1

8.2K 514 3
                                    

Kaki jenjang pemuda kelahiran Maret melangkah dengan pelan, tangan yang tadinya bergelantungan di udara terangkat membuka pintu gerbang sebuah rumah yang tampak tak berpenghuni.

Dahinya berkerut saat pintu rumah yang ia ketuk tak ditanggapi oleh si pemilik rumah, tak mau menunggu lama -Renjun- pemuda itu mengambil ponselnya yang tersimpan pada saku jaket yang ia gunakan. Membuka sebuah aplikasi, menggulir kolom pencarian mencari nama orang yang merupakan pemilik rumah.

"Hallo Liu yangyang"

"Ah Renjun maaf, aku lupa bilang padamu jika aku ada urusan penting dan sangat mendesak-

Adik ku Liu Meng sebentar lagi akan pulang sekolah kau bisa mengambil kartu SIM milikku padanya"

Renjun membalikkan badannya menatap sekitar rumah, salah satu tangan yang berada di udara ia masukkan kedalam saku jaketnya. Setelah mendengar jawaban orang diseberang panggilan Renjun mengangguk paham.

"Baiklah"

Panggilan itu berakhir begitu saja, Renjun mendengus pelan menunggu adik temannya yang entah kapan akan pulang. Jika bukan karena tugas kuliah yang mengharuskan Renjun menggunakan SIM card milik teman satu kelompoknya si yangyang, tak akan mau Renjun berlama-lama didepan rumah ini.

"Lama sekali" gumam Renjun untuk diri sendiri. Ia berjalan melihat lihat sekitaran rumah yang ditumbuhi beberapa tanaman hijau. Untuk sesaat atensi Renjun teralihkan oleh rumah yang sederhana ini, cukup bagus tak seperti apartemen yang ia sewa.

/Kriet

Pagar besi yang dibuka begitu nyaring menampilkan seorang dengan seragam sekolah SMA, menatap Renjun dengan tanda tanya.

"Kau siapa?"

"Aku Renjun, teman yangyang"

-----------------------------------------------------------------

Benda persegi berwarna hitam dengan logo mengkilap Renjun buka, handphone yang tadinya ia utak atik guna memasukkan SIM card yaang didapatkan tadi. Langsung ia nyalakan ponsel pintarnya kembali.

Renjun membiarkan handphonenya menyala sebentar, sementara itu ia melakukan pengecekan kembali pada tugas kelompok yang akan ia kerjakan kembali.

Suara notifikasi beruntun mengalihkan fokus Renjun, tak biasanya ia mendapatkan spam notifikasi seperti saat ini. Renjun yang penasaran langsung mengambil handphonenya yang tak jauh dari jangkauan.

Alis pemuda itu bertaut heran saat notifikasi notifikasi dengan pesan aneh bermunculan,itu bukan dari SIM card miliknya melainkan dari SIM card milik Liu yangyang si wakil ketua dari kelompok yang ia tumpangi.

Renjun terdiam sejenak saat satu notifikasi dari sebuah nomor tanpa nama mengirimkan pesan "i found you"

Renjun yang tak ingin terlalu ambil pusing dan keburu kesal langsung mencabut SIM card milik Liu yangyang dari ponselnya, pemuda kelahiran Maret itu mengumpat Liu yangyang. Salahkan yangyang sebab karena dia waktu Renjun terbuang dan tugas kelompok mereka akan telat untuk dikumpulkan, karena adiknya yang salah memberikan SIM card tugas kelompok mereka pada Renjun.

Benda pipih yang tadinya renjun pegang ia taruh kasar diatas meja, wajahnya tertekuk. Pemuda itu menatap layar laptop yang terang, menggulir sebuah halaman internet untuk menghilangkan rasa kesalnya.

-----------------------------------------------------------------

Lain tempat, seorang gadis berperawakan laki-laki itu sibuk dengan ponselnya, sehingga abai dengan sang kakak laki-laki yang baru pulang entah darimana.

"Tadi temanku kesini. Apa kau sudah memberikan SIM card ku padanya?"

Dia liu yangyang kakak dari Liu Meng tanpa menoleh sedikitpun pada sang adik yang sedang sibuk dengan sendirinya.

Pemuda yaang pernah tinggal di Jerman tersebut masuk kedalam ruangan menjadi tempat ia tidur. Pakaian yang berlapis Hoodie dan jaket ia lepas dari tubuhnya, kemudian ia letakkan diatas keranjang.

Liu yangyang mendudukkan diri diatas kursi dalam kamar tidurnya. Laptop ia keluarkan dari tas hitam, seharian ini ia begitu sangat kelelahan tak seperti biasanya.

Yangyang awalnya fokus pada laptop teralihkan saat sudut matanya mendapatkan benda kecil tak sampai seruas jari tangannya berada diatas meja. Seharusnya benda itu kini ada pada Renjun.

"Kau bilang sudah memberikan SIM card ku pada Renjun"

Yangyang langsung menghampiri adik perempuannya, lelaki itu berdiri menjulang tinggi didepan sang adik yang duduk dan masih sibuk dengan ponsel.

"Ya aku telah memberikannya" jawab Liu Meng dengan yakin, sangat jelas tadi siang ia memberikan sebuah SIM card pada pemuda yang lebih pendek darinya.

"Lalu ini apa?"

Yangyang menarik handphone dari genggaman sang adik, kemudian ia menyodorkan sebuah kartu SIM berwarna tepat didepan wajah anak perempuan itu

"Tunggu... bukankah SIM card yang kau maksud itu diatas meja diruang depan?"

Lelaki yang lebih tua langsung melotot tak percaya, ia lempar SIM card diujung jari pada sang adik. Dengan kasar ia tarik rambut coklat miliknya dengan kuat.

"Sial",umpatnya.

SIM card yang diberikan oleh adiknya adalah kartu yang salah. Yangyang merutuki kecerobohannya sendiri, ia lupa menaruh SIM card yang diberikan oleh kekasihnya yang bisa membahayakan nyawa Renjun temannya.

Sang adik yang tak tahu menahu cuma diam memperhatikan sang kakak yang tampak panik . Dipegangnya kedua pundak sang adik oleh yangyang dengan keras.

"Dengar... aku akan pergi untuk memastikan sesuatu-

Kau dirumah jangan keluar ataupun menerima tamu "

Setelah berucap demikian anak lelaki dari keluarga Liu itu bergegas keluar dari rumah dengan terburu-buru usai mengunci pintu pagar rumah. Meninggalkan sang adiknya yang penuh tanda tanya untuk sang kakak.

Jantung yangyang begitu berpacu cepat takut Renjun yang tak tahu apapun menjadi korban kelalaiannya. Dalam perjalanan mengendarai mobil kecil miliknya, yangyang sesekali menelpon Renjun yang tak kunjung mengangkat telpon darinya.

Lagi yangyang mengumpat untuk kesekian kalinya hari ini setir mobil ia pukul dengan kuat, rasanya kepala pemuda itu ingin pecah sekarang juga. Menancapkan gas melaju dengan kecepatan tinggi, Mobil yang di gunakan yangyang kini tertuju pada kediaman Renjun yang tak jauh dari daerah kampusnya.


- SIM - CARD -




SIM CARD | JAEMREN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang