08. Not Okay

336 9 0
                                    

Jangan lupa
Vote, komen
Dan follow

~Tidak Baik~

***

"Sorry, lo pasti ga nyaman sama pembicaraan Nyokap gue dan tante genit itu," Ucap Jefri tak enak kepada Diva perihal pembicaraan sang Ibu.

Di sinilah Diva dan Jefri sekarang, di taman kota menikmati angin malam. Setelah makan malam selesai, Jefri mengajak Diva untuk jalan-jalan dikarenakan mereka berdua sudah makan malam jadinya mereka hanya keliling kota saja di akhiri dengan duduk di taman kota.

"Gapapa kali. Santai aja," Balas Diva tanpa menatap lawan bicara. 

Pandangannya mengarah ke atas melihat Bulan yang begitu terang di temani bintang-bintang. Diva merasa Dejavu dulu ia selalu di temani Al jika ingin melihat Bulan akan tetapi sekarang sudah berbeda, ia sudah tidak bisa di temani oleh lelaki itu tetapi di ganti oleh lelaki lain.

"Lo baik-baik aja?" Tanya Jefri kala melihat mata sayu Diva dari samping.

Diva terdiam sekejap tak lama ia berkata. "Menurut lo?"

Jefri berdehem, ia mengigit pipi dalamnya kala mendengar ucapan Diva sedikit sarkas. "G-gue seneng bisa tetanggan sama lo," Cowok itu mengalihkan pembicaraannya.

Diva menoleh ke arah Jefri lalu tersenyum tipis. "Gue juga. Terlebih Tante Dara baik kaya Tante Mina." Kepalanya kembali mengarah ke langit.

"Lo keliatannya deket banget sama Tante genit."

Kepala cewek itu mengangguk pelan. "Udah gue anggap Ibu sendiri. Dia baiknya kaya nyokap gue sendiri, dia perhatiannya kaya nyokap gue, masakan dia hampir sama kaya masakan nyokap gue, disaat gue sakit dia yang bela-belain nunggu gue di RS. Tante Mina sama Om Sanu udah kaya orangtua gue sendiri."

Jefri melihat mata cewek itu sangat lekat. Ia melihat kekosongan yang mendalam, matanya perlahan mengarah ke pergelangan cewek itu yang banyak sekali goresan yang ia tahu itu sangat tidak baik. Jefri itu anak seorang Psikolog sudah tau ia dengan hal-hal seperti itu terlebih ia sering melihat Pasien sang Bunda.

"Gue ga punya siapa-siapa selain Tante Mina dan Om Sanu, mereka harapan gue satu-satunya. Disaat gue nyerah ucapan semangat dari Tante Mina selalu ingat di kepala gue, di saat gue sedih gue selalu inget perlakuan Om Sanu yang bisa buat gue ketawa."

Jefri terus meneliti wajah Diva, bukan ia mesum tetapi hatinya berkata cewek yang berada di sampingnya ini sangat tidak baik-baik saja.

"Temen lo?"

"Gue gapunya temen. Lo temen pertama di masa perkuliahan." Diva menjawab dengan cepat.

"Yang tadi siang siapa? Itu temen lo bukan?"

Diva terdiam membuat Jefri tak enak hati. "K-kalau lo gamau jawab gapapa. Maaf udah ganggu Privasi lo."

"Lo mau jadi temen gue?" Bukannya menjawab Diva malah menanyakan pertanyaan lain. Sebenarnya ia ingin menjawab ucapan Jefri akan tetapi hatinya sedikit ada yang menganjal. Jika ia memberitahu sesuatu takut-takut ia di jauhi oleh cowok itu. Diva mulai terbiasa dengan Jefri, padahal belum lama mereka kenal. Entahlah hatinya selalu berkata bahwa cowok di sampingnya ini baik dan bisa di ajak untuk berteman.

Jefri tersentak kaget. Ia kira Diva akan memarahinya terlebih sudah bertanya privasi cewek itu. "Kenapa nggak."

"Tapi lo harus tau gue bukan orang baik."

Jefri terkekeh pelan. "Semua orang juga bukan orang baik Div."

Diva mengangguk. "Gue lebih dari itu, gue pendosa. Gue tau dari awal lo mau temenan sama gue tadinya gue gamau punya temen takut lo kena sial. Tapi ngeliat lo tetanggan sama gue kenapa nggak gue coba aja. Gue terlalu takut."

ADIVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang