"Belakangan kau sering buka toko terlampau pagi. Jarang-jarang aku menemukan orang yang begitu semangat bekerja," kata Jaehyun sambil tertawa kecil.
"Mungkin karena aku sangat menyukai pekerjaanku," jawab Mina.
"Alasan yang masuk akal."
Mina menunduk menatap sepasang sepatu keds berwarna coklat kesayangannya. Andai Jaehyun tahu kalau alasan Mina selalu tiba di toko lebih pagi adalah dirinya, apa pria itu akan menertawai tindakannya ini?
"Mulai besok sampai dua hari ke depan aku tidak jogging," ucap Jaehyun sambil tersenyum penuh arti.
'Dia tahu!'
Seketika wajah Mina memerah karena menahan malu. Ia bangkit berdiri, dan tanpa mengatakan apa-apa langsung pergi.
Tak lama Mina kembali dengan membawa sebotol air mineral yang masing disegel. Ia menyerahkan botol itu kepada Jaehyun.
"Tidak ada kopi pagi ini?"
"Habis olahraga lebih bagus minum air mineral," jawab Mina kalem.
Jaehyun tersenyum. "Terima kasih."
Jaehyun membuka segel air mineral, lalu menenggak air tersebut hingga sisa setengah botol. Mina diam-diam mengamati pergerakan jakun Jaehyun. Mendadak jakun Jaehyun menjadi pemandangan yang menarik. Mina rasa ia mulai tidak waras.
"Aku turut berduka cita atas meninggalnya nenekmu. Pasti berat rasanya kehilangan keluarga."
Mina pernah berada di posisi Jaehyun, namun kala itu ia masih terlalu kecil untuk mengingat bagaimana rasanya ketika mengantar neneknya ke peristirahatan terakhir. Yang terpatri jelas diingatan Mina adalah raungan jerit tangis ibunya. Hanya itu.
"Sejujurnya kematian beliau tidak memberikan dampak apapun padaku. Hubungan kami tidak dekat."
"Ah, begitu.."
"Alih-alih keluarga, kami lebih seperti orang asing yang kebetulan berbagi nama keluarga yang sama. Kupikir nenek tidak terlalu suka padaku. Menurutnya aku ini beban."
Pandangan Mina berubah sendu. "Aku paham perasaanmu," ucap Mina yang mana membuat dahi Jaehyun mengernyit.
"Bukan kau saja yang punya masalah dengan keluarga," tambah Mina. Ia mengalihkan pandangan ke arah deretan bunga lily yang tampak segar.
Jaehyun tersenyum getir, lalu kembali menenggak air di dalam botol hingga habis tak bersisa. Nyatanya tidak ada keluarga yang benar-benar bahagia. Setiap keluarga pasti punya masa-masa sulit. Ingat, tidak ada yang sempurna di dunia ini.
*****
"Pria tadi siapa?" Tanya Woojin layaknya sedang menginterogasi.
Mina yang sedang mengisi stok bunga rangkai di rak sedikit mengernyitkan dahi. Ia tidak suka dengan nada bicara Woojin yang begitu ketara serba ingin tahu. Namun Mina tetap menjawab pertanyaan Woojin.
"Pelanggan," jawab Mina singkat.
Woojin masih terlihat tidak puas. "Tapi kalian terlihat mengobrol akrab tadi," ucapnya lagi.
"Dia sering membeli bunga di sini. Dan tadi kami membicarakan perihal buket bunga yang dia pesan. Aku harus tahu detail apa keinginan pemesan."
"Wajahnya terlihat tidak asing," Woojin berusaha mengingat-ingat di mana ia pernah melihat sosok pria yang tidak ia kenal, namun sudah ia benci dengan sepenuh hati tersebut.
Mina tidak membalas ucapan Woojin. Ia mengangkut keranjang bunga yang sudah kosong, kemudian berlalu pergi meninggalkan Woojin.
"Belakangan kau jadi sering berangkat ke toko di pagi buta," Woojin kembali menyuarakan rasa penasarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue
FanfictionSon Mina akrab dengan sepi. Sepanjang 25 tahun hidupnya yang Mina ingat ia kerap sendirian. Ayahnya meninggalkan ia dan ibunya ketika Mina masih bayi, dan bertahun-tahun kemudian gantian sang ibu yang meninggalkan dirinya ketika ia remaja. Mina suda...