9

4.1K 440 11
                                    

Monitor itu menyala, menampilkan gambar seorang lelaki yang sedang berkutat dengan kertas yang tertempel pada dinding kamarnya, mencari setiap hal yang perlu ia temukan demi mendapatkan petunjuk mengenai target yang selalu berhasil lolos dari kejarannya, hal itupun yang dia lakukan tak luput dari pandangan si pengamat yang fokus duduk didepan monitor dengan secangkir minuman soda ditangannya.

Pemuda didepan layar pengintai tergelak melihat wajah prustasi orang yang diawasi namun terkadang ia gagal fokus oleh objek tersebut, si pengintai kerap kali menatap objeknya dengan tatapan terlena juga sekali menegak ludah dan menjilat bibir karena menangkap perilaku orang yang diawasi begitu memancing.

Dan kelakuannya juga dilihat oleh partnernya Nathan yang datang membawa beberapa bungkus makanan ringan kedalam ruangan tersebut.

"Kau terlihat seperti orang yang sedang menonton porno" kata Jaemin menumpukan satu sikunya pada pundak Jeno yang mana orang tersebut hanya melirik dari sudut matanya.

" siapa yang sedang kau awasi? artis bokep?" Tanya Jaemin yang sedang mengunyah makanan ringan yang dibawa tadi, Jeno yang mendengar mulut temannya  berucap sembarangan langsung menyikut perut partnernya tersebut dengan kencang hingga mengaduh kesakitan.

" sembarangan, dia polisi yang berusaha keras membongkar pekerjaan kita dan kemarin dialah orang yang mengetahui tempat persembunyianmu bersama timnya" jelas Jeno menatap Jaemin yang mengusap perutnya lalu kembali mendekat pada Jeno sambil mengangguk.

"Siapa namanya?" Jaemin menatap objek yang ada di layar monitor tersebut bersama Jeno, kini orang yang diawasi telah beranjak dari kamarnya dengan gerakan terburu buru keluar dari rumah.

"Max" jawab Jeno setia menatap objek yang sepertinya menarik atensi pemuda April itu.

Di lain tempat sebuah bangunan kosong telah mereka jejaki selama tiga jam yang lalu, seorang berseragam patroli mendapatkan laporan jika kakak dari seorang anak SMA hilang diculik.

"Kau yakin?" Tanyanya tak percaya menatap seorang berambut pendek dengan pakaian olahraganya yang telah basah oleh keringat.

"Benar. Aku melacak ponsel kakakku dan terakhir lokasinya ada disini" kata gadis SMA itu menyugar rambut pendeknya kebelakang, matanya tak luput dari ponsel yang terus menunjukkan titik koordinat lokasi ponsel sang kakak yang masih terhubung. Dia Liu meng langsung mengambil tindakan cepat melaporkan kejadian yang beberapa jam lalu terjadi kepada pihak kepolisian.

Waktu pulang sekolah yang seharusnya ia dan sang kakak pergi ke tempat pusat pembelanjaan harus terhenti ketika mobil yang dikendarai mogok ditempat yang lengang, lalu beberapa saat kemudian disusul datangnya sebuah mobil hitam yang langsung dari dalam mobil tersebut keluar orang orang berpakaian hitam tertutup membawa paksa sang kakak.

"Apa yang sedang kalian lakukan disini?" Suara lantang ini dari arah samping mengalihkan dua orang yang masih berbincang mengenai tindakan selanjutnya yang harus diperbuat.

"Seharusnya aku yang bertanya, apa yang sedang anda lakukan disini?" Polisi itu langsung mengambil tempat berdiri didepan Liu Meng, menatap datangnya seorang lelaki beralis camar dengan pakaian rumahannya.

"Aku max polisi dari kantor Neo" sebuah tanda pengenal langsung ia tunjukkan, matanya melirik gadis yang serasa tak asing baginya.

"Haii kita bertemu lagi" sapa Liu Meng melambaikan tangan dibalik punggung polisi patroli.

"Ah kau ... Sedang apa disini?"  Tanya Mark menyunggingkan senyum tipis pada gadis itu.

"Kakakku diculik, tempat terakhirnya berlokasi disini " jawabnya sambil menunjukkan ponsel pintar yang menunjukkan titik merah berupa titik tempat handphone sang kakak.

Mark termangu menatap ponsel tersebut, pikirannya mendadak berputar. Tempat ini adalah tempat para kelompok yang ia selidiki melakukan transaksinya beberapa tahun lalu, Mark datang lagi kesini guna memastikan sesuatu tapi ia malah mendapatkan hal yang tak terduga.

Tak ada yang datang atau berani mengunjungi tempat ini karena telah dilarang polisi dan juga telah banyak menyebar rumor yang menyeramkan.  Lalu bagaimana mungkin? mengapa bisa kakak gadis SMA itu bisa ada disini? Mungkinkah penculik itu ada hubungannya dengan kasus yang sedang ia pecahkan? Apakah kakak gadis SMA ini mereka saling berhubungan? Semakin kuat rasanya Mark ingin memangkas kasus ini.

" nama kakakmu Liu Yangyang kan...?" Tanya Mark yang kini memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana.

"Benar"jawab gadis itu.

"Aku akan membantumu mencari tuan Liu, sekarang kau pulang" ujar Mark menatap gadis SMA yang bergantian menatap dirinya dan polisi patroli.

"Pastikan kau menemukan kakakku " kata Liu meng menatap penuh harap dan percaya pada Mark lalu ia berbalik arah berlalu pergi dari tempat itu dengan berlari.

"Tentu" jawab Mark memandang kepergian gadis itu.

"Menjanjikan hal yang tak pasti itu bukanlah hal yang baik Mark Lee" polisi Hwang berucap, ia mendengus menatap tanpa ekspresi kearah Mark yang kini juga telah menatapnya, " aku Hwang Hyunjin polisi patroli distrik nine" lanjutnya memperkenalkan diri memasukkan kedua tangannya kedalam saku menatap lawan bicara yang telah mengerutkan kening.

" kau kenal aku?"tanya Mark.

"Siapa yang tak kenal Mark Lee alias max si polisi yang masih stuck dengan kasus yang sama selama beberapa tahun ini " Hyunjin berjalan mendekat kearah Mark mensejajarkan tubuh mereka, "Kau tak bosan dengan kasus itu? Kau tahu... kasus yang sedang kau tangani itu bukanlah sembarang kasus, lebih baik kau berhenti saja dari pada buang buang tenaga"

"Atas dasar apa kau berkata demikian?" Ucap Mark pelan menatap manik orang didepannya.

"Aku hanya memperingatkan saja" kata Hyunjin di telinga Mark lalu ia berjalan berlawanan arah menyenggol sedikit pundak pemuda kelahiran Agustus itu.

Mark menahan nafasnya, ia memutar badan, tangan pemuda itu mengepal kuat tak terima dengan ucapan polisi patroli yang baru saja dia temui.

"Kau sam polisi dari distrik nine, kau polisi yang juga pernah ikut bekerja sama dalam kasus ini" lantangnya suara Mark memberhentikan gerakan Hyunjin.

Polisi patroli itu kini mengepal tangannya kuat ketika orang yang hendak ia tinggalkan juga mengetahui tentang dirinya.

" Sam...Kenapa berhenti dari tugas mu yang belum selesai itu? Apa karena teman mu terbunuh dalam penyelidikan kasus?" Mark berujar lagi dengan keras didepan gedung yang hanya ada mereka berdua.

"Diam!" Bentak Hyunjin lalu ia kembali melanjutkan jalannya dengan cepat,ia bergegas pergi dari tempat yang penuh dengan gedung gedung kosong ini. Dirinya tak mau mendengarkan suara Mark yang terdengar di telinga sebab semua yang ia dengarkan hanya membawa Hyunjin kembali pada kejadian dimasa lalu yang membuat hati pedih atas rasa kehilangan yang mendalam.

Telah sehari semenjak kejadian kemarin, kini ia pergi ketempat gelap yang seharusnya tak ia injakan sendirian. Renjun berjalan ragu dengan kaki pincangnya menyusuri lorong yang entah membawanya kemana. Harusnya tadi dia menunggu saja didalam kamar, tetapi karena hasrat yang sudah tak tahan jadinya ia nekat dan malah membawa diri tersesat dalam buramnya penglihatan.

Tak terlalu gelap tempat yang diinjak sehingga Renjun masih bisa melihat samar keadaan sekitar, dingin tembok juga lantai yang terbuat dari semen menimbulkan gejolak lain pada diri Renjun yang bertumpu pada dinding, berusaha membawa diri ini ke ujung lorong.

Harapan Renjun saat tiba diujung lorong ia akan menemukan Jaemin atau siapapun yang bisa membawanya menyelesaikan hasrat ke kamar mandi, namun yang ia lihat adalah pemandangan seorang yang terbaring dilantai dengan tangan yang terikat, wajah itu telah penuh dengan rembesan darah.

Mata Renjun seketika membola melihat kepala itu ditarik keatas, wajah yang penuh darah itu adalah orang yang ia kenal, rasanya Renjun tak percaya. Suara pemuda kelahiran Maret akan keluar ingin berteriak kencang saat besi sebesar lengan itu di hantam menuju badan kurus yang telah terkulai, beruntung lebih dulu mulutnya ditahan oleh sebuah tangan besar dari arah belakang.

Renjun melirik dari sudut matanya, itu adalah Jaemin yang berdiri sedikit menyender pada dinding. Pemuda itu ikut menyaksikan kejadian dimana Liu yangyang dipukul habis oleh seseorang.

"Kenapa kau bisa sampai disini? Bukankah kakimu itu tak bisa berjalan?" Bisik Jaemin tepat ditelinga Renjun.

SIM CARD | JAEMREN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang