Prolog

1K 31 1
                                    

Jangan lupa
Vote
Komen
Dan Follow

Wajib baca cerita "ALDERALD" Dulu ya sebelum masuk ke  cerita "ADIVA" Karena semuanya akan nyambung biar kalian juga ga pusing bacanya.

***

Diva tersenyum tipis kala seseorang tengah memotret dirinya. Di temani Freya, Bella dan Christy di samping kanan dan kirinya. Sebenarnya ia sudah menolak bahkan ia akan segera pulang akan tetapi paksaan dari seorang Firlan membuat Diva mau tak mau akhirnya menyetujui untuk foto bersama.

Makeup tipis disertakan dengan baju kebaya dan dilapisi dengan baju toga membuat penampilan Diva begitu sempurna. Acara Wisuda SMA PEMUDA sedang berlangsung sangat meriah.

Banyak sekali orang yang berlalu lalang untuk sekedar foto bersama temannya bersama keluarganya atau bersama kekasihnya, Diva tersenyum tipis nyaris tak terlihat. Ada perasaan bahagia yang menyelimuti hatinya tetapi ada juga rasa sedihnya.

Ia bahagia karena bisa melewati hari-hari yang ia pikir itu susah dan ia sedih karena seseorang yang ia tunggu kedatangannya dari jauh-jauh hari ternyata tak menampakan dirinya.

ALDERALD.

Satu nama yang Diva pikirkan dari beberapa bulan lalu. Sudah lima bulan Al pergi meninggalkannya tanpa jejak bahkan ia pernah nanya kepada Firlan dimana tempat tinggal cowok itu tetapi Firlan juga tak tahu atau tak ingin memberitahu dirinya.

Diva menghela nafasnya, matanya melirik Freya dan Bella yang sedang foto berdua. Ia ingin sekali mengabadikan moment ini tapi apalah daya bahkan saat sesi Foto bersama tadi ia tak enak lantaran mata Bella menatapnya sangat tajam seperti ingin memakannya hidup-hidup.

Di lihatlah ponselnya. Selain menunggu kedatangan Al, ia juga sedang menunggu kedatangan kedua orangtuanya. Sudah hampir selesai acara mengapa kedua orangtuanya tak kunjung datang. Bahkan di saat orang lain tengah berbahagia di agung kan oleh kedua orangtuanya karna prestasi, ia hanya mematung di tengah-tengah keramaian ini bermodalan ponsel tanpa bucket apapun. Ia tak ada yang ngasih bucket ataupun sebagainya seperti orang lain. Sebenarnya ia juga tak terlalu menginginkannya.

Diva mengecek ponselnya kembali. Menelpon kedua orangtuanya, ia yakin kedua orangtuanya tak akan ingkar menepati janjinya terlebih ia melihat antusias dari orangtuanya kala di undang ke wisudanya.

"Mama kemana sih?" Tanyanya pada diri sendiri sebab tak ada satupun telpon yang di angkat bahkan pesan pun tak di balas.

Diva berlajan menuju bangku, ia cukup pegal berdiri terus terlebih ia memakai heels. Di dudukan dirinya yang masih setia dengan ponselnya untuk menelpon kedua orangtuanya.

"Mbak Diva?"

Diva mendongak seorang laki-laki dengan pakaian seperti kurir tengah membawa bucket bunga Magnolia yang besar hingga tangan kurir itu tak cukup untuk memegangnya.

Diva mengangguk. "Ada apa ya Mas?"

"Ini ada titipan dari seseorang," Balasnya menyerahkan Bucket itu kepada Diva.

Diva yang bingung akhirnya menerima Bucket itu walau pikirannya masih dengan tanda tanya. "Dari siapa ya mas. Kalau boleh tau?"

"Maaf mbak kalau itu saya kurang tau, biasanya ada tanda pengirim di sela-sela bunganya," Kurir itu menjulurkan sebuah kertas. "Boleh tanda tangan disini Mbak sebagai tanda terima."

Diva mengangguk lalu menandatangani apa yang di suruh oleh kurir itu. Selepas perginya kurir itu, Diva menghirup bunga kesukaannya. Walau pikirannya masih ke mana-mana terlebih ia berpikir bahwa Bucket itu dari seseorang yang ia tunggu-tunggu yaitu Alderald.

Diva menelisik setiap bunganya barang kali ada tanda pengirimnya. Setelah beberapa detik akhirnya ia menemukannya di bagian bawah bungga. Tangannya dengan cepat mengambil surat itu walau sedikit kesusahan akhirnya ia membuka dan membacanya dengan teliti.

To: Caramella Adiva Magnolia

Congratulations atas kelulusannya.
Selalu bahagia walau aku tak ada di sisimu tapi percayalah aku selalu di dekatmu.

Tertanda,
Agam.

Diva terkekeh membaca surat dari Agam, walau sedikit aneh karna bahasanya yang asing. Walau begitu ia sangat senang karna Agam mengingat hari kelulusannya.

Ngomong-ngomong setelah Agam ke Paris menjenguk pacarnya, ia tak balik lagi ke Indonesia sebab ia langsung pindah dan bersekolah dengan sang pacar. Dasar Bucin.

Drt
Drt
Drt

Diva langsung melihat siapa yang menelpon nya akan tetapi kerutan di dahinya menandakan bahwa ia bingung.

"Nomor ga di kenal? Angkat ga yah?"

Lama berpikir hingga telpon itu mati dengan sendirinya tapi tak lama setelah itu nomor yang sama itu menelpon kembali.

"Hallo, ini dengan siapa ya?" Tanya Diva yang akhirnya mengangkat telponya.

'Apakah benar ini dengan Mbak Diva?'

"Saya sendiri. Maaf, ini dengan siapa ya?"

'Saya dari kepolisian, ingin memberitahu bahwa ada kecelakaan mobil di jalan raya sepasang suami istri dengan identitas bernama, Sintia dan Ferel. Saya menghubungi anda karna nomor anda terakhir di panggilan telpon. Sekarang korban sedang ada di rumah sakit sejahtera. Di ruangan mayat.'

Deg

"R-ruangan mayat?"

Diva menggeleng dengan air mata yang membasahi kedua pipinya, tubuhnya bergetar hebat, suara-suara yang tadinya berisik kini hilang dalam sekejap. Matanya memburam karena penuh dengan air mata yang siap meluncur. Tenggorokannya tercekat bahkan untuk berbicara saja rasanya susah terlebih dadanya yang begitu sesak.

Diva tak mendengar ucapan polisi itu lagi, ia sibuk dengan pikirannya sendiri. Pantas saja sebelum ia pergi acara wisuda perasaannya sudah tak enak seperti akan ada kejadian tetapi ia tak tahu kejadian apa. Ia sudah menepis itu tetapi tetap saja perasaan tak enak itu masih ada, ia pikir ia akan terkena musibah tapi pikirannya salah orangtuanya lah yang terkena musibah.

Diva mundur dua langkah karna kurang seimbang hingga ia terjatuh, bucket yang ia pegang sudah terjatuh ke lantai. Ruangan mayat itu terngiang-ngiang di telinganya. Kenapa harus ruang mayat? Emang ruangan lain tak ada sampai-sampai kedua orangtuanya harus di rawat di ruang mayat.

Ia harus kesana segera. Harus memindahkan kedua orangtuanya ke ruangan VVIP. Ia akan memarahi dokter yang sudah memberi fasilitas buruk kepada kedua orangtuanya. Ia akan mengutuk dokter yang sudah berani memberikan fasilitas buruk itu.

***

ADIVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang