"Lagi-lagi cuaca tidak mendukung kita untuk melanjutkan syuting."
Jaehyun menoleh dan sontak berdiri tegak ketika senior yang ia hormati tengah berdiri di hadapannya.
Kim Byung Hoon tertawa kecil mendapati sikap canggung Jaehyun. Ia pun menepuk bahu Jaehyun sambil bercanda. "Ini sudah minggu kedua, dan kau masih saja begitu canggung terhadapku. Apa aku begitu menakutkan?"
Jaehyun sontak menggeleng. "Tidak begitu. Maafkan saya sunbaenim." Kepala Jaehyun tertunduk malu.
Kim Byung Hoon tersenyum, lalu mengajak Jaehyun duduk di undakan tangga. Ia menatap langit mendung yang sejak beberapa saat lalu terus menerus menurunkan hujan.
"Kudengar kau suka main golf." Kim Byung Hoon membuka obrolan setelah beberapa saat mereka berdua hanya diam sambil melihat hujan.
"Mm iya, tapi saya baru saja mulai bermain. Jadi, permainan saya belum bagus."
"Tidak masalah. Mau bermain bersama kapan-kapan?" Tanya Kim Byung Hoon dengan ramah. "Aku, Lee Ji Hoon, Kim Taepyung, Lee Dongwook, dan Cha Minho sering main golf bersama. Pokoknya tiap bulan kami pasti akan berkumpul untuk bermain. Mau berkabung? Minho selalu mengeluh karena dia satu-satunya anak muda diantara kami para ahjussi. Kehadiranmu akan membuatnya senang."
"Eh, apakah tidak apa-apa?" Tanya Jaehyun kaget.
Bukannya apa, tapi keempat nama yang disebut oleh Kim Byung Hoon tadi adalah deretan nama aktor papan atas yang sangat tersohor di Korea dan bahkan internasional. Jaehyun ingat kalau media Korea menjuluki geng mereka sebagai F5 alias Flower Five. Karena tak hanya terkenal dan berprestasi, namun kelimanya juga luar biasa tampan. Bisa masuk ke dalam lingkar pertemanan mereka tentunya menjadi suatu kehormatan bagi Jaehyun.
"Tentu saja tidak apa-apa. Kalau tidak mana mungkin aku menawarimu. Asal kau tahu, aku ini bukan tipe orang yang suka berbasa basi."
"Kalau begitu dengan senang hati. Terima kasih banyak." Jaehyun menunduk sopan.
Kim Byung Hoon tersenyum puas. "Baiklah, nanti kapan kami akan main aku akan mengabarimu," ucapnya sembari menepuk pelan punggung Jaehyun.
Jaehyun pun menggangguk senang. Rasanya ia tak sabar ingin pamer pada Hyunjae, Jaehwan dan juga Mina.
Mina..
Sedang apa gadis itu saat ini? Mendadak Jaehyun jadi merindukannya.
*****
Manik mata Mina terpaku pada sosok ibunya yang perlahan menjauh. Ibunya betul-betul menepati perkataannya untuk menjauh dari Mina begitu rumah nenek resmi berpindah kepemilikan. Sekarang Mina tidak punya tempat untuk pulang. Tidak ada rumah, tidak ada ibu. Hanya ada dirinya sendiri seperti biasa.
Angin siang berhembus kencang menerpa wajah Mina dan membuat rambut panjangnya berantakan. Mina mendongak menatap langit yang mendung. Ibu hanya memberikan sebuah pelukan singkat serta sebuah kata maaf sebelum meninggalkan Mina sendirian di depan kantor notaris. Mina bahkan tidak sempat merespon ketika ibunya buru-buru melangkah pergi. Seolah jika ia tinggal sedetik lebih lama maka malaikat maut akan datang untuk menjemputnya.
Anehnya saat ini Mina tidak merasa marah, sedih ataupun kecewa. Yang terasa hanya hampa. Perlahan Mina melangkahkan kaki, berjalan berlawanan arah dari sang ibu. Ibu telah memilih jalan hidupnya sendiri, tanpa Mina di dalamnya. Kini Mina pun mengambil jalan hidupnya sendiri, tanpa ibu.
Sehari setelahnya Mina masih memikirkan pertemuan terakhirnya dengan ibu. Setiap teringat wajah ibunya dada Mina terasa sesak. Rasa hampa yang semula ia rasakan perlahan namun pasti berubah menjadi sesak. Mina merasa sulit bernapas. Dia merasa sekarat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue
FanfictionSon Mina akrab dengan sepi. Sepanjang 25 tahun hidupnya yang Mina ingat ia kerap sendirian. Ayahnya meninggalkan ia dan ibunya ketika Mina masih bayi, dan bertahun-tahun kemudian gantian sang ibu yang meninggalkan dirinya ketika ia remaja. Mina suda...