22 "Penyesalan dan Keegoisan"

54 8 0
                                    

Hallo Readers!

Mohon maaf untuk episode ini agak lebih pendek dari sebelumnya 😁
Tapi semoga suka, yaa.

Happy Reading! 🥰
- iaroalix

***

Sudah banyak peristiwa mengejutkan dalam hidup Derana. Dari yang menyiksa hingga yang sulit diterima logika. Seolah memberi penegasan bahwa tak ada yang tahu jalan pikiran Pencipta. Jika punya sekali saja waktu berbincang dengan-Nya, Derana ingin peran berbeda. Lahir dengan garis hidup berbeda. Jadi batu pun bukan masalah. Setidaknya rasa sakit itu tak pernah ada.

Bukan dosa atau penghakiman yang menghentikan Derana memilih kematian. Itu Ibunya. Jika Wuyan pergi, ia tidak akan ragu untuk ikut. Melalui jalannya sendiri.

Belum hilang wajah Baswara dalam benak Derana, hal mengejutkan muncul lagi. Namun kali ini tak ada kesedihan. Sedikit pun.

"Apa yang ...." Kalimat Derana tertahan. Mencari sebutan paling tepat untuk wanita yang saat ini ditatapnya dingin.

"Derana, aku ingin bicara. Aku menunggu di mobil sejak tadi karena Baswara bilang kamu akan datang agak petang. Aku juga tidak tahu ruangan Mamamu sebelah mana," jelas Andrea menyeringai. Berusaha mencairkan suasana.

"Saya tidak ingin bicara. Tolong Anda pergi."

"Ada apa denganmu? Kenapa bicaramu seperti itu? Aku juga ingin mengunjungi Mamamu jika ...."

"Jangan!!"

Andrea tersentak. Bentakan Derana cukup keras.

"Jangan pernah!" sambung Derana.

"Kenapa?? Aku ...."

"Kubilang pergi!"

"Kamu kenapa??"

Derana tidak memberi kesempatan setiap kali Andrea ingin menyelesaikan kalimat. Ia mendekati pintu masuk namun Andrea menghentikan.

"Ada apa denganmu??"

"Lepaskan!" hempas Derana.

"Baiklah. Tapi dengar, jika Baswara melakukan kesalahan tolong maafkan dia. Aku tahu dia sangat mencintaimu. Dan tolong, berikan dia kesempatan."

Derana menggertakan gigi dengan mimik datar yang menakutkan. Begitu banyak sumpah-serapa yang ingin diteriakkan.

Andrea melihat jelas amarah dalam tatapan itu. Sebesar itukah kesalahan Baswara-pikirnya.

"Sebenarnya ada apa?? Kamu yang aku lihat tempo hari dan sekarang seperti dua orang berbeda. Apa kesalahan Baswara sebesar itu??"

Jari-jemari Derana yang luwes awalnya, merapat dengat kuat. Mengepal dengan posisi siap dilayangkan.

"Apa tidak bisa memberinya kesempatan kedua? Apa tidak bisa membicarakannya baik-baik?? Apa kamu tega melihatnya menderita seperti itu?? Apa kamu tega???"

"LALU KENAPA KAU TEGA??!"

Andrea tersentak. Bentakan yang memenuhi hampir seluruh teras rumah sakit itu menimbulkan rasa ngilu entah kenapa. Mungkin karena ini teriakan terbesar yang pernah ia terima.

"Apa maksudmu? Aku..."

"Kenapa tega merebut kebahagiaan orang lain??! Kenapa merusak mimpi orang lain untuk mewujudkan mimpimu??!"

"Lima belas tahun!! Lima belas tahun kami melewati semua penderitaan itu!! Lima belas tahun Mama jadi Ayah sekaligus Ibu!! Lima belas tahun Mama berjuang mati-matian agar kami bisa tetap makan!! Lima belas tahun seorang istri hidup tanpa suami!! Lima belas tahun seorang anak perempuan harus hidup tanpa Ayah!!!"

"Dan semua itu karena KAU!!"

"KAU MERUSAK KEBAHAGIAN KAMI!! KAU MERUSAK KEBAHAGIAANKU!!!"

"Sedangkan kau??! Kau hidup bahagia dengan dua anak kembarmu!!"

"PUAS KAU??!!"

Andrea mematung. Napasnya tersengat dengan rasa ngilu di ulu hati. Matanya ikut dipenuhi air. Membendung hampir menetes. Perasaan sesak yang membawa banyak rasa bersalah. Begitu banyak.

"Ka...kamu Derana Fitly? Anak Luhan??"

Derana mengatur napasnya yang memburu. Mengatur amarahnya yang meledak hebat. Masih banyak yang ingin dikatakan. Masih terlalu banyak. Namun setiap kali kalimat terucap malah membuat luka itu menebal. Ia ingin berhenti sebelum terus menyakiti diri sendiri.

"Anda sudah tahu jawabanya, jadi silahkan pergi! Dan Anda harus tahu, Anda tidak hanya merusak kebahagiaan kami, sekarang Anda juga merusak kebahagiaan Baswara, Adik Anda sendiri!"

Derana berlalu cepat. Meninggalkan Andrea tersungkur. Kedua kakinya mati rasa. Ia ingin menangis sejadi-jadinya namun terlalu terkejut. Ia ingin meminta maaf beribu kali namun ia tahu, berapa kali pun ia tidak pantas dimaafkan.

Bukan cinta yang membawa tumpukan penyesalan. Namun keegoisannya tempo hari. Keegoisan yang baru disesali setelah belasan tahun. Keegoisan yang menyiksa mereka yang harusnya menerima banyak kebahagiaan.

Dan sayangnya, itu tak bisa diperbaiki. Tak akan pernah bisa. Lima belas tahun tidak akan pernah kembali.

***
~
~
~

(Derana dan kesedihannya)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Derana dan kesedihannya)

-

(Semoga readers bisa dapat pelajaran di episode ini, ya. Pentingnya untuk berpikir panjang sebelum bertindak. Karena setiap detik yang berlalu tidak akan pernah bisa kembali dan tidak akan pernah bisa digantikan. 😊)

Apakah Kita Akan Bahagia? (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang