Siaran pertama di hari kedua berakhir baik. Seperti sebelumnya, semua berjalan tanpa kecanggungan.
Setelah siaran selesai barulah mereka sibuk dengan dunia masing-masing. Karsa dengan gawai dan Derana menghindar jauh. Mereka rekan kerja, namun tak akan bisa mengubah waktu dan peristiwa di dalamnya.
"Apa ini?"
"Minuman."
Derana menghela panjang. Bola matanya memutar. Setelah dua bulan dibentengi jarak, sikap Karsa membuatnya bingung sedikit kesal.
"Tidak usah. Terima kasih."
"Ini rasa alpukat. Kesukaanmu."
"Aku ...."
"Dia bilang tidak usah!" Baswara menyela. Muncul dalam keheningan.
"Pak..." ucap Derana dan Karsa bersamaan. Sama terkejutnya.
"Dia bilang tidak usah. Jadi jangan kau paksa."
"O...oke."
"Ya sudah, sana. Bersiap-siap."
"Baik, Pak. Saya permisi."
Baswara mengangguk malas dan Karsa menghilang cepat. Dua orang yang tampak tak saling menginginkan.
"Kenapa Bapak melakukan itu?"
"Saya hanya tidak mau kamu merasa tidak nyaman."
"Tidak perlu melakukannya. Saya bisa mengatasinya sendiri."
Baswara terdiam. Entah bagaimana kalimat Derana begitu mengganjal.
"Maaf," ucap Derana.
"Ah, tidak. Saya yang salah. Sepertinya saya mencampuri cukup jauh."
Derana tersenyum tipis. Cukup meng-iya-kan prasangka Baswara.
"Siap-siap, ya."
Baswara tidak lagi menunggu balasan Derana. Ia pergi dengan langkah lebar. Meninggalkan Derana dengan helaannya yang kesekian.
"Sekarang aku merasa bersalah," guman Derana.
Beberapa kejadian yang bahkan ia tak tahu akarnya, menuntut penyelesaian. Lalu menghakimi untuk akhir yang tak kunjung ditapaki.
Proses siaran dimulai kembali. Tidak ada kecanggunggan. Saling mengenal adalah alasan utama. Empat tahun dengan waktu yang dihabiskan hampir setiap hari tentu tidak singkat. Mereka bahkan saling menggoda tentang kebiasan buruk masing-masing. Tentang Derana yang meletakkan handuk seenaknya, tentang Karsa yang terjaga sepanjang malam dengan game online.
Kebiasan buruk yang membuat mereka tetap saling merindukan. Kebiasan buruk yang mempertemukan mereka setiap minggu di cafe tepi kota. Kebiasan buruk yang mempermaklumkan ego masing-masing. Kebiasan buruk yang membuat mereka menyukuri hal-hal kecil. Kebiasan buruk yang mengingatkan, mereka beruntung saling memiliki.
Lalu Derana menyadari bahwa mereka memang melihat kebiasan buruk yang sama, namun menarik kesimpulan yang berbeda.
Cut!
Arahan Gia mengakhiri siaran. Diikuti riuh tepukan pemain dan kru.
"Derana! Karsa!" panggil Baswara. Masih dalam riuhnya kepuasan para kru.
"Iya, Pak?"
"Menurut saya, supaya produk kita lebih di-highlight, kalian fokus saja mengiklankan. Tidak perlu embel-embel topik pribadi."
"Tapi bukannya itu lebih bagus ya, Pak? Penonton suka dengan gimik-gimik seperti itu," jelas Derana.
"Iya, Pak. Saya setuju," Karsa menambahkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Apakah Kita Akan Bahagia? (END)
Fanfiction📍[LENGKAP] #1-romanceoffice - Film romantis, dongeng tentang Puteri dan Pangeran selalu menyenangkan untuk dibaca karena akhirnya yang bahagia. Tapi apakah kisah selalu berakhir bahagia? Apakah Puteri akan selalu bertemu Pangerannya? Apakah hidup a...