24

1K 115 7
                                    

Malam yang kini lengang harus Renjun isi dengan berjalan kaki tak tentu arah, mata lelaki mungil itu begitu sembab akibat perasaannya yang bercampur aduk.

Disaat hidup tak sesuai dengan keinginan, Renjun harus bertemu dengan orang yang menyebabkan hidupnya menjadi neraka.

Renjun mengusap kasar pipinya ia menghela nafas panjang, dalam kaburnya penglihatan pemuda Huang dapat melihat pada ujung jalan ada seseorang berbadan tinggi berdiri menghadap dirinya. Awal mulanya Renjun tak begitu peduli, lelaki itu ingin mengabaikan kehadiran orang tersebut tapi ketika jarak diantara mereka semakin dekat mendadak mata Renjun melebar tubuhnya mendadak kaku untuk bergerak dan perasaan tak karuan timbul begitu saja.

Renjun dibuat tercekat oleh kehadiran orang tersebut," N-na.." tak mampu lagi bagi pemuda Maret untuk sekedar memanggil nama orang didepannya sebab panik bercampur takut  telah melanda dirinya dalam satu waktu.

Tubuh Renjun bergetar hebat bukan main ketika matanya beradu dengan sosok didepannya yang semakin lama semakin mempersempit jarak diantara mereka dengan menampilkan raut muka yang begitu suram.

Aura mendominasi begitu kuat ketika orang yang membuat Renjun ketakutan berhenti tepat satu langkah didepannya, Renjun tak berani lagi memandang wajah lelaki tinggi itu ia memilih menundukkan kepala membiarkan ekspresi tersenyum itu ditampilkan untuknya.

Renjun menatap waspada ketika satu tangan dari orang didepannya naik menyentuh wajahnya, rasa dingin menjalar dari telapak tangan besar yang lambat laun berubah menjadi usapan halus lalu cengkraman kuat membuat Renjun mendongak dengan terpaksa menatap wajah lelaki didepannya sambil meringis menahan sakit.

Wajah tak asing itu mendekat pada Renjun,"Aku sedang kesal sekarang " adunya pada Renjun yang menangis berusaha melepaskan cengkraman kuat yang tak kunjung lepas.

"Aku sangat kesal. Sangat sangat kesal...melihat tahanan ku ini lari pada orang lain" suara lelaki itu mendesis seperti ular yang ingin membunuh mangsanya, mata lelaki itu menatap intens pada lelaki mungil didepannya yang terus berlinang air mata tapi ia tak peduli karena ia sedang menggebu-gebu karena kejadian kemarin yang membuat hatinya panas bukan main.

Dia Na Jaemin alias Nathan berdecak kesal kemudian tersenyum tipis, ia memperkuat cengkraman tangannya di wajah Renjun membuat anak itu mengadu sakit kemudian lelaki kelahiran Agustus itu mendekatkan wajahnya tepat ditelinga lelaki pendek didepannya.

" Tak peduli pria itu kekasihmu atau bukan, karena tahanan yang telah berada di kurungan ku... akan berakhir di tanganku" ujar Jaemin menekan setiap kalimatnya pada Renjun yang langsung menggelengkan kepala, Renjun memberontak menolak ucapan yang terdengar barusan.

Renjun merasa dikhianati oleh hal yang diperbuatnya sendiri, ternyata ciuman yang sengaja ia lakukan bersama Yeonjun didepan Jaemin tak membuat dirinya lepas dari lelaki Leo ini.

Renjun menangis keras sambil terisak, tangan kecil yang tadinya bergelantungan berusaha menjauhkan tangan besar Jaemin kini beralih memukul mukul Jaemin dengan gerakan lemas, sementara itu tangan Jaemin beralih membawa tubuh Renjun pada dekapannya. Jaemin mengusap punggung Renjun yang bergetar, lelaki Leo itu diam ketika mulut si mungil memohon mohon padanya, Jaemin tak ingin peduli jadi ia menganggap permohonan dari mulut Renjun hanyalah sebuah angin lalu saja.

Lama Jaemin memeluk Renjun sampai satu tangannya yang memeluk punggung kecil didepannya terlepas begitu saja untuk mengambil sesuatu dari saku jaket kulitnya.  Awalnya jaemin tak ingin memakai benda ini namun jika dipikir pikir lagi jika ia tak menggunakannya saat ini juga Renjun bisa lari meninggalkannya dan pergi pada orang lain.

Setelah mengambil benda yang ada didalam saku, Jaemin membawa tangannya naik menyentuh tengkuk Renjun. Disana Jaemin usap halus kulit Renjun dengan nyaman,  lalu detik berikutnya Renjun mendongak menatap Jaemin dengan  rasa sakit menjalar dari sebuah jarum suntik yang sudah tertancap menembus kulitnya. Tak menunggu hitungan menit untuk cairan asing masuk ke tubuh Renjun, setelah itu  pemandangan lelaki Maret itu menggelap dengan tubuh yang bersandar pada Jaemin, tipis tipis Renjun mendengar suara mobil datang hingga lelaki Maret itu tak sadarkan diri sama sekali.

  - SIM     -    CARD -

Dalam tidurnya Renjun berkeringat banyak, wajah pucat itu berkerut, mulutnya yang kering bergumam tak jelas membuat lelaki Leo yang duduk ditepian kasur sedikit panik. Tubuh toples Jaemin yang hanya mengenakan celana hitam dililit gasper condong  kearah sosok mungil yang hanya ia kenakan kemeja putih miliknya. Tangan besar Jaemin mengusap dahi Renjun guna menenangkannya.

"Sial. Terlalu banyak yang aku suntikkan padanya"  sesal Jaemin lalu bangkit dari duduknya menuju satu meja yang satu sisinya tertempel pada dinding yang telah dipenuhi oleh berbagai jenis senjata tajam.

Rokok yang berada diatas meja, lelaki Leo itu ambil kemudian ia nyalakan menggunakan pemantik hingga asap rokok mulai berhembus dari mulutnya.

Sudah beberapa hari semenjak Jaemin membawa Renjun ketempat ini dan semenjak itu ia tak pernah keluar dari ruangan lembab ini yang minim cahaya, dipenuhi bercak merah kering dan juga bau  yang aneh. Jaemin mendorong rambut depannya kebelakang , rokok yang hampir habis ia matikan.

"Sudah bangun?" Jaemin berucap tanpa berbalik arah sama sekali, tangan besarnya sibuk menari nari menyentuh benda tajam yang ada diatas meja secara bergantian. Lama ia memilih akhirnya Jaemin mendapatkan benda yang sesuai dengan keinginannya lalu ia berbalik menghadap kearah kasur dengan tangan yang menggenggam pisau di udara, senyum cerianya Jaemin tampilkan "Kau tertidur sangat lama sekali, aku jadi bosan menunggumu bangun."

  - SIM     -    CARD -

Nabung(Nathan buntung): gue kalah ama pendatang baru? yakali.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SIM CARD | JAEMREN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang