16

2.2K 256 40
                                    

Sae menganggukkan kepalanya, menyetujui ajakan tentang putus yang (y/n) sampaikan. Tangan pria itu tersampir mengusap rambutnya yang kini mulai berantakan. Pria itu terlihat jatuh pada asa sejenak. Langkah kakinya mantap menuju sang wanita, kedua tangan yang mulai dingin itu menangkup kedua pipi ranum.

"Hanya kali ini," Ucapnya putus asa. "Aku kalah hanya kali ini saja."

Terlihat jelas manik teal itu menajam menatap langsung ke sepasang mata dihadapannya.

"Aku melepaskanmu kali ini," Sae memberikan jawaban yang diinginkan sang wanita. "Tapi ingat, kau hanya milikku. Milik Itoshi Sae."

Seolah tidak membiarkan puan menjawab, bibir itu saling terkunci, menyesap dalam dan kasar. Lidahnya menari sejenak mengeksplor sedikit mulut wanita itu. Rasa manis yang menjadi candu membuatnya sejenak ingin menarik ucapan, tetapi begitu menatap pandangan terkejut dari (y/n) membuatnya urung.

"Ingat itu... Biarkan tubuhmu mengingat siapa pemiliknya."

Seduktif, pria itu sejenak menunduk menyesap leher jenjang wanita yang kini telah sah menjadi mantan kekasihnya. Cengkraman kuat dibahu dia abaikan, Sae terus memberi jejak dan menggigit leher sang puan. Mengabaikan ringisan dan rintihan kesakitan, tangannya terus memeluk pinggang dengan erat.

"Kau harus mengingat itu semua, (y/n)." Sae menatap dalam mata memerah dan sayu di hadapannya. Ibu jari Sae mengusap perlahan bekas gigitan dibahu sang puan dan tersenyum miring. "Tubuhmu... Jiwamu... Semuanya milikku, aku pasti akan mendapatkannya kembali."

Sae hendak memberikan ciuman terakhir sebelum sang puan mengelak dengan keras dan menangis dalam diamnya. Sae melepaskan pegangan dan berjalan menjauh dari (y/n) yang berdiri membeku disana.

.
.
.

Hari keberangkatan datang, (y/n) berdiri didalam bandara dan akan masuk kedalam lorong penghubung pesawat. Tangannya melihat kearah jam didalam ponsel, Rin tidak menjawab apapun dari pesannya. Tidak ada ucapan selamat tinggal atau hati-hati dijalan.

Tangannya sedikit mengusap leher bekas gigitan Sae, meski sudah lewat beberapa hari, rasanya masih tetap segar di otak dan itu meninggalkan kesan tidak nyaman mengingat keduanya sudah putus malam itu. Kepalanya sedikit melirik kearah belakang, ada ayah dan ibunya yang melambaikan tangan atas keberangkatan (y/n) menuju Korea Selatan untuk melanjutkan studinya.

"Selamat tinggal, Jepang."

Wanita itu melangkah masuk kedalam pesawat, meninggalkan banyak kenangan pahit manis di Jepang dan memulai kehidupan baru yang sibuk di Korea Selatan nantinya. Rambutnya tergerai dibatas bahu, baru saja dipangkas semalam untuk tanda move on dari Itoshi Sae.

Semoga saja begitu, pikirnya pelan. Tangannya mematikan data ponsel dan beralih ke mode pesawat begitu lepas landas. Pemandangan kota Tokyo akan menjadi hal yang dia rindukan selama berada di negeri orang lain. Wanita itu menyenderkan kepala ke bantalan empuk kursi VIP dan menghembuskan nafas panjang.

.
.
.

8 tahun kemudian.

...

Manik mata berkilau cemerlang melihat baris demi baris dan deretan angka nol berjejer rapi didalam buku tabungan. Gaji pertama sebanyak enam digit dalam won membuatnya memasang senyum cemerlang dengan wajah memerah senang.

Kozume Kenma, CEO dari bouncing ball corporation langsung menagihnya sebagai bawahan begitu kelulusan diumumkan.

Pipi wanita itu bersemu membayangkan betapa banyak ganjang gejang dan kimbap serta ayam goreng yang bisa dia beli dengan gaji besar itu. Untuk sementara dia diletakkan di cabang Korea Selatan hingga bulan depan.

Bibirnya mengecup buku tabungan dan berkata, "ah, uang memang memuaskan. Aku cinta uang."

Realistis, wanita itu sudah merasakan banyak hal dinegeri orang. Korea Selatan memang indah, tapi banyak hal sulit juga yang dia dapatkan disini. Delapan tahun tanpa ada orang yang dia kenal, suasana baru dan bahasa asing di mana-mana. Beruntung, (y/n) adalah orang yang bisa belajar dengan cepat dan sangat baik menyerap tara krama.

Kakinya sesekali menyentak senang, membeli beberapa makanan untuk berpesta di flat kecil miliknya. Rencana untuk pindah ke apartemen khusus milik BB Corporation begitu sampai di Jepang nanti. Rambutnya dicepol asal meninggalkan beberapa helai anakan rambut dibingkai wajahnya. Rahang wanita itu tegas saat mengunyah makanan didepan laptop yang menayangkan drama Korea bertemakan zombie yang cukup populer belakangan ini.

"Gwi-Nam shibal!" Pekiknya tidak jelas karena melihat salah satu antagonis brengsek yang ingin membunuh MC.

Wanita itu sibuk mengunyah banchan gratis dari pembelian ayam goreng saus pedas. Sumpitnya diletakkan berdiri di atas nasi, berdo'a untuk kematian antagonis.

Kring!

Sebuah pesan singkat dari teman kampusnya, orang Korea Selatan asli yang membantunya sejak awal perkuliahan.

"Mau nonton piala Dunia?"

Sejenak wanita itu mengernyit tajam, bingung dengan maksud dari teman laki-lakinya itu.

"Piala Dunia apa?"

"Sepak bola. Aku ingat dulu kau bilang cukup suka dengan pertandingan sepak bola. Bagaimana? Mau ikut? Ayo temani aku (◕3◕)"

"Oke! Carikan kursi ya, Rok-Soo!"

Wanita itu menutup ponsel pintarnya dan kembali fokus pada drama dan makanannya sepanjang malam.

.
.
.

"Siapa lawan siapa sekarang?"

Wanita itu mengekori dua teman laki-laki dan satu teman wanitanya menaiki podium penonton. Teriakan dan gema lagu dari masing-masing supporter bergema disepanjang penjuru. Wanita itu sedikit memperbaiki topi miliknya karena beberapa kali tersenggol oleh penonton.

"Korea Selatan melawan Spanyol." Ucap teman laki-lakinya bernama Jong Hyuk itu sedikit berteriak agar (y/n) bisa mendengarnya.

"Itu kursi kita!" Pemuda berambut kemerahan menunjuk kearah tribun barat. Rok-Soo dengan semangat 45 membawa rekan-rekannya kekursi yang sudah dia pesan.

"Dari sini bisa terlihat jelas seluruh lapangan." Gadis muda berambut coklat itu terlihat sedikit bersemangat dan bercengkrama dengan Jong-Hyuk.

Mata (y/n) tidak bisa lepas dari lapangan, melirik tajam satu sosok yang membuatnya membeku semenjak duduk di kursi tribun. Matanya dan mata orang itu bertemu satu sama lain. Membuat wajahnya sedikit memucat melihat keberadaan orang yang seharusnya tidak berada disini.

Mengabaikan ketiga temannya yang asik berbincang, (y/n) hanya fokus pada pemain yang tidak asing baginya itu yang ternyata telah masuk kedalam tim nasional Spanyol. Tangannya sedikit meremas lengan baju dan mengalihkan pandangan lebih dulu dari lapangan.

Pertandingan dimulai diiringi teriakan dan dukungan, suara teriakan bersemangat pecah saat tim Spanyol berhasil memasukkan satu gol dari sudut kiri lapangan dengan sangat mulus. Selama 90 menit, tidak ada gol lain yang tercipta.

Kemenangan mutlak diambil oleh Spanyol.

.
.
.

.
.
.

T
B
C

.
.
.

.
.
.

San: hayo ketemu lagi sama Saesat 🗿

.
.
.

.
.
.

.
.
.

7 Juli 2023

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Different Side [I. Sae x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang