2

2.2K 362 4
                                        

"Sae-chan."

Panggilan itu hanya mendapat gumaman kecil darinya. (Y/n) menunduk pelan menatap kertas yang Sae pegang dan tatap sangat lama. Keduanya kini tengah berada dikamar Sae yang temaram.

"Kau tidak apa-apa?"

Sae hanya menggeleng, "aku hanya bingung dengan bahasa ini."

(Y/n) beralih ikut membaca tulisan didalam kertas. Sebuah undangan untuk melakukan pelatihan luar negeri.

"Royal Madrid Youth? Itu terdengar seperti sebuah klub sepak bola." Ujar (y/n).

Sae terlihat bingung sejenak, "kau bisa membacanya?" Kening laki-laki itu mengkerut dalam-dalam. "Ini bahasa Spanyol, kan? Berapa banyak bahasa yang kau kuasai sebenarnya?"

"Kau bertanya itu sekarang, Sae-chan?" (Y/n) justru bertanya balik. "Pertama, ayo kita artikan ini dulu sama-sama."

Sae kembali fokus pada kertas itu dan menyimak apa-apa yang diucapkan (y/n). Keduanya terdiam bahwa itu berisi sebuah undangan pelatihan pemain sepak bola luar negeri.

"Hebat," Bisik (y/n) pelan. Wajahnya memerah menahan senyuman. Matanya sedikit melirik ke arah Sae yang juga ikut mematung. "Sae-chan hebat."

Kedua tangan terentang, (y/n) dengan cepat membawa tubuh Sae kedalam pelukannya. Gadis itu terpekik riang dan memutar-mutar tubuh. Sae sendiri ikut tersenyum dan tertawa senang melihat ada klub besar yang meliriknya.

"Luar biasa!" Ujar (y/n) senang. Gadis itu kembali ke arah kertas itu. Sae sendiri malah kembali diam dan terlihat sedang memikirkan sesuatu.

"Aku akan pergi."

(Y/n) berjalan bersemangat ke arah Sae. "Tentu saja! Kesempatan tidak datang dua kali Sae-chan! Sudah jelas kau harus menerima ini."

Kini Sae yang menarik (y/n) kedalam pelukan. "Tapi itu artinya kita akan berpisah jauh."

(Y/n) mengusap punggung Sae, "astaga, hanya beberapa tahun tidak akan apa-apa."

Pelukan Sae kian mengerat, "ya, aku tahu." Hidungnya sejenak menghirup aroma wangi manis yang halus dari rambut serta leher (y/n). "Tiga tahun, apa kau mau menungguku?"

(Y/n) mengurai pelukan, terlihat jelas wajah tidak terima Sae. "Kau ini bilang apa sih? Pastinya aku akan menunggumu selama apapun itu. Kau kekasihku, mana mungkin aku bersenang-senang disini dengan yang lain dan melupakanmu yang berjuang dinegeri orang?"

Sae kembali tersenyum, tipis hingga (y/n) sedikit tersipu karena wajah Sae yang hanya berjarak beberapa senti saja darinya. Aroma kayu manis dan sedikit aroma sampo bisa (y/n) cium. Sae semakin mendekat, menempelkan bibir keduanya. Hanya bertengger tanpa melakukan gerakan lainnya.

"Nii-chan."

Sebuah suara menginterupsi keduanya. (Y/n) sontak mendorong Sae menjauh dan berbalik menatap Itoshi Rin, adik dari Sae sedang berdiri memegangi gagang pintu dan menatap keduanya bingung.

"Eh, Rin-chan!?"

"Kalian sedang apa?" Tanya Rin. Wajah polos bocah itu terlihat bingung tatkala melihat wajah merah kakaknya dan (y/n). "Mama dan papa menunggu di bawah."

"Ehem! Kalau begitu aku turun dulu dengan Rin-chan." ucap (y/n) gugup, gadis itu dengan cepat menarik tangan Rin dan menutup pintu cepat-cepat demi menghindari menatap wajah Sae. "Rin-chan ayo kita lari!"

"Eh?" Rin terlihat bingung tapi tetap ikut lari ke bawah bersama (y/n). "Kenapa kita lari Nee-chan? Lagi main kejar-kejaran sama Nii-chan?"

(Y/n) tertawa kecil, tangan keduanya masih bertautan hingga jenjang terakhir. "Yah, anggap saja begitu. Ngomong-ngomong sepertinya aku tidak bisa ikut makan malam, aku harus kembali sebelum jam tujuh malam."

Rin mengantarkan (y/n) menuju pintu depan, "ah begitu rupanya." Tangan (y/n) tersampir mengusap rambut gelap Rin, Rin sendiri harus sedikit menunduk karena tubuh (y/n) sendiri lebih pendek darinya yang masih sekolah menengah pertama. "Perlu ku antarkan, Nee-chan?"

(Y/n) menggeleng kecil, "tidak perlu, rumah kita hanya berjarak beberapa rumah saja."

(Y/n) melambaikan tangannya ke udara, "bye-bye! Mata ashita! Titip salam buat oba-chan dan oji-chan!"

Rin ikut melambaikan tangannya ke udara menjawab (y/n). Laki-laki itu kemudian kembali masuk dan langsung bertemu tatap dengan Sae yang terlihat datar kearahnya.

"Ah, Nee-chan bilang dia ada urusan dan harus pulang lebih cepat." jelas Rin. Bocah berambut hitam itu sedikit gugup di tatap kontras oleh Sae. "Aku ke ruang makan dulu, Nii-chan."

Sae hanya diam kembali menatap pintu yang tertutup rapat sebelum akhirnya ikut beranjak menuju ruang makan. Disana sudah ada kedua orang tuanya serta Rin. Duduk di kursi masing-masing dan mulai menyantap makan malam.

"(Y/n)-chan mana?" Ibu kedua Itoshi kecil itu bertanya melihat kekasih anak tertuanya tidak ikut dengan mereka.

"(Y/n) punya urusan dan harus pulang," Jelas Sae.

"Nee-chan titip salam dan maaf karena tidak bisa ikut makan malam," Tambah Rin. Bocah itu mengambil sepotong unagi dari atas piring saji dan menumpuknya di atas nasi.

"Begitu ya, sayang sekali." Ucap sang ibu membagikan beberapa kentang ke piring Rin. "Ah, Sae tidak suka kentang kan? Mau wortel saja?"

Sae mengangguk, "iya mau."

Sementara itu, (y/n) kini sudah sampai dirumahnya dan tengah berguling-guling seperti orang kesetanan. Wajahnya memerah malu tertimbun diantara bantal, jelas sekali semunya hingga mengundang tatapan ingin tahu dari kedua orang tuanya tadi saat masuk kedalam rumah.

"(Y/n)," Sebuah suara memanggil dari luar kamar gadis itu.

"Ya, Ayah?"

"Kamu tidak lapar? Ayah baru membeli makanan kesukaanmu." Jelas ayahnya.

"Tidak, aku tidak lapar."

.
.
.

.
.
.

.
.
.

T
B
C

.
.
.

.
.
.

San: Saeyang bikin riang 🧎‍♀️

.
.
.

.
.
.

.
.
.

22/03/2023

Different Side [I. Sae x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang