10.

474 38 4
                                    

୨୧  ┈┈ °☆♡☆° ┈┈ ୨୧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







୨୧  ┈┈ °♡☆° ┈┈ ୨୧





Yohan pun langsung menuju ke kamar Harfian untuk melihat keadaannya.

Ceklek.

Rasanya Yohan ingin menangis saja saat melihat keadaan Adiknya itu yang lebih parah dari pada Delvin, ia merasa bersalah sekali.

"Dek...maafin Kakak." ucap Yohan sembari mengelus rambut Harfian yang kini sedang tertidur pulas di kasur empuknya.

Tes
Tes

Tanpa di sadari air mata keluar begitu saja, dengan cepat Yohan mengelap air matanya lalu memeluk Sang Adik.

"Maafin Kakak ya..." ujar Yohan sekali lagi.

Yohan pun tertidur disebelah Harfian dengan posisi memeluk si bungsu.

Mahesa dan Areksa yang melihat Kakaknya itu pun tersenyum, mereka merasa lega sekali saat memberi tahu yang sebenarnya kepada Yohan.

"Pengin nangis Gue liatnya." gumam Mahesa yang masih terdengar jelas di kuping Areksa.

"Nangis saja."

"Nggak ah entar dikira aneh."

"Nangis bukan berarti aneh buat Lo." celetuk Areksa yang membuat Mahesa terdiam.

"Nangis saja, enggak ada yang bilang Lo aneh Mahes." Areksa memeluk Kembarannya agar bisa menangis dengan leluasa di pelukannya.

"Makasih Sa..."



~o0OO0o~



Hari sudah berganti, kini langit sudah menjadi Cerah kembali.

"Mahesa ajak yang lain ke bawah ya." sahut Bunda sambil memasak sarapan pagi untuk Anak-anaknya dan juga suaminya.

"Siap Bunda." Mahesa dengan cepat langsung ke atas untuk menggedor-gedor masing masing kamar Adik dan Kakaknya.

Singkat cerita, semua Penghuni rumah sudah berkumpul di Ruang makan, mereka sarapan dengan tenang.

"Delvin sudah baikan?" tanya Sang Ayah di keheningan.

Delvin mengangguk.

Promise✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang