15

5.6K 416 19
                                    

Hari masih gelap, tubuh yang ada didalam mobil bergerak kaku, tenggorokan serta bibirnya yang kering berusaha mengeluarkan suara.

Nafas Renjun tercekat menatap sosok yang memangku dirinya. Lelaki bermarga Na yang menculik dirinya tengah menutup mata tersandar pada kursi mobil.

Renjun menatap sekitar berusaha mencerna dimana ia berada sekarang. Ia baru ingat jika ia sedang berada disebuah club, lalu mengapa bisa dirinya bisa ada disini?

Didalam mobil yang dingin, Renjun meraba dirinya yang tidak memakai sehelai benangpun.  Pikirannya masih berusaha mengingat dan berpikir, detik berikutnya mata Renjun melotot sempurna saat sadar jika dia dan lelaki didepannya sama sama tak berpakaian.

Renjun bergerak gelisah karena merasakan sesuatu yang aneh pada tubuh bagian bawahnya, ia berusaha bangkit tapi satu tangan besar mendorong dirinya kedepan hingga Renjun mendesah kuat, tangannya mencekram bisep Jaemin melampiaskan tekanan kuat yang menghantam titik nikmatnya.

"Harusnya kau lebih berhati-hati," serak Jaemin membuka mata menatap langit langit mobil, tak beranjak lelaki itu dari diamnya yang masih bersandar pada kursi pengemudi.

Renjun dengan wajah merahnya menatap Jaemin yang menutup wajah dengan satu tangan, lelaki itu bergerak menimbulkan gejolak pada perut Renjun.

"A-apa ah!" Suara Renjun tertahan ketika tubuhnya di bawa naik turun oleh tangan besar Jaemin.

Lelaki bernama lain Nathan itu menggeram merasakan sesuatu yang nikmat untuk kesekian kalinya. Cahaya remang dari lampu jalan dan suasana yang sunyi membuat aktivitas yang mereka lakukan sangat terasa panas dan nikmatnya.

"Ah pelan, ini..." Wajah merah Renjun tertunduk, jari jari kakinya tertekuk saat hantaman kuat diberikan pada tubuh bagian bawahnya.

Renjun yang tak bisa menahan hal yang diberikan langsung memeluk erat leher Jaemin, tangan lelaki Huang merambat naik mencengkeram rambut Jaemin menyalurkan rasa yang ia rasakan. Nafas itu tak beraturan bersamaan suara yang lirih membangkitkan nafsu Jaemin.

Wajah yang tadinya bersembunyi, Jaemin arahkan dengan tangannya untuk menghadap muka. Bibir tipisnya Jaemin arahkan mengecup bibir mungil Renjun yang terbuka, disela sela pergerakan yang ada Jaemin berusaha mengubah keringnya bibir Renjun menjadi lembab oleh Saliva miliknya.

Tetes tiap tetes bening yang ada didalam mulut telah banjir di dagu Renjun, lelaki Huang itu mendongak meraup oksigen yang tertunda oleh perbuatan Jaemin.

Saat rasa itu terus datang mengenai titik nikmatnya, Renjun merasa tak bisa menahan dan mengadu pada Jaemin lewat desahannya.

Satu hentakan yang kuat dari lelaki leo-Renjun dapat merasakan sesuatu akan meledak,"J-jangan didalam"  ujar Renjun dibalik perpotongan leher Jaemin yang tak diindahkan oleh lelaki jangkung itu.

Jaemin malah menekan kuat tubuhnya dan tubuh Renjun, ia bernafas lega karena hasratnya telah terpenuhi masuk kedalam tubuh bergetar orang di pangkuannya.

" kau penuh sekali."

Renjun menegang ketika Jaemin berucap demikian, usapan halus mampir pada punggung sang aries yang masih bergetar merasakan lelehan hangat yang tak henti hentinya mengalir masuk kedalam tubuh bahkan beberapa keluar disela sela penyatuan mereka.


  - SIM     -    CARD -

Matahari telah menampilkan cerahnya, Jaemin keluar dari mobil yang ia bawa. Dipintu lainnya Renjun ikut keluar, dengan sigap Jaemin datang membantu Renjun yang kesulitan berjalan.

Kejadian barusan tak luput dari pandangan seseorang yang baru saja selesai dengan sesi melapornya pada Ken.

" Apa yang terjadi?" Lelaki dengan mata sipit datang menghampiri Jaemin dan Renjun, matanya menelisik penampilan dua orang yang jauh dari kata baik. Terutama si mungil Maret yang memakai pakaian kebesaran milik Jaemin.

Lelaki bernama lain Jovan mengembang kempiskan hidungnya yang merasakan bau aneh, ia menatap curiga dua orang depannya ini.

" Kalian bau sperma," ujar Jeno blak blakan, mata itu menyipit menatap sang teman dan lelaki mungil secara bergantian. Alis lelaki itu naik turun, ia sadar apa yang telah dilakukan oleh dua orang itu.

Renjun yang masih dipegang oleh Jaemin seketika menegang, kepala sang April melirik patah patah pada pemuda Agustus. Renjun bingung, dia harus bagaimana sekarang?.

" Sialan. Berkaca sana! itu berasal dari kau yang bercinta dengan lelaki itu" lantang Jaemin menuduh balik Jeno, sebenarnya lelaki kelahiran Agustus itu malu karena dipergoki melakukan hal iya iya oleh sang teman.

" benarkah?" Jeno menunjuk dirinya sendiri, menatap Renjun yang menatap tanpa ada niatan berbicara.

" Hidung saja yang besar, tapi tak berguna sama sekali" ketus Jaemin.

" Benarkah? Aku sudah mandi" Jeno mencium pakaian yang ia gunakan dengan wajah polosnya.

Jaemin tak mempedulikan Jeno yang masih sibuk berbicara, ia membawa pergi Renjun masuk kedalam.

Sampai disebuah kamar, Jaemin langsung membantu Renjun masuk kedalaman kamar mandi. Selagi Renjun sibuk membersihkan diri, Jaemin menyiapkan pakaiannya untuk si mungil.

"Pakai ini" Jaemin menyodorkan pakaian yang ia siapkan tadi. Baju kaos putih dengan training bercorak garis putih disisi kiri kanannya.

Renjun menerima pakaian yang diberikan, tanpa sepatah katapun ia langsung mengenakan pakaian tersebut.

" Aku akan pergi sebentar, sementara itu disini saja." ujar Jaemin berdiri didepan Renjun yang telah duduk ditepian kasur. Tak biasanya ia harus berpamitan pergi pada orang lain.

Entah mengapa sekarang rasanya atmosfer canggung di sekeliling mereka berdua begitu ketara hingga mencekik pita suara.

Renjun mengangguk paham saja, si mungil Maret tak tahu harus bersikap apa. Sampai sebuah tangan besar itu mampir mengusap rambut basah pemuda aries, setelahnya si pelaku pergi keluar.

  - SIM     -    CARD -

Lama ditinggal sendiri, Renjun dengan wajah pucat memeluk perutnya yang tak diisi seharian ini. Entah kemana Jaemin pergi, lelaki itu tak kunjung kembali yang katanya pergi sebentar saja.

Ingin keluar dari kamar, berdiri saja rasanya Renjun tak mampu jadilah lelaki aries pasrah berdiam diri dengan perut keroncongan.

Renjun berbaring diatas kasur yang lumayan empuk, ia meringkuk, menutup mata membawa diri untuk terlelap, berusaha melupakan rasa lapar yang mampir.

Tepukan Renjun rasa ketika baru menjemput tidurnya, dari kaburnya mata yang baru terbuka ia melihat Jaemin yang membangunkan dirinya.

" Bangun, kau belum makan" ujar lelaki itu membawa tubuh Renjun bangkit dari tidurnya.

Jaemin memandang lamat sosok kecil yang terduduk dengan pucat, Jaemin menghela nafas panjang karena kelalaiannya tak memperhatikan waktu dan memilih sibuk dengan perbincangan yang menguras emosi bersama ken, mengakibatkan dirinya melupakan Renjun yang ternyata sudah seperti orang sakit.

Sebuah nampan berisi makanan instan dan air mineral Jaemin bawa keatas kasur. Renjun masih dalam kantuk mengucek matanya, bau harum yang menggugah selera mulai tercium diindra penciuman.

" Hanya ada ini "

Semangkuk Ramen diberi sosis dan telur setengah matang disodorkan pada Renjun.

--------------------

Wleo wleo momen👀

Cie Nathan Wleo Wleo kiw kiw cukurukukkkkk

SIM CARD | JAEMREN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang