Jangan lupa
Vote, komenDan follow
'Engagement invitation = Undangan Pertunangan'***
Diva memperhatikan dirinya di depan cermin dari atas hingga bawah. Rambut terurai dengan satu jepit rambut yang menempel di rambutnya, celana jeans putih dengan baju panjang dan tas slempang yang ada di tangan kanannya. Saat ini ia akan keluar sebab Jefri mengajaknya mengitari Mall dan cowok itu yang akan membayar alias mentraktir nya.
Suara klakson mengalihkan atensi Diva. Cewek itu tersenyum tipis seraya berjalan keluar rumah. Pandangan nya langsung mengarah pada Jefri yang sudah nangkring di atas motor. Diva mengunci pintu rumahnya setelahnya ia berjalan mendekati Jefri.
"Kita ke bunderan taman depan gapapa Div. Disana ada bazar, pasti banyak makanan. Tetep kok gue yang bayar," Jefri menyerahkan helm pada Diva.
Diva memakai helm tersebut, "Kita ga jadi ke Mall?"
"Kalau lo mau ke Mall juga ayok." Balas Jefri seraya membantu Diva menaiki motor nmax nya.
"Ke bazar aja, makanan disana selain murah enak-enak juga yang penting lo yang traktir," Pinal Diva di akhiri dengan tertawa. Jefri ikut tertawa, cowok itu melakukan motornya meninggalkan perkarangan rumah mereka.
***
Diva turun dari motor, ia memberikan helm pada Jefri. Matanya mengarah pada bazar yang begitu ramai dan banyak sekali pedagang. Pandangannya teralihkan saat tangannya di gengam erat oleh Jefri detik berikutnya ia melihat Jefri yang tengah melihat-lihat pedagang disana.
Rasa hangat tangan Jefri membungkus tangan dingin Diva. Cewek itu tersenyum sangat tipis, ternyata selain keluarga Freya dan Tante Mina, ada orang baru yang tiba-tiba masuk ke hidupnya dan menerima semua permasalahan dirinya.
Diva tahu selama lebih dari 4 bulan ia mengenal Jefri, cowok itu selalu menunjukan rasa sukanya pada dirinya walau Jefri tak pernah bilang secara gamblang bahwa menyukainya tetapi Diva cukup tau dengan prilaku cowok itu.
"Mau beli apa dulu?" Tanya Jefri menoleh pada Diva.
Diva tersadar, matanya mengarah ke sekeliling dan berhenti di gerobak Mie tek-tek. Jefri mengikuti arah pandang Diva, tangannya mengelus lembut surai rambut itu. "Mau mie?"
"Tapi ngantri, nyari yang lain aja deh," Keluh Diva saat melihat antriannya sedikit panjang tetapi ia sangat ingin Mie itu, sepertinya sangat enak untuk cuaca sore hari ini.
Jefri tak menjawab, cowok itu menarik tangan Diva untuk mendekat, Jefri terhenti di antrian Mie itu, tangannya menuju meja dan kursi yang tak jauh dari dirinya. "Lo bisa duduk disana, jangan kemana-mana."
"Lo yang ngantri? Antriannya lumayan loh," Seraya melihat antrian di depannya.
Jefri terkekeh, ia tahu Diva tak enak padanya tetapi apa boleh buat melihat mata berbinar pada Mie ini membuat Jefri tak tega. "Gapapa, sana duduk nanti keburu sama orang. Jangan kemana-mana, kalau ada yang ngajak ngobrol diemin aja apalagi itu orang yang gak di kenal. Oke."
Diva tersenyum lebar seraya mengangguk. "Siapppp!"
Jefri ikut tersenyum, tangan cowok itu mengacak-acak sedikit rambut Diva. Bibir cewek memaju pertanda cewek itu kesal dengan apa yang Jefri lakukan. Jefri malah tertawa pelan ia mengusap bibir maju itu. "Jangan marah, sana duduk."
Diva menurut, ia melangkah mendekati kursi sesekali melihat pendagang yang berada di sisi kiri dan kanannya, banyak sekali pendagang yang membuat air liurnya menetes ia sangat suka dengan ini, makanan yang modern hingga tradisional pasti ada di acara bazar seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIVA
RandomSEQUEL ALDERALD #Wajib baca ALDERALD dulu ya biar nyambung. "Setelah kepergianmu. Hidupku jauh dari kata baik-baik saja." Adiva Adiva, gadis cantik yang dulunya memiliki segalanya, kini berubah 180°. Tak ada kata bahagia lagi di hidupnya hanya kesi...