15 "Akhir Kisahmu"

44 9 0
                                    

Hallo Readers!
Sesuai janji, iaroalix kembali dengan double update!

Jangan lupa tinggalkan vote and coment!

Happy Reading 🥰
- iaroalix

***

Jakarta, 20 April 2023

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jakarta, 20 April 2023

Karsa melipat tangan. Mencari alasan terbaik untuk meredam amarahnya. Namun setelah menit melebur, amarah itu tidak melenturkan atensinya. Ia menuju titik akhir tanpa mereda.

"Kali ini, ayo benar-benar berakhir."

"Tidak, Karsaa... Berikan aku kesempatan," mohon Cecil di tengah restoran bintang lima itu.

"Sudah banyak, Cecil. Sudah banyak kesempatan yang aku berikan, sudah banyak waktu yang aku berikan, sudah banyak maaf yang aku berikan. Sudah terlalu banyak!"

"Bahkan lima bulan lalu, ketika aku mengatakan bahwa tidak akan menemuimu lagi, aku masih melakukannya. Aku berusaha membangun kepercayaan dengan harapan kamu tidak akan mengulanginya! Tapi apa??!"

"Kan sudah kubilang, yang pertama itu hanya kecelakaan."

"Dan yang kedua kau menikmatinya??!"

"Tidak begitu, Karsa!"

"Hentikan!!"

Cecil kembali merapatkan pantatnya di kursi setelah teriakan Karsa menarik perhatian sebagian besar pengunjung.

"Jika terus seperti ini, kita hanya saling menyakiti."

"Aku benar-benar berjanji kali ini. Tidak akan ada dia lagi. Tidak akan pernah! Dan jika melakukannya lagi, aku benar-benar akan menghilang."

"Kalimatmu persis seperti lima bulan dan tiga bulan lalu."

"Tidak, Karsa. Aku benar-benar serius! Tolongg..."

Karsa menghempas kasar tangan Cecil.

"Bahkan jika aku memberimu kesempatan, kepercayaan itu tidak akan pernah sama lagi. Aku akan selalu curiga, aku akan selalu khawatir, aku akan selalu tidak percaya. Dan itu sangat menyiksa, Cecil. Mengertilah!"

Cecil tidak lagi menyanggah. Air yang menggumpal di sudut mata Karsa menahannya.

Helaan napas kembali terdengar. Mengurai kepedihan dan ngilu setiap kali Karsa menghembuskannya.

"Aku pergi."

"Tidak, Karsa! Tunggu-tunggu..."

"Lepaskan."

"Tapii ...."

"Lepaskan!!"

Sekali lagi teriakan Karsa membuat banyak mata memadangi.

Cecil mendegarkan. Setelah beberapa bulan ini berusaha mencari kesempatan untuk dimaafkan, ia sadar bahwa Karsa bersama keputusan akhirnya. Bahwa tidak ada lagi 'mereka' di antara Karsa dan dirinya.

Karsa melangkah lebar. Meninggalkan Cecil yang duduk mematung di kursinya. Ketidakberdayaan membuatnya tidak banyak merengek seperti sebelumnya.

Cecil menunduk. Kalah pada penyesalan yang perlahan menyelimuti. Penyesalan yang menyadarkan bahwa benar ia telah menerima banyak maaf. Dan ia menyia-nyiakan itu.

Lalu kesadaran itu menumpahkan banyak air mata. Air mata bersama rengekan yang sejak tadi ditahan. Kemudian menjadi lebih deras ketika Cecil mengerti bahwa air mata sebanyak itu pun tidak bisa memperbaiki kesalahannya.

Air mata sebanyak itu tidak bisa membawa Karsa kembali.

....

Bahkan setelah banyak ajakan keluar makan siang, suara ketikan Derana masih terdengar lantang.

"Tidak makan siang?" ucap Yoana sambil menutup tas bekalnya.

"Nanti saja. Tanggung. Lagipula aku juga bawa bekal."

"Ooh. Ngomong-ngomong bagaimana kalian?" tanya Yoana tidak menghilangkan nada menggodanya.

"Baik-baik saja."

"Sangat baik sepertinya." Candaan Yoana membuat keduanya terkekeh.

"Tapi aku sangat bahagia melihatmu tersenyum seperti ini lagi. Mengingatkan pertemuan pertama kita."

Derana kembali tertawa.

"Beda sekali saat kamu masih bersama Karsa."

"Haa... Ternyata memang kita harus sabar untuk bisa menemukan hal terbaik, ya."

"Mungkin seperti itu," jawab Derana.

"Namun sudahlah membawa-bawa Karsa. Pasti dia sudah bahagia dengan pilihannya."

"Iyaa. Maaf."

Keduanya saling melempar tawa.

"Oh iya, baru ingat. Minggu depan aku dan Gino merayakan anniversary kami."

"Benarkah? Selamat!"

"Terima kasih. Dan kami akan membuat pesta sederhana. Mengundang keluarga dan beberapa orang kantor. Kamu datang, ya?"

"Oke. Sabtu 'kan?"

"Iya. Lagipula acaranya malam."

"Baguslah."

"Dan ajak juga Pak Baswara, ya."

"Oke."

"Siip. Kalau begitu aku ke ruangan Pak Budi dulu, mau laporan."

"Oke."

Yoana berlalu, meninggalkan Derana menyelesaikan ketikannya.

Tidak lama Yoana menghilang dari pandangannya, Derana menyelesaikan ketikan. Lalu mengambil tas bekal dan mengeluarkan tiga kotak pelastik bening dari dalam.

Derana termasuk wanita yang suka memasak. Membawa bekal membuatnya terus giat memasak dan tentu lebih irit. Salah satu hal yang Wuyan ajarkan.

Setelah bekal sederhana itu ludes, Derana mengambil sedikit waktu beristirahat memaikan gawai. Cek sosial media dan membalas pesan Baswara. Senyuman tipis sesekali mengambang.

Namun kehadiran Yoana menghentikan itu. Keduanya kembali pada riuhnya tuntutan pekerjaan.

***

Apakah Kita Akan Bahagia? (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang