Dua anjing Husky terlihat saling menggigit sebuah ranting besar. Berebutan dan mencoba menarik satu sama lain agar terjatuh ke tanah. Sepasang mata (e/c) menatap jengah suara bising yang dibuat keduanya. Meski dua anjing itu adalah peliharaan (y/n), gadis itu masih saja sering kesal ketika anjing-anjing itu mulai liar dan berisik.
Taman rumah kali ini hancur dibeberapa bagian karena kedua anjing itu. Pot bunga milik ibu (y/n) bahkan pecah karena diinjak-injak.
"Mamahh!" Panggil (y/n). "Romeo sama Juliet main di taman lagi!"
Dua anjing yang merasa terpanggil menggonggong kesal dan mencoba menarik-narik baju serta celana (y/n) agar jatuh ke tanah. Tampaknya anjing-anjing itu paham kalau baru saja mereka diadukan pada si pemilik taman.
"Woff!"
Romeo, anjing jantan mencoba menjilati perut (y/n) yang memang sedikit terbuka karena hanya memakai kaus pendek. Tubuh kedua anjing itu bahkan hampir sama besarnya dengan (y/n). Bagaimana tidak, umur mereka sudah menyentuh angka sepuluh tahun.
Rambut (y/n) yang diikat twin tail sesekali bergerak mengikuti pergerakannya. Dari kejauhan, mata gadis itu bisa melihat dua orang yang dia kenal keluar dari pagar rumah menuju jalan.
"Sae-chan! Rin-chan!" Panggilnya. Gadis itu segera memanjat pagar dan meloncat ke jalanan lalu berlari kearah keduanya. "Kalian mau pergi kemana?"
Rin yang berada didepan (y/n) sejenak menggaruk pipinya. "Itu, bukannya sekarang Nii-chan harus pergi ke bandara ya? Jangan-jangan Nee-chan lupa?"
Wajah cengo seketika terpapar, (y/n) membeku melihat Sae yang kini menatapnya datar, "astaga, bukannya kau yang membacakan surat itu dua hari yang lalu?"
"A-aku lupa!" Pekik (y/n). Kentara sekali gadis itu siap menumpahkan air matanya.
Kedua orang tua Sae sendiri hanya geleng-geleng melihat tingkah (y/n). "Sae, sampaikan selamat tinggal pada (y/n). Pesawatnya akan datang satu jam lagi, kita harus ke bandara sekarang."
Sae mengangguk, kedua tangannya menarik tubuh (y/n) ke dalam pelukan dalam. Sejenak mengelus surai panjang yang diikat dua itu. "Aku pergi dulu."
Mendengar ucapan Sae, air mata yang sejak tadi ditahan mulai tumpah membasahi pipi kemerahan (y/n). Gadis itu kini mencoba tersenyum pada Sae.
"Jaga dirimu baik-baik diluar sana," Gumam (y/n).
Mengusap air mata yang jatuh di pipi sang kekasih, Sae balas tersenyum, "aku pergi untuk beberapa tahun kedepan, ingat untuk tidak mendua disini!"
(Y/n) tergelak di sela-sela tangisnya, "apa yang kau pikirkan itu tidak mungkin terjadi, bagaimana bisa aku mencari laki-laki lain di saat kau berjuang diluar sana."
Bibir Sae sejenak mengecup dahi (y/n) yang tertutupi poni. Lalu beralih pada kedua pipi (y/n) yang kemerah-merahan dan dibasahi air mata. "Tunggu aku, aku janji akan pulang secepatnya."
(Y/n) mengangguk. Sae kini melepaskan tangkupannya pada pipi (y/n) dan berjalan masuk ke dalam mobil. Rin sendiri masih berdiri tak jauh dari (y/n). Mencoba menjangkau gadis itu agar bisa memberikan sedikit tepukan pelan dipunggung.
"Sudah, jangan menangis lagi Nee-chan." Ucap Rin ikut berjalan pergi menuju mobil. "Kami pergi dulu mengantar Nii-chan."
Didalam mobil baik Rin maupun Sae diam tak bergeming. Keduanya tahu bahwa (y/n) akan sangat sedih sepeninggal Sae ke Spanyol.
"Rin," Panggil Sae pelan. Laki-laki itu memangku wajah diatas tangan yang diletakkan di jendela mobil. "Jaga dia untukku."
Rin mengangguk, "iya."
"Sampai aku kembali, tetaplah disisinya." Ucap Sae. Laki-laki itu mengalihkan pandangannya menuju jalanan.
"Iya, Nii-chan."
.
.
.(Y/n) kini berada diatas kasurnya, menangis sejadi-jadinya karena ditinggalkan oleh Sae. Gadis itu tidak akan dapat melihat Sae untuk beberapa tahun kedepan. Rasa pedih sesekali menusuk ulu hati, gadis itu memilih membenamkan wajah diantara bantal dan boneka.
Romeo terlihat masuk kedalam kamar, mencoba menggonggong keras menarik atensi (y/n) agar melanjutkan permainan mereka tadi. Diikuti Juliet dibelakang, ekor kedua anjing Husky itu bergerak cepat. Keduanya mencoba menggigit selimut (y/n) hingga membuat gadis itu terjatuh ke lantai.
Tubuh yang jatuh tidak berhasil membuat kedua anjing itu mendapatkan perhatian. (Y/n) malah semakin menangis dan berakhir keduanya menonton seolah menertawai (y/n) yang kini jauh dari sang kekasih.
Tok tok tok.
Pintu kamarnya diketuk pelan oleh ibu (y/n). Wanita dewasa dengan rambut coklat yang di gulung rapi serta mata merah tua. "Apa apa (y/n)-chan? Kenapa menangis begitu?"
"Ugh... Hu... Hueee, mamah, aku ditinggal Sae ke Spanyol." Adu (y/n).
Seri, ibu (y/n) menutup bibirnya dengan telapak tangan, "astaga! Aku sudah dengar semalam kalau Sae akan pergi ke Spanyol. Untuk berlatih bukan?"
(Y/n) memeluk kedua lututnya yang terlipat ke dada, "iya..."
Seri berjalan masuk kedalam kamar putri satu-satunya itu lalu duduk tepat didepan gadis muda itu. "Aduh sayangku, hanya beberapa tahun tidak akan lama." Seri membawa tubuh (y/n) kedalam pelukannya. Mengusap punggung (y/n) dengan sabar dan mencoba mengusir kedua Husky yang sudah berani menghancurkan beberapa pot bunga miliknya.
"Syuh! Syuh! Pergi keluar sana!" Usir Seri.
Kedua anjing itu patuh dan keluar kamar dalam keadaan kepala tertunduk. Mereka tidak mau mendapatkan hukuman dikurung di kamar dan tidak boleh bermain-main keluar. Sesekali suara kaing yang mereka keluarkan terdengar mencibir.
Seri yang merasa (y/n) sudah sedikit tenang menyuruh (y/n) untuk berbaring dan tidur saja sampai rasa sedihnya menghilang.
Tangan wanita itu mengambil selimut dan menyelimuti anak gadis kesayangannya. "Sudah sudah, jangan menangis lagi. Mama mau kebawah buat bikin makan siang."
Sepeninggal Seri, (y/n) hanya diam menatap figura berisi dia dan Sae berdiri dibawah guguran salju tipis di musim dingin. "Aku pasti akan merindukanmu."
.
.
..
.
..
.
.T
B
C.
.
..
.
.San: belum masuk konflik wkwkwkwk padahal udah masuk chapter 3 :V
.
.
..
.
.25/03/2023

KAMU SEDANG MEMBACA
Different Side [I. Sae x Reader]
Fiksi Penggemar🅂🄸🄳🄴 🄿🅁🄾🄹🄴🄲🅃 🄱🅈 🅂🄰🄽 🄱🄻🅄🄴 🄻🄾🄲🄺 🄲🄷🄰🅁🄰🅂 . . . "Dia berubah..." Sae yang aku kenal sudah tidak ada lagi. Hanya ada sebatas orang asing yang tidak suka dibantah dan tidak lagi menatap seperti dulu. . . . . . . Sinc...