Tak Diharapkan

127 33 10
                                    

Ucapan Jaehyun masih terngiang-ngiang di telinga Mina, seolah Jaehyun terus mengucapkannya berulang-ulang.

Mina menyentuh dadanya, tempat di mana ia bisa merasakan detak jantungnya yang berdebar keras. Seulas senyum tampak di wajah Mina. Ia senang karena bisa merasakan beragam perasaan semenjak bertemu Jaehyun.

Jaehyun memang baru hadir ke dalam hidup Mina, namun dalam waktu singkat Jaehyun berhasil mengisi kehampaan yang selama bertahun-tahun Mina rasakan. Mina merasa lebih hidup. Ia menemukan dirinya begitu bersemangat menyambut hari. Tidak seperti dulu, ketika ia bahkan tidak peduli jika kiamat terjadi saat itu juga.

Mina memejamkan mata dengan perasaan senang. Ia menantikan hari esok.

Ketika pagi datang Mina bersiap-siap hendak pergi ke toko. Sekarang ia tahu jika Jaehyun suka jogging di pagi hari. Dan itu berarti pria itu akan melewati toko. Jika ingin bertemu Jaehyun, maka ia harus datang lebih pagi ke toko.

Di depan pagar Mina berpapasan dengan putri sulung ibu Shim yang bernama Yang Siyeon. Gadis itu hendak berangkat ke sekolah. Wajahnya masih terlihat mengantuk. Siyeon sedikit menunduk sopan ketika melihat Mina.

Mina tak pernah bercakap-cakap dengan Siyeon ataupun adiknya, Seol Ah. Namun demikian, Mina lumayan tahu tentang mereka. Mina tahu jika Seol Ah sering melewatkan sarapan dan kerap lupa membawa baju olahraga. Atau tentang Siyeon yang suka menari dan mendaftar ke sekolah tari dengan menggunakan uang yang seharusnya diperuntukkan untuk biaya les Bahasa Inggris. Salahkan ibu Shim yang suka berteriak sehingga Mina jadi tahu apa saja yang terjadi di dalam rumah keluarga itu.

"Unnie,"

Panggilan dari Siyeon membuat langkah Mina terhenti. Ia menoleh menatap Siyeon.

"Apa unnie berpacaran dengan kurir itu?"

"Maksudmu Han Woojin?" Tanya Mina ingin memastikan.

Siyeon mengedikkan bahu. "Entahlah, aku tak tahu namanya. Pokoknya ia kurir yang sering mengantar paket di sekitaran wilayah sini."

"Memangnya kenapa?"

"Semalam dia datang ke sini mencarimu. Dia hanya mondar mandir di depan pagar. Membuatku curiga saja karena kupikir dia orang jahat. Dan semalam bukan pertama kalinya. Tapi baru semalam aku berani menegurnya. Rupanya ia mencarimu," jelas Siyeon.

"Kami berteman."

Siyeon menatap ke arah belakang Mina. "Panjang umur. Itu orangnya."

Mina ikut menoleh ke belakang dan mendapati Han Woojin tengah berjalan ke arahnya.

"Aku duluan ya unnie," pamit Siyeon kemudian berlalu pergi.

"Selamat pagi Mina," sapa Woojin ramah.

Mina balas menyapa, "Selamat pagi."

Woojin memperhatikan penampilan Mina yang tampak rapi. Dahinya sedikit mengernyit.

"Ingin berangkat ke toko sekarang? Pagi sekali."

"Ada pesanan bunga yang harus diselesaikan," Mina berbohong.

"Oh begitu ya. Ngomong-ngomong semalam kau ke mana? Sepertinya kau pulang larut ya."

"Pergi bersama Jihyo. Sudah ya, aku duluan. Sampai jumpa," Mina berpamitan dengan sopan. Ia risih lama-lama berduaan bersama Woojin. Terlebih setelah mendengar ucapan Siyeon tadi. Apa itu berarti selama ini Woojin sering memantau dirinya?

"Nanti aku akan mampir ke toko untuk mengantarkan barang," kata Woojin sambil melambaikan tangan.

Mina hanya tersenyum kecil sambil mengangguk, lalu buru-buru pergi sebelum Woojin mendapat ide untuk mengantarnya ke toko.

BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang