"Kacamata?"
(Y/n) menganggukkan kepala pelan kearah Rin. Gadis itu sedikit mengusap dibagian samping kepala seolah-olah tengah pusing.
"Iya," Gadis itu menatap balik manik teal yang terlihat bingung. "Aku sedikit kesulitan melihat belakangan ini. Aku rasa aku membutuhkan kacamata."
Rin mengusap belakang lehernya pelan, "sepertinya aku tidak bisa menemanimu nanti." Gugup, lelaki berusia setahun dibawah (y/n) itu terlihat menatap kearah lain.
(Y/n) tahu pasti itu, sepertinya Rin berencana menyambut kepulangan Sae tanpa memberitahukan kepadanya. (Y/n) sedikit mencebik kesal tentunya. Bocah yang sudah dua belas tahun menjadi temannya itu kini terlihat mencoba mencari-cari alasan.
"Ya sudah kalau begitu." Ucap (y/n) menghembuskan nafas kesal. "Aku pergi sendiri saja."
Kedua tangan tertangkup kedepan wajah, Rin terlihat merasa bersalah pada (y/n). "Maaf! Aku benar-benar tidak bisa."
(Y/n) hanya mengulas senyum kecil, ternyata reaksi yang dikeluarkan Rin sudah lebih dari cukup menghapus kekesalannya. "Sudahlah, aku tidak mempermasalahkan itu lagi." Jawab (y/n).
"Lagipula, nanti kau ada pertandingan, 'kan? Pertandingan di hari bersalju saat sekarang ini benar-benar menguras tenaga."
(Y/n) mengeluarkan sebuah syal berwarna hijau dengan garis-garis putih dan mengalungkannya keleher Rin. "Kau harus ingat untuk tetap menghangatkan lehermu seusai pertandingan."
Mendengar celoteh (y/n) mengenai bagaimana sembrononya Rin setiap kali usai pertandingan. Entah pergi begitu saja tanpa pendinginan badan atau langsung berganti baju tanpa mandi hingga keringat masih menempel di bajunya.
"Dengar," Ucap (y/n). Kedua matanya menatap manik mata Rin intens. "Entah bagaimana nanti hasil pertandingannya, kau harus menang."
Rin mengangguk, "pasti. Aku belum pernah kalah sekalipun semenjak kakak pergi ke Spanyol."
Hanya dengan sedikit pancingan tentang permainan bolanya, membuat enyum tipis terulas dibibir (y/n). Gadis itu berhasil memancing Rin membicarakan Sae terlebih dahulu tanpa harus memulai pembicaraan dari sisinya.
"Ngomong-ngomong soal Sae," Ucap (y/n). "Kira-kira kapan dia akan pulang, ya? Sae tidak pernah menjawab pesanku sama sekali."
Bohong, (y/n) saja baru berbalas pesan dengan Sae semalam. "Apa kau yakin dia tidak mengganti nomornya atau apa begitu?"
Rin semakin mengalihkan pandangannya. Terlihat sekali lelaki itu tidak mau membahas lebih lanjut tentang Sae pada (y/n).
"Rin?" Panggil (y/n).
Senyum tipis (y/n) membuat Rin sedikit mematung. Terlebih lagi pandangan dari bawah seolah menuntut Rin menjawab semua pertanyaan dengan jujur.
"Ada apa, Rin-chan?"
Sekali lagi (y/n) mencoba mengorek informasi alasan Rin berbohong dan menyembunyikan nomor baru Sae darinya.
"Itoshi Rin!"
Sebuah suara dari jauh membuat Rin melihat celah untuk kabur dari (y/n). Rin sejenak terbatuk membersihkan tenggorokannya, "entahlah, aku harus pergi. Timku memanggilku."
(Y/n) hanya memandang datar kepergian Rin yang terburu-buru. Gadis itu memilih berbalik mengambil tas miliknya yang sejak tadi berada di tanah.
Banyak siswa siswi yang ikut berjalan beriringan dengannya melewati pagar sekolah. Sebuah bus berhenti di tempat pemberhentian bus yang tidak begitu jauh dari gerbang sekolah. (Y/n) duduk diatas salah satu bangku besi dekat jendela. Tangannya membuka ponsel yang kini menampilkan kolom pesan antara dirinya dan Sae.

KAMU SEDANG MEMBACA
Different Side [I. Sae x Reader]
Fanfiction🅂🄸🄳🄴 🄿🅁🄾🄹🄴🄲🅃 🄱🅈 🅂🄰🄽 🄱🄻🅄🄴 🄻🄾🄲🄺 🄲🄷🄰🅁🄰🅂 . . . "Dia berubah..." Sae yang aku kenal sudah tidak ada lagi. Hanya ada sebatas orang asing yang tidak suka dibantah dan tidak lagi menatap seperti dulu. . . . . . . Sinc...