Jangan lupa
vote dan komen
follow juga
~Lebih Baik?~
***
Diva menatap sekelilingnya yang terasa asing, cewek itu meringis memijit pangkal hidungnya yang terasa pening. Banyak pertanyaan yang ada di kepalanya, siapa yang menemukan dirinya di makam saat hujan-hujan.
"Kepala pusing banget," Ringisnya seraya mendudukan dirinya. Dahinya mengerut saat melihat satu bingkai foto yang ada di dinding. Kepalanya mengangguk singkat bahwa sekarang ia tengah berada di rumah Freya.
Pintu kamar itu terbuka menampakkan Freya yang tersenyum senang di belakangnya ada Firlan yang tengah melihatnya dengan tangan yang dilipat didada. Dengan cepat Freya melangkah memeriksa Diva di ikuti dengan Firlan.
"Demam kamu sudah turun," Kata Freya. Cewek itu melirik sang tunangan, ia sedikit gugup karena Diva melihatnya seperti ingin memakannya.
Freya bertanya di tengah-tengah kegugupan nya. "Kamu mau makan? Mommy udah bua-"
Ucapan Freya terpotong oleh Diva. "Kenapa ga bilang dari awal kalau Ansel udah gaada?"
Freya menggenggam tangannya sendiri, ia menelan air liurnya dengan susah payah. Deheman Firlan membuat atensi Diva menatapnya. Cowok itu baru saja terbang dari Singapura karena pendidikan nya, ia sedikit senggang maka dari itu ia langsung terbang ke Indonesia untuk menemui sang tunangan.
Saat sampai di Indonesia, ia berniat untuk ke makam sahabatnya yaitu Ansel akan tetapi saat di tempat peristirahatan Ansel, ia malah melihat Diva pingsan dengan terburu-buru ia mengangkat Diva dan membawa ke rumah Freya sebab hanya rumah Freya yang sangat dekat dari lokasi itu.
"Bukan gamau tapi kita juga nyari hari yang tepat," Jawab singkat Firlan.
Diva terkekeh. "Selama hampir dua tahun gue ga pernah tau keadaan temen sendiri."
Freya gelagapan, "B-bukan gitu Diva. Kita gaada niatan buat nyembunyiin ini semua. Saat Ansel pergi keadaan kamu jauh dari kata baik-baik aja karena saat itu kamu juga kehilangan orangtua kamu."
Diva terdiam mengingat hari kejadian orangtuanya pergi. Pantas saja saat orang tuanya di kebumikan, tak ada satu orangpun temannya yang menemaninya mungkin saja saat itu teman-temannya tengah mengurusi jenazah Ansel.
"Kepergian Ansel bukan karena lo. Gue percaya itu," Celetuk Firlan di angguki oleh Freya.
Air mata Diva kembali turun, rasa bersalah itu kembali muncul. Cewek itu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. "Tetep aja gue ngerasa bersalah, karena ngelindungin gue Ansel jadi pergi."
"Maksudnya?" Bisik Firlan. Cowok itu melihat sang Tunangan yang hanya mengangkat bahunya tak tahu.
Freya mengusap bahu Diva dengan lembut, "Berhenti buat nyalahin kamu Div. Kamu ga salah, ini sudah takdir."
"S-seharusnya dari awal gue ga balik ke Indonesia. Seharusnya gue netap aja di Italia biar semuanya ga rumit kaya gini, seharusnya gue ga bohong soal lupa ingatan sama Al, seharusnya..." Ucapan Diva terhenti sebab ia tak bisa melanjutkan nya karena menangis membuat tenggorokannya terasa tercekat.
"Harusnya kamu belajar menerima ini semua, seharusnya kamu cari sisi positif setiap kejadian yang menimpa kamu," Freya melanjutkan ucapan Diva. Tangan Freya mengambil tangan Diva untuk di genggam, ia melihat Diva yang sesegukan dengan mata yang memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIVA
De TodoSEQUEL ALDERALD #Wajib baca ALDERALD dulu ya biar nyambung. "Setelah kepergianmu. Hidupku jauh dari kata baik-baik saja." Adiva Adiva, gadis cantik yang dulunya memiliki segalanya, kini berubah 180°. Tak ada kata bahagia lagi di hidupnya hanya kesi...