5

1.9K 323 30
                                        

Pintu gerbang sekolah ternama terlihat tidak jauh dari pandangan mata. Gadis itu berjalan masuk diiringi oleh banyaknya siswa-siswi berpakaian serupa dengannya. Warna hitam menjadi dominan pada rok dan baju, diikuti warna merah sebagai dasi dengan lambang sekolah di dada kiri.

Nekoma High School, terkenal dengan berbagai alumni yang menguasai berbagai bidang. Berkat beasiswa yang didapatnya, sang gadis turut mendapatkan beberapa dukungan dari sekolah seperti uang saku, buku-buku dan baju.

Pemandangan berupa pohon sakura yang ditanam di lahan taman dan beberapa lapangan yang langsung disuguhi didepan mata. (Y/n) bersama rekan-rekan yang tentu belum dia kenal berkumpul di aula, tempat penyambutan murid baru dimulai. Jam di ponsel yang menunjukkan angka delapan membuatnya melangkahkan kaki kian cepat. Tidak mau dihari pertama malah di cap sebagai siswi tidak disiplin.

Aula besar dengan ratusan kursi yang disusun rapi menghadap panggung. Tampak banyak siswa-siswi mulai bergerombol mencoba berkenalan satu-sama lainnya. Mencoba akrab siapa tahu mereka sekelas mungkin?

(Y/n) kembali fokus pada ponselnya yang berkedip pelan. Menampilkan kolom chat antara dia dan Rin. Sebuah chat muncul, berupa penyemangat dari pemuda rambut hijau tua itu.

Tak mampu menahan senyuman, gadis itu mengetik cepat membalas chat Rin. Keluar dari kolom chatnya bersama Rin, gadis itu fokus pada satu nama yang dia sematkan paling atas.

Chat terakhir dia dan Sae adalah seminggu lalu. Hingga sekarang pemuda itu bahkan belum membalas pesan-pesan yang sudah disampaikan (y/n) hingga membuatnya sedikit murung.

Setangkai permen muncul dihadapannya. (Y/n) sedikit berkedip pelan dan segera menerima permen itu. Matanya menatap siapa kira-kira yang memberinya permen lolipop yang kini berada ditelapak tangannya.

Sepasang manik hazel terlihat berkilat pelan. "Kau terlihat sedih, jadi kuberikan saja itu padamu." Ucapnya sambil mengulas senyum. "Dan tolong simpan ponselmu nona. Sudah ada kepala sekolah didepan sana." Tunjuknya dengan dagu.

Mata (y/n) sedikit membulat karena tidak sadar dengan lamunannya tadi. Kepala sekolah kisaran umur empat puluh tahunan itu sudah mulai berpidato rupanya.

"Ah, terimakasih." Ucap (y/n) menarik pelan lengan baju laki-laki yang memberinya permen tadi. "Itu..."

"Kuroo Tetsuro," Jawab laki-laki itu. "Aku senpai mu."

"Terimakasih, Kuroo-senpai."

.
.
.

Jemari lentik menekan ikon kamera untuk mengambil gambar. Sesekali mencoba berbagai lighting yang dia tahu agar mendapatkan warna hangat di foto-foto yang dia ambil.

"Sae lihat! Sekolahnya bagus sekali."

Foto yang didapat segera dikirim kepada Sae yang kini berada di belahan lain dunia. Tentu, seperti biasanya gadis itu kembali tidak mendapatkan jawaban dari sang pujaan hati.

Sedikit meringis melihat semua pesan yang dia kirim tidak satupun dijawab. Hanya dibaca lalu diabaikan. Gadis itu kembali mengirim sebuah stiker bertuliskan 'Saemangat!' pada Sae. Terkekeh pelan karena betapa lucunya stiker dengan wajah Sae yang dia edit sedemikian rupa.

Gadis itu duduk bersender ke pohon Sakura. Kakinya sedikit diselonjorkan agar bisa rileks. Wajahnya menatap kearah angkasa. Beberapa awan terlihat beriringan dan bergerak searah.

Different Side [I. Sae x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang