Belajar, mengetahui tata krama, cara berbicara, menyapa, dan bersikap tak tahu menahu seolah tidak peduli urusan orang lain. Buku-buku yang tersebar di atas mejanya menjadi saksi perjuangan (y/n) selama hampir satu bulan ini.
Rin, seusai pernyataan cintanya pergi begitu saja meninggalkan (y/n) yang termenung bingung. Salju yang sekali lagi turun menyadarkan (y/n) dengan menurunnya suhu udara. Asap yang mengepul dari celah bibir menjadi penanda tubuh kian mendingin.
Pemanas ruangan yang hidup di kamarnya terasa cukup untuk menghangatkan. Lagu-lagu dari beberapa grup idol Korea Selatan terdengar mengalun bergema di setiap sisi kamar.
"DAZE! DAZE! DAZE! Can't control my bodeeey!"
Meski hanya tahu bagian Inggris nya saja, wanita itu tetap mencoba melantunkan setiap lirik Koreanya meski berujung suara sumbang dan telat nada. Wanita tujuh belas tahun itu menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi. Memikirkan kembali sikap dan ucapan yang diucapkan oleh Rin.
"Adik... Ya." (Y/n) menunduk, menghela nafas berat hingga terdengar keluar kamar. "Semuanya menyebalkan sejak kapan ya?"
(Y/n) sadar, dan dalam keadaan waras menerima semuanya. Bahkan kematian adik laki-lakinya dulu juga saat dia melihat Rin sebagai pengganti adik aslinya sekalipun. Tapi tidak pernah terpikirkan olehnya sedikitpun bahwa Rin mengartikan lain perbuatan dan perlakuan (y/n) padanya.
(Y/n) memandang jam weker hadiah ulang tahunnya yang ke dua belas dari Sae dan Rin. Keduanya sepakat memberikan (y/n) jam agar tidak lupa waktu karena saat itu adalah saat-saat dimana dia selalu terlambat ke sekolah karena bergadang.
Jam weker dengan gambar kelinci bertopi hitam dari sebuah kartun anak-anak itu menampilkan jam sebelas lewat dua puluh dua menit. Terlalu larut, tapi tidak ada sedikitpun kelelahan diwajahnya.
Rin pergi, kesebuah tempat dimana dia tidak akan keluar untuk beberapa waktu. Sepertinya itu berhubungan dengan sepak bola. Blue Lock namanya, setiap kali (y/n) ingin berkunjung sekedar temu sapa pada Rin, pasti selalu ditolak.
Pemuda itu benar-benar menjauhinya.
(Y/n) sendiri sedikit merasa bersalah karena tidak langsung menjawab pernyataan cinta Rin.
Drtt! Drtt!
Sebuah pesan dari Sae muncul di layar ponsel pintar (y/n). Sudah hampir sebulan sejak perjanjian keduanya. Dan Sae pun begitu, mencoba menghindari (y/n) dan baru menchatnya hari ini setelah sekian lama.
"Sibuk?"
Beberapa menit lewat, gadis itu hanya membaca pesan dari Sae tanpa ada niatan membalas sedikitpun. Matanya melirik kearah luar jendela. Salju yang menumpuk mulai menyusut, sepertinya jalan-jalan tidak akan jadi sedingin sewaktu Rin mengajak (y/n) lari pagi sebulan lalu.
"Besok, kalau ada waktu ayo berkencan pukul empat sore di taman Kana."
Tidak tahu apa yang harus dia rasakan saat ini. Senang karena ajakan Sae, atau sedih karena dua bersaudara itu seperti menghindarinya sebulan belakangan ini.
"Oke."
Hanya pesan singkat itu yang bisa dia berikan. Sae pun tidak lagi membalas pesannya. Seolah mengerti (y/n) butuh banyak waktu untuk berpikir.
(Y/n) turun dari kursi dan merangsek masuk kebawah selimutnya. Mematikan lampu utama dan menghidupkan lampu tidur. Suara lagu juga sudah tidak terdengar sama sekali, perempuan itu memilih terlelap dan membiarkan tubuhnya menikmati waktu istirahat.
.
.
.Kaus dan jaket, ditambah celana panjang semata kaki. Juga topi rajut untuk menutupi kepala dan telinga, (y/n) berjalan menuju taman Kana yang terletak di pusat kota. Tidak begitu jauh dari posisi rumahnya dan apartemen Sae.
Sesekali menggosok kedua telapak tangan lalu menempelkannya ke pipi, perempuan itu melihat siluet pemuda berambut coklat dengan manik zamrud tengah melambaikan tangan kearahnya.
Kaki jenjang melangkah pelan, Sae menyambutnya dengan sebuah pelukan hangat. Yang tentu saja dibalas oleh (y/n).
"Lama tidak berjumpa," Ucap Sae datar. Wajahnya terlihat mencoba menilik (y/n), mencari sesuatu dari perempuan itu.
"Kau mencari sesuatu?" Tanya (y/n) bingung.
Sae menggeleng, "tidak, bukan apa-apa."
Tangan Sae melingkar ke pinggang (y/n). Membawa tubuh perempuan itu merapat kearahnya. Suhu dingin di sore hari tidak menyurutkan niat keduanya. Duduk ditengah kursi besi, (y/n) maupun Sae diam mengamati sekitar.
"Kau tidak mau mengatakan sesuatu?" Tanya (y/n) pelan. "
Sae menundukkan kepalanya, "beri aku waktu satu bulan lagi."
"Tidak bisa." Jawab perempuan itu cepat. "Minggu depan adalah pengumuman penerimaan beasiswaku, aku tidak punya waktu selama itu untuk digantung."
Sae melirik dari sudut matanya, "beasiswa?"
Perempuan itu diam membuka ponselnya. Menampilkan nama sebuah universitas terkenal dari Korea. "Jika diterima, aku tidak akan kembali ke Jepang untuk beberapa tahun ke depan."
Sae mengangguk, "kita hanya bertemu beberapa kali dan sekarang kita tidak akan bertemu kembali, ya?"
Sae berdiri dari duduknya, memasukkan kedua tangan ke dalam jaket. Kedua manik zamrudnya menatap ke arah jembatan penghubung. "Akan ada pertandingan dalam satu bulan ini."
(Y/n) sejenak tertarik, "oh? Pertandinganmu?"
Sae mengangguk, "melawan Rin."
(Y/n) sedikit terhenyak lalu tersenyum mengejek, "sepertinya kau benar-benar tidak mau berbaikan dengan Rin, huh?"
"Rin akan mencoba memintamu dariku," jelas Sae. "Jika aku kalah darinya, kau akan menjadi miliknya."
(Y/n) mengangkat kedua bahunya, "maka kau hanya perlu menangkan? Kelas dunia sepertimu harusnya bisa menghadapi bocah enam belas tahun yang sedang dalam fase seenak maunya. Jangan bilang kau takut dengannya?"
(Y/n) tertawa kecil, mencoba mencairkan suasana tegang diantara dia dan Sae. Perempuan itu berdiri di samping Sae. Sae terlihat serius, tidak terusik sama sekali dengan guyonan (y/n).
(Y/n) tahu, ada sesuatu yang lain, yang disembunyikan Sae tentang Rin darinya. "Sae," panggil (y/n) pelan. "Tentang tiga setengah tahun yang lalu, kau bilang Rin itu berbakat dalam bola. Apa maksudnya itu?"
Sae bergeming pelan, nafasnya terasa berat dan tidak lagi bisa dia kontrol. Berada di dekat (y/n) seolah-olah tengah dibongkar paksa. Perempuan itu seolah tahu segalanya, setelah itu dia akan kembali bersikap seperti biasa seolah orang dungu yang tidak tahu apa-apa.
"Blue Lock Eleven melawan U-20, aku menjadi bagian dari U-20." Ucap Sae menatap balik (y/n). "Datanglah dan kau akan mengerti apa maksudku, juga kenapa aku membenci Rin."
"Ah sial, kenapa aku bisa jatuh cinta dengan orang yang suka mengulur waktu sepertimu." (Y/n) kesal, kakak beradik itu terlihat senang sekali mempermainkannya. "Awas saja kalau kau tidak memberiku jawaban, akan ku pukuli lagi kau seperti dulu Saealan!"
.
.
..
.
..
.
..
.
.T
B
C.
.
..
.
..
.
.San: sae gaje, kebanyakan minta waktu cih ( ͡°_ʖ ͡°)
.
.
.Jangan lupa trakteer tehaer ya ygy, link ada di bio (●'▽'●)ゝ
.
.
.22/04/2024

KAMU SEDANG MEMBACA
Different Side [I. Sae x Reader]
Hayran Kurgu🅂🄸🄳🄴 🄿🅁🄾🄹🄴🄲🅃 🄱🅈 🅂🄰🄽 🄱🄻🅄🄴 🄻🄾🄲🄺 🄲🄷🄰🅁🄰🅂 . . . "Dia berubah..." Sae yang aku kenal sudah tidak ada lagi. Hanya ada sebatas orang asing yang tidak suka dibantah dan tidak lagi menatap seperti dulu. . . . . . . Sinc...