24 "Luka"

48 7 0
                                    

Hallo Readers!

Selamat datang kembali, terima kasih masih setia membaca dan memberi dukungan untuk "Apakah Kita Akan Bahagia?"

Sebagai informasi, ini adalah tiga episode terakhir. Terima kasih sudah sampai sejauh ini menemani iaroalix yang hampir menyelesaikan cerita ini.
🥰🥰🥰

Semoga kalian suka part ini, karena sebelumnya episodenya pendek, episode kali ini iaroalix buat sampai 1k lebih kata, semoga Readers suka.

Jika ada kritik, saran, masukan, typo silahkan komen, ya.

Happy Reading! 🥰
- iaroalix

***

Banyak hal dalam hidup yang membuat kita bersyukur. Namun tak sedikit pula yang membuat mengutuk. Banyak hal yang membuat kita mengerti. Namun tak sedikit yang malah menyesatkan. Banyak hal yang membuat kita tertawa. Namun tak sedikit yang membuat menangis.

Derana ingin bersyukur lebih banyak. Namun berakhir dengan mengutuk lebih sering. Bersedih dan meratapinya. Bahkan setelah beberapa pengalihan yang ia ciptakan. Salahsatunya pekerjaan. Datang ke kantor agar tuntutan kerja mengalihkan rasa sakit. Harapnya.

Namun sudah tiga kali helaan kecilnya terdengar. Menatap buket Lili Lembah di atas meja kerjanya. Tiga hari ini, paginya menatap pemandangan yang sama. Dan seperti sebelumnya pun, serangkai bunga indah itu berakhir di tempat sampah.

 Dan seperti sebelumnya pun, serangkai bunga indah itu berakhir di tempat sampah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kau kenapa, sih??" geram Yoana.

"Kenapa bersikap begitu keras pada Baswara? Juga diri sendiri!"

Derana tidak menjawab, hanya menelan ludah sambil menyalakan komputernya.

"Apa kesalahannya sebesar itu?"

"Sudah kubilang, dia tidak melakukan apa-apa. Kami hanya sudah tidak cocok."

"Hah, hentikan omong kosongmu."

"Sudahlah, Yoana. Aku tidak ingin membicarakan ini lagi."

"Dan berhentilah menyebut Baswara lagi!"

Yoana menghela kesal. Kalimat dan mimik sahabatnya itu tidak sinkron sama sekali.

"Jadi kau akan terus menyiksa diri seperti ini?? Aku juga lelah melihatmu seperti ini!!"

Derana berdiri kasar dan menghentakkan kursi. Lalu berjalan cepat meninggalkan Yoana sedang mengerutkan dahi. Helaan panjangnya masih ditangkap pendengaran Derana.

Yoana menghela panjang kembali. Menyandarkan punggung di kursi. Sedikit rasa bersalah dengan bentakannya.

Kepedulian pada Derana mungkin menyakitinya. Namun keputusasaan yang terpaksa harus ia pandangi beberapa hari ini ikut membuatnya putus asa. Pikirnya, Derana telah menemukan sesuatu yang paling sulit ia dapatkan, sekarang melepaskannya begitu saja tanpa alasan yang jelas. Dengan alasan pun jika ternyata itu pilihannya, seharusnya itu membuatnya bahagia, bukannya terluka lebih parah.

Apakah Kita Akan Bahagia? (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang