku dan dirinya. Kenapa kami berbeda? Sudah setahun kami menjalani kisah ini, sudah banyak pula yang terjadi mulai dari teman-teman yang selalu menasehatiku tentang hubungan kami yang sebenarnya salah.

INDIGO COUPLE.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang