07. That fast?

542 24 12
                                    

Jangan lupa
Vote, komen
Dan Follow

~That Fast? = Secepat itu?~

***

"Zola. Pacar gue."

Dengan cepat Diva menoleh ke arah Al. Degupan jantung nya kini semakin terasa, raut wajah kecewa langsung tertera di wajah cantiknya. Matanya menajam melihat leher cowok itu sudah tak ada Tatto namanya, sebenarnya ia tak masalah dengan itu hanya saja mengapa hatinya terasa kosong dan hampa.

Jefri yang berada di samping Diva menatap heran kepada gadis itu, matanya menatap satu persatu orang yang berada di dekatnya, ia tak tahu masalah mereka yang ia tangkap sekarang hawa nya begitu mencengkam.

"Anak kecil?" Beo Bella menatap remeh Zola. Matanya menelusuri dari atas hingga bawah.

"Sejak kapan?" Tanya Christy menanyakan sudah berapa lama Al pacaran dengan Zola. "Lo ga ngasih tau gue dulu?"

Al terkekeh sinis mendengar pertanyaan Christy. "Lo bukan siapa-siapa gue. Ngapain gue harus ngasih tau lo!"

Christy mengangguk dengan senyum miring. "Padahal gue tau sesuatu yang mengejutkan buat lo."

Diva hanya diam tak mengeluarkan suara, tak bohong jika hatinya terasa nyeri terlebih Al begitu memperlakukan Zola dengan sangat baik. Ia salah telah mengkhianati cowok itu tapi Diva juga terpaksa, jika bukan Buna cowok itu yang memintanya menjauhi, ia tak akan berpaling dari Alderald.

Nasi sudah menjadi bubur, Diva sudah tak bisa balik ke masalalu, ia harus menerima fakta bahwa cowok yang selama ini ia tunggu-gunggu malah lebih cepat melupakannya. Tadinya jika Diva bertemu kembali dengan Al, ia akan menjelaskan yang terjadi di masalalu.

Diva mendesah dengan kasar membuat Jefri menoleh ke arahnya. "Kenapa?"

Kepala cewek itu menggeleng pelan, tangannya melanjutkan membereskan laptop di meja itu. Sedangkan Jefri mengangguk samar dengan mata yang memperhatikan cewek di depannya tengah berargumen dengan cowok yang baru datang itu.

Jefri tak mengenal cowok itu. "Lo kenal mereka Div?"

"Hah?" Diva menatap orang yang di tunjuk Jefri dengan dagunya. "Oh itu teman SMA gue. Gue duluan ya."

Jefri tersentak kala Diva melangkah pergi keluar kampus dengan cepat Jefri mengikuti Diva meninggalkan Bella, Christy, Freya, Al dan Zola yang masih beradu mulut.

"Diva tunggu," Kata Jefri sedikit berteriak.

Diva memelankan langkahnya, ia menghela nafas yang terasa sesak, air matanya menetes begitu saja membuat Jefri yang berada di sampingnya terkejut bukan main.

"D-Div lo gapapa?"

"Jefri," Lirih cewek itu menutup majahnya dengan kedua tangannya, untung saja gerbang kampus sepi sehingga ia tak begitu malu di lihat orang.

Tangan Jefri memegang kedua bahu Diva, diputar bahu itu untuk menghadap dirinya. Dengan lembut di bukalah tangan Diva yang menutupi wajahnya. "Heii, kenapa? Gue nyakitin lo?"

Mata merah yang masih mengeluarkan air mata itu menatap Jefri, kepalanya menggeleng pelan.

"Sesak," Bisiknya menepuk-nepuk dadanya agar sesak itu menghilang.

"Ayo kerumah sakit," Nada bicara cowok itu terdengar khawatir.

Dengan sedikit terisak Diva berkata. "M-mau pulang."

"Nggak. Kita ke rumah sakit dulu!"

"Gue mau pulang Jefri, gue mohon anterin gue balik," Diva memohon membuat Jefri mau tak mau harus mengikuti permintaan cewek itu.

ADIVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang