1

3.8K 416 6
                                    

"Kau sudah belajar untuk ujian tengah semester nanti?"

Kepala gadis itu menggeleng pelan, "untuk apa? Toh aku pasti tetap dapat lima besar nantinya."

Laki-laki berambut coklat mengernyit kecil. Tangannya mengaduk jus jeruk yang ada dihadapannya sembari sesekali menatap gadis merangkap kekasih yang baru berjalan dua bulan.

"Sae-chan tidak perlu khawatir," Cengir gadis itu. Tangannya mengusap rambut Sae hati-hati. "Aku lebih pintar dari Sae-chan kalau urusan akademik, hehe."

Kenyataannya memang benar. (Y/n) meloncat setahun karena dinilai memiliki iq yang lebih tinggi daripada anak-anak seusianya dulu saat sekolah dasar hingga akhirnya berakhir dikelas yang sama dengan Sae.

Keduanya kini tengah berada di bagian pojok kantin sekolah. Tidak terlalu ramai yang mau makan di kantin sehat karena sebagian siswa siswi tidak begitu tertarik dengan makanan dari aneka sayur dan buah.

"Kebanyakan karnivora." Bisik gadis itu pelan.

Sae menatap (y/n) bingung, "kau bilang sesuatu?"

(Y/n) menggeleng, "bagaimana kabar Rin-chan?" Ujarnya mengalihkan pembicaraan. "Kalau tidak salah Rin-chan juga ikut denganmu untuk menjadi striker, kan?"

Sae berpangku tangan di atas meja dan terlihat tersenyum memikirkan adik kesayangan yang hanya berjarak dua tahun darinya. Itoshi Rin, selalu menjadi bahan pembicaraan yang bagus diantara (y/n) dan Sae. Sae akan mulai berbicara panjang lebar meninggikan Rin. Tentu saja (y/n) hanya tersenyum dan sesekali menimpali pembicaraan Sae.

"Rin lebih berbakat dariku."

Sae terlihat bersemangat, kedua tangannya bahkan sudah membuat gestur-gestur bagaimana Rin mengalahkan beberapa anak sepantaran Sae dalam bermain bola.

"Aku yakin dia bisa menjadi striker sepertiku!"

Keduanya sesekali tertawa mengingat bagaimana gugupnya Rin saat pertandingan pertamanya dulu.

"Kau ingat saat itu dia terjatuh hingga membuat dahinya lecet?" Tanya Sae. Senyum laki-laki itu tidak hengkang sedikitpun setiap kali menyebut nama Sae.

(Y/n) mengangguk, "iya, aku ingat. Saat itu Sae-chan sampai panik dan membeli tiga es krim sekaligus sampai lupa menyisakan uang membayar tiket bus pulang."

"Ugh... Jangan ingatkan yang itu," Bibir Sae mengerucut, wajahnya kembali datar ketiga (y/n) tergelak.

"Kita bertiga sampai harus berjalan lima kilo meter lebih karena Sae-chan." (Y/n) mecoba meraih pipi Sae yang memerah malu.

"Waktu itu kan aku sudah minta maaf!" Ucap Sae. "Aku bahkan sudah membelanjakan kalian dango saat sampai dirumah."

(Y/n) tergelak hingga seorang pelayan datang mengantarkan makanan keduanya. "Iya sih, tapikan kakiku sampai keram padahal aku paling tidak suka mengeluarkan keringat."

(Y/n) terlihat mengeluarkan ponselnya dan menata makanan dengan rapi. Beberapa kali terlihat menggeser sendok atau sumpit dan minumannya agar sesuai dan terlihat menggugah selera.

Sae terlihat iseng dan menyendok makanan sampai merusak susunan cantik. "Makanan itu tidak untuk difoto."

"Ah! Sae-chan!" Pekik (y/n) marah. "Aku kan mau mengabdikan makanan ini! Mereka terlihat enak dan tersusun rapi!"

Sae mengedikkan bahu dan mengambil makanan miliknya sebelum disabotase kemabli oleh (y/n) untuk difoto-foto. "Sudah makan saja. Kalau kau sudah memegang kamera hasil pasti bagus."

(Y/n) menghela nafas dan duduk meraih sumpit miliknya. Sebuah miso ramen dengan kuah pedas dan potongan sayur serta daun bawang yang hampir menimbun toping telur diatasnya.

"Daun bawang nya banyak sekali." Kening gadis itu mengerut hingga sebuah sendok masuk dan mengangkut beberapa potong daun bawang besar dari mangkoknya.

"Lain kali pesan sushi atau yang lain saja," Sae dengan pipi membulat karena memakan daun bawang (y/n). "Kawau thidak suka dan bawhang janghan bheli ramenh..."

"Sae-chan ngomong apa?" (Y/n) berjenggit jijik melihat beberapa daun bawang kembali di sendok Sae dan dimakan begitu saja. "Sae-chan benar-benar suka memakan daun bawang, ya?"

Sae menelan kunyahan bulat-bulat, "bukannya suka, aku hanya tidak mau kau melewatkan makan siang lagi perkara daun bawang."

"Hehe, jadi makin sayang sama Sae-chan."

"Akh! Sial, mereka meletakkan kentang lagi ke dalam sushi! Dasar kantin aneh!" Delik Sae.

"Berikan padaku! Berikan padaku!"

.
.
.

"Nanti pulang mau mampir ke supermarket dulu?" Sae terlihat menarik pelan jemari (y/n) agar mengikutinya dengan cepat.

"Iya, mau." Jawab (y/n). "Mama nitip buah melon dan roti tawar."

Keduanya berjalan saling bersisian. Sae menggenggam dan memasukkan tangan (y/n) kedalam saku jaketnya. Hari yang sudah dingin karena mau memasuki musim dingin. Syal (y/n) sesekali bergoyang dibawa angin.

"Oke."

Sebuah bus biru melaju tepat dijalanan dekat mereka. (Y/n) terlihat tertarik pada poster biru mereka yang menayangkan sebuah organisasi bola.

"Sae-chan," Panggil (y/n). "Bagaimana sepak bolamu?"

Sae sejenak hanya diam. Pemuda itu terlihat sedang berpikir keras, sangat tidak biasanya. "Apa kau ingat saat dikantin tadi aku bilang Rin lebih berbakat dariku?"

(Y/n) mengangguk, "tapikan kalian berdua punya cita-cita yang sama menjadi striker nomor satu di dunia."

Sae berhenti berjalan, "entahlah." Pemuda itu terlihat ragu sekali lagi. "Rin terlihat benar-benar berada di level striker yang berbeda dariku."

(Y/n) bingung, terlihat rumit untuk mengartikan wajah Sae saat ini. "Apa terjadi sesuatu diantara kalian belakangan ini?"

Sae berbalik dan mencubit kedua pipi (y/n), "ngomong apa sih?" Meski berwajah datar, (y/n) justru menjadi sangat jengkel dari yang tadinya bingung. Bisa-bisanya Sae malah mencubit pipinya disaat (y/n) bertanya karena kebingungan. "Tidak ada apa-apa yang terjadi diantara kami. Kau tidak khawatir."

Sebuah usapan halus dipuncak kepala, Sae berikan pada (y/n), "sudah, ayo cepat beli melon dan rotinya. Aku sudah lelah dan mau tertidur cepat diatas kasur."

Tanpa (y/n) sadari ternyata mereka sudah berdiri didepan supermarket dan menghalangi jalan keluar hingga membuat beberapa orang terlihat hampir marah. Dengan cepat gadis itu segera menuntaskan titipan sang mama, tidak lupa membelikan susu strawberry untuk Sae karena sudah menemaninya.

"Sampai jumpa besok, Sae-chan!" (Y/n) melambaikan tangan saat keduanya kini sudah berada tepat didepan rumah (y/n). Rumah keduanya memang berjarak tidak begitu jauh, maka dari itu Sae selalu menemaninya pulang pergi ke sekolah.

Sae ikut melambaikan tangannya ke udara. Bibir Sae masih terpaku pada susu strawberry pemberian (y/n). Pemuda itu berjalan cepat menuju rumahnya yang hanya berjarak beberapa rumah saja.

"Lebih berbakat dariku..."

Ingatan Sae kembali pada sebuah hari dimana dia melihat sisi yang berbeda dari adik kesayangannya, Itoshi Rin.

Manik hijau Sae menatap langit biru kemerahan, pertanda petang sudah mulai mewarnai bumi.

"Rin..."

.
.
.

.
.
.

.
.
.

T
B
C

.
.
.

.
.
.

.
.
.

San: pegel, tapi demi ayang gapapa 🏃‍♀️💨

.
.
.

.
.
.

19/03/2023

Different Side [I. Sae x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang