13

3.5K 344 10
                                    

⚠️

Jika tahu begini akhirnya, Mark menyesal datang ketempat yang ia kunjungi kemarin malam. Lebih baik ia tak tahu apapun, termasuk mengenai ketua timnya yang ternyata bekerja sama dengan sekelompok orang yang menjadi buronan.

Usai mendapatkan pukulan serta obat bius karena melawan, kini Mark terjebak disebuah ruangan yang tak diketahui tempatnya dimana, bersama seorang lelaki yang mencekokinya dengan sebuah minuman hingga tubuhnya lemas tak berdaya diatas kasur tanpa pakaian.

Lelaki yang ia ketahui salah satu dari dalang kasus yang sedang ia selidiki itu datang menciumnya tepat dibibir, kelakuan bajingan lelaki berhidung besar ini tak bisa Mark tolak. Tubuh lelaki Canada itu telah pasrah bahkan ketika perlakuan selanjutnya.

Suara telpon berbunyi disaat penyatuan itu terjadi, Jovan alias Jeno tak berhenti dari kegiatannya. Lelaki April itu tersenyum senang melihat orang dibawah badannya menampilkan raut wajah kesakitan. Kembali ia lesakkan dengan kuat miliknya kedalam tubuh itu tanpa mempedulikan suara rintihan yang terdengar.

Ponsel yang tergeletak dinakas sebelah kasur berbunyi lantang, mengganggu aktivitas sang dominan yang sedang menggerakkan benda tak bertulang miliknya. Dengan sekali gapai Jovan ambil benda elektronik tersebut dengan kasar.

"Apa?" Ketus Jovan tak terima ketika kegiatannya diganggu begitu saja, kembali ia lanjut menggeram ketika miliknya diremas kuat oleh orang yang ia masuki.

" Wow santai Jovan, omong omong kau sedang apa?" Suara dari sebrang sana terdengar, dia adalah Andy yang selalu saja mengganggu bagi Jovan.

"Menurutmu?" balas Jovan yang sebenarnya tak minat melangsungkan panggilan telepon.

Diseberang sana jisung alias si Andy Park mengerutkan dahinya, ia melirik Jaemin yang ada disebelahnya. Lelaki Leo itu sedang menatap penasaran dirinya yang sedang berbicara pada Jovan yang tak nampak lagi batang hidungnya semenjak dua hari.

"Jangan bilang kau melakukannya dengan jalang dari club" ujar jisung asal, pasalnya ia mendengar suara aneh dari panggilan telepon Jovan.

" Mana mungkin, kau tahu aparat negara lebih enak " jawab Jovan dengan seringainya dibalik panggilan yang sayangnya tak bisa dilihat oleh jisung.

" Shit Jovan pasti si Max itu kan. Jangan bilang kau bercinta dengan polisi yang ingin menjatuhkan kita." Raut jisung berubah, air mukanya berubah datar.

" Why not Andy?" Suara Jeno terdengar samar seperti menahan sesuatu.

"Sial. Ku tutup saja telpon ini muak sekali mendengar suara dosa kalian" jisung mengumpat banyak dalam hati, yang tadinya khawatir pada Jeno yang tak kembali, perasaan itu ia hilangkan. Untuk apa menghawatirkan si hidung besar yang ternyata sedang melakukan hal iya iya bersama seorang yang berusaha menangkap mereka. Dan saat menutup panggilan entah apa yang diperbuat oleh Jeno hingga suara erangan dan desahan terdengar sangat jelas dibalik handphone milik jisung.

Berakhirnya panggilan sepihak tadi timbullah suara tangis minta berhenti, dan sayang suara itu diabaikan oleh sang dominan yang terus menghentak kuat miliknya kedalam tubuh yang ada dibawahnya. lelaki bernama lain Jovan itu tergelak melihat polisi yang tadinya begitu sombong ingin membuatnya membusuk dipenjara kini beralih memohon meminta ampunan pada dirinya.

" kenapa menangis?"Jovan bertanya dengan lidah yang menjulur menyentuh sisi samping wajah Max.

" tak ingin menyobek mulutku?" Lanjutnya berbicara pelan dengan nafas yang memburu menikmati perbuatan yang dia perbuat.

" bukankah sebelumnya kau ingin menyobek mulutku? Kenapa tak dilakukan hm? Ayo lakukan sayang."

"Atau kau ingin aku yang melakukannya? Jika aku, maka bukan mulut ini saja yang akan sobek nantinya, tapi yang lainnya juga akan ikut sobek" ucap Jeno yang tak mampu terdengar oleh Mark yang kepalanya sudah pusing bukan main.

" sialan nikmat sekali, jadi begini rasanya bercinta dengan seorang polisi" ucap Jeno menikmati setiap hal yang ia perbuat pada Mark.

Sementara itu tiga orang berbeda tinggi didalam sebuah mobil diam mematung saat mendengar suara dari panggilan yang dimatikan oleh jisung. Ya, didalam mobil tak hanya Jaemin dan jisung, melainkan juga ada Renjun yang dibawa ikut.

Mendadak atmosfer yang ada didalam mobil berubah menjadi panas dan canggung, semuanya disebabkan ole Jovan. Niat ingin mencari lelaki Samoyed yang tak kunjung kembali selama dua hari itu, ternyata ia tengah melakukan hal tak terduga.

"Andy bisakah kau turun dari mobil" perintah Jaemin tanpa menatap lawan bicara, tangan lelaki itu menggenggam setir mobil begitu kuat.

Jisung menaikan satu alisnya, menatap Jaemin yang jika diperhatikan sedang curi curi pandang pada spion yang menampilkan bayangan Renjun. Sadar apa yang terjadi, jisung mangut mangut sambil tersenyum samar mengiyakan perintah Jaemin dan keluar dari mobil.

Ketika pintu mobil telah tertutup suara pintu lainnya juga ikut berbunyi dan mengalihkan perhatian jisung terhadap lelaki pendek yang terpaksa ikut dengan mereka.

" Kau kenapa ikut turun?," tanya jisung pada Renjun yang berjalan kikuk.

" bukankah tadi disuruh keluar" jawab Renjun.

" kau tidak, hanya aku" tunjuk jisung pada dirinya sendiri, "Lihat dia ingin melakukan yang seperti ditelpon tadi dengan mu" sambil tersenyum nakal jisung berujar menunjuk dagunya pada Jaemin.

Jaemin yang disebut demikian langsung menoleh dengan menatap horor jisung ,
"Apa? aku? Hoi tidak."

" Brengsek sekali mulut Andy Park itu" gumam Jaemin, padahal ia memiliki alasan lain menyuruh jisung untuk keluar dari mobil.

  - SIM     -    CARD -

Entah kenapa gw takut sama Jovan yang lagi Wleo wleo 💀

SIM CARD | JAEMREN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang