Sudah lama Jaehyun tidak merasa bersemangat saat membuka mata di pagi hari. Ternyata hal sepele seperti kembali merasakan semangat di pagi hari bisa terasa menyenangkan.
Beberapa hari belakangan Jaehyun selalu menyempatkan diri untuk jogging. Dan jika biasanya ia akan kembali ke apartemen begitu matahari mulai meninggi, sekarang ia akan sengaja menunggu hingga matahari meninggi.
Jaehyun duduk dibangku taman, bangku yang sama dengan yang pernah ia duduki beberapa hari lalu. Sambil mengusap peluh di dahi manik matanya tertuju pada toko Willow yang pagi ini terlihat tak terlalu sibuk.
Ada perasaan bahagia dan tak sabar yang dirasakan oleh Jaehyun. Antusiasnya melonjak ketika melihat pintu kaca toko terbuka. Ia sudah bersiap akan melihat sosok si gadis bunga yang kecantikannya berhasil menentramkan hati Jaehyun.
Namun Jaehyun harus menelan kekecewaannya ketika sosok yang keluar dengan membawa ember berisi bunga-bunga segar bukanlah si gadis bunga yang sejak tadi dinantinya. Gadis yang ini berambut pendek dan tubuhnya lebih tinggi dibandingkan si gadis bunga.
Jaehyun menghela napas. Ia baru kembali ke Seoul tadi malam setelah 2 hari syuting di Busan. Demi melihat si gadis bunga Jaehyun mengabaikan rasa lelahnya dan menyeret tubuhnya ke sini.
Jaehyun duduk selama 10 menit, masih berharap bisa melihat si gadis bunga. Namun harapannya pupus seiring dengan sinar matahari yang semakin meninggi serta jalanan yang semakin ramai.
Ia harus pergi sekarang. Jalanan yang ramai bukan suasana yang bersahabat bagi aktor kondang seperti dirinya.
Dengan langkah berat Jaehyun membawa tubuhnya meninggalkan bangku taman.
*****
Mina memperhatikan sekeliling kamar barunya. Ia baru saja selesai berbenah. Tak banyak yang harus ia benahi karena ia tidak punya banyak barang. Mina bersyukur karena itu, sebab kalau sampai ia punya banyak barang, maka kamar berukuran 4x2 meter ini takkan cukup menampungnya.
Karena kepindahannya ini pula Mina terpaksa izin cuti sehari. Awalnya Mina tinggal di kamar sewa yang lokasinya tidak terlalu jauh dari toko bunga. Hanya 3 menit berjalan kaki. Tempat tinggalnya dulu merupakan bangunan 3 lantai yang memang dibangun untuk kamar sewa. Kamarnya sendiri berukuran 5×4 meter dan dilengkapi dengan kamar mandi. Tersedia dapur umum yang bebas digunakan oleh para penghuni di setiap lantai.
Masalahnya tahun ini si pemilik gedung menaikkan harga sewa. Tabungan Mina tidak memungkinkan untuk dirinya bertahan di sana, tidak dengan gajinya yang sekarang.
Mina dulu bekerja di sebuah perusahaan penerbit kecil yang karyawannya kurang dari 10 orang. Ia bekerja sebagai asisten editor dengan gaji yang cukup untuknya bertahan hidup di Seoul. Apalagi dengan status pendidikannya yang hanya tamatan SMA, pekerjaan sebagai asisten editor adalah pekerjaan terbaik yang bisa ia dapatkan.
Dulu Mina pikir alasan dirinya diterima bekerja karena kemampuannya yang mumpuni. Akan tetapi belakangan ia tahu kalau alasan terbesarnya diterima bekerja karena dirinya hanya tamatan SMA sehingga mereka bisa menggajinya dibawah standar yang seharusnya.
Mina sebenarnya tidak keberatan dengan hal tersebut selama ia tetap bisa membayar sewa kamar dan makan. Namun tekanan serta cemooh yang ia dapatkan dari rekan-rekan kerjanya hanya karena ia tidak memiliki gelar S1 seperti yang mereka membuat Mina muak.
Apa hebatnya gelar itu? Bukankah yang terpenting adalah kemampuan?
Mina memang hanya tamatan SMA, tetapi ia telah membuktikan bahwa kinerja serta kemampuannya tidak kalah dari mereka yang tamatan universitas. Sayangnya itu saja tidak cukup. Cemoohan yang awalnya bisa Mina abaikan perlahan memakannya hidup-hidup sehingga demi kesehatan mentalnya Mina pun memutuskan mengundurkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue
FanfictionSon Mina akrab dengan sepi. Sepanjang 25 tahun hidupnya yang Mina ingat ia kerap sendirian. Ayahnya meninggalkan ia dan ibunya ketika Mina masih bayi, dan bertahun-tahun kemudian gantian sang ibu yang meninggalkan dirinya ketika ia remaja. Mina suda...