Masa SMP

176 103 1
                                    

    " Anak - anak minggu depan kalian akan mendapatkan surat kelulusan " kata pak Nono " mudah - mudahan kalian mendapat nilai yang kalian harap kan sehingga kalian bisa melanjutkan pendidikan lebih tinggi lagi aamiin " lanjut pak Nono. " aamiin " jawab kami serempak. " mulai hari ini kalian tentukan pilihan SMP kalian biar bapak saja yang akan mendaftarkan kalian di sekolah kalian tuju.

     Untuk hari ini sampai minggu depan kalian memasuki masa tenang ya arti nya kalian di rumah saja tidak perlu datang k sekolah, nah untuk surat kelulusan nya dikirim melalui pos, paham ya ! " jelas pak Nono. " ya pak ! " seru kami. " jadi kita boleh pulang pak ? " tanya Siti mewakili kami. " ya, sila kan boleh pulang " lanjut pak Nono. " Yesss, horrreeee terima kasih, pak " teriak kami.

    Suasana kelas sangat ramai dengan gelak tawa teman - teman yang merasa bebas tugas seolah - olah merdeka dari penjajahan hehehehe, penjajahan ? Ya, penjajahan. Bentuk penjajahan yang dipoles mengatasnamakan disiplin, baju tidak boleh dikeluarkan, rambut tidak boleh gondrong untuk laki - laki, tidak boleh pake rok di atas lutut untuk anak perempuan, kuku tidak boleh panjang dan kotor, dan masih banyak penjajahan yang lain nya yang tidak bisa disebutkan satu - persatu. Penjajahan tapi bersifat untuk mendidik kami agar menjadi generasi penerus bangsa yang siap untuk membangun bangsa.

    Kami sadar tanpa disiplin kami tidak akan berhasil dalam menuntut ilmu. Waktu yang dinanti akhir nya muncul juga. Aku tak henti - henti nya berdoa, berharap nilai yang aku dapat kan bisa melanjutkan sekolah yang aku ingin kan. Sejak pagi aku resah menunggu kedatangan pak pos yang membawa sepucuk surat kelulusan, mondar - mandir, bolak - balik tak mau diam, jantung ku berdegup dengan kencang. Seolah - olah hampir copot. " heh lo bisa diem gak sih, dari tadi bolak - balik terus " bentak kak Ocha. Kakak ku yang satu ini memang rada galak. " lo tuh ya dari tadi mbak perhatikan bolak - balik, mondar - mandir lo kenapa sih ? Kek setrika, pusing tau mbak liat nya " cerocos mbak Ocha. " iya deh mbak, Hellen minta maaf karena hari ini adalah hari kelulusan.

    Hellen lagi nunggu pak pos antar surat kelulusan mbak. Itu yang membuat Hellen cemas mbak " jelas ku. " oh gitu toh, selamat ber dag dig dug yaaa " ledek mbak Ocha sambil menjulurkan lidah nya ke arah ku. " mi, itu mi...mbak Ocha nakal " adu ku kepada ibu. " iihh dasar tukang adu lo " sengit mbak Ocha sambil lempar sendal jepit nya kepada ku. " weeekkkk ga kena " goda ku. " sudah..sudah kalian tuh ya kek tom and jerry, ribut mulu.

    Bisa gak sih dengan saudara apa lagi kakak - adik itu mbok yo harus saling menyayangi bukan seperti ini " ujar ibu. " tau tuh Hellen mi, mulai duluan " kata mbak Ocha. " Kok Hellen sih yang disalahin, enak aja. Mbak Ocha dulu mi yang mulai " sengit ku tak mau kalah. " sudah..Hellen..dan kamu Ocha, kamu tuh kakak dan sebagai kakak harus bisa mong mong adik mu bukan kau perlakukan adik mu seperti musuh.

    " Astagfirullah harus dengan kata apa agar kalian mengerti ? " lirih ibu. " ya, mi. Ocha minta maaf " kata mbak Ocha. Yang ditunggu pun akhir nya datang juga, tampak seorang lelaki paruh baya mengendarai sepeda motor berwarna orange dan ada label " kantor pos " tampak datang menghampiri kami, sedang kan sepeda motor nya diparkirkan di bawah pohon jambu depan rumah kami. " permisi, mau tanya bu, bener kah di sini rumah ny saudari Hellen Margaretha Puspa Ningrum ? " tanya bapak tukang pos dengan ramah nya. " iya betul pak, ada yang bisa kami bantu ? " jawab ibu ku. " hmmm begini bu, ada surat untuk dek Hellen, ini bu surat nya " ucap beliau sangat ramah sambil menyodorkan sepucuk surat cinta dari sekolah hehehe. " oh terima kasih, Pak.

   Surat ini sudah ditunggu oleh kami. Terima kasih ya, Pak " sahut ibu tak kalah sopan. " kembali kasih bu, saya undur diri, monggo semua nya " ujar beliau seraya ingin meninggalkan rumah ku. " inggih, Pak. Hati - hati di jalan ya " ucap ibu ku.

   Pak pos kemudian menuju sepeda motor , dengan setia nya menemani pak pos dalam menjalankan tugas. Bayangan pak pos akhir nya menghilang. Aku buka amplop yang isi nya deretan angka hasil Ebtanas dag dig dug detak jantung ku, panas dingin tubuh ku, dan keringat dingin mulai mengucur seluruh tubuh. " Bismillah " doa ku. Ku lihat deret angka nilai bahasa Indonesia 87, nilai Matematika 73, dan nilai bahasa Inggris 65 dengan jumlah total keseluruhan NEM ( Nilai Ebtanas Murni ) 38, 5. "

   Alhamdulillah " teriak ku secara reflek aku melompat kegirangan, menggoyangkan badan, ku angkat tangan dan ku tarik ke bawah sambil teriak " yessss " Ibu cuma bisa tersenyum melihat tingkah laku si bungsu, dan ku lihat ekspresi mbak Ocha yang ikut senang " cieee lagi seneng nih, coba lihat NEM kamu berapa ? Nanti diterima ga di SMPN 1 PERTIWI ? itu kan sekolah bonafide loh, ga sembarangan terima murid dan murid nya pilihan orang - orang cerdas " cerocos mbak Ocha yang coba jelas kan kepada ku tentang sekolah favorit di Desa kami.
   " Bismillah mbak semoga aku bisa masuk sekolah itu dan bisa membanggakan mimi dan bapak aamiin " ucap ku seakan - akan memberikan keyakinan kepada mbak Ocha bahwa aku juga bisa melanjutkan ke sekolah " favo " tersebut.

   "Aamiin, Ocha sebagai kakak kamu ndak boleh seperti itu sama adik mu, jangan membuat dia patah semangat, berikan dia dukungan agar dia semangat untuk bersekolah di sekolah yang dia ingin kan, bukan malah menjatuhkan, mimi ndak suka dengan sikap mu, minta maaf sama adik mu " perintah ibu kepada mbak Ocha. " ahhh mimi selalu saja membela dia, itu sebab nya dia manja mi, yo wis lah mbak minta maaf " kata mbak Ocha.

   Ku lihat wajah mbak Ocha masih menyisakan rasa jengkel karena dinasihati oleh ibu, lalu aku pun menjawab " ya mbak yu ku sayang tenang aja aku sudah maafin mbak. Terima kasih wejangan nya mbak " ucap ku menatap wajah mbak Ocha. " nah, kakak - adik harus seperti itu saling menyayangi satu sama lain, jangan bertengkar mimi tidak suka " ujar mimi bijak sambil mengelus rambut ku dan rambut mbak Ocha. " Oh, ya Hellen rencana mu mau lanjut kemana ? Kalau tidak diterima pilihan ke dua mu sekolah mana ? Pikir kan ya dari sekarang, ya harapan mimi sih kamu diterima di SMPN 1 PERTIWI aamiin " tanya ibu ku dengan penuh harap. " aamiin mi, semoga saja Hellen diterima di sekolah itu sesuai harapan mimi dan mohon maaf apabila Hellen tidak sesuai dengan keinginan mimi karena Hellen sudah berusaha semaksimal mungkin belajar dengan sungguh - sungguh " ucap ku. " ya nak " sahut ibu ku. ( bersambung )

Tuhan, Izin kan Aku Bahagia Ongoing Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang