⋅ ⋅ ── 🦋 ── ⋅ ⋅
"anjai, nge date nih..."
Setelah bel pulang, semuanya keluar dari kelas. Hanya ada mereka ber 3 yang masih berada disana. Fahesa dan Killa cuman hobby menggoda Nea yang sekarang akan bersama teman cowoknya itu.
"Apasih kalian! Kok belum pulang?"
"Iya dong, Mau nge paparaziin kalian dulu, ya ga?" Mereka berdua malah ber tos ria di atas kekesalan Nea.
Tampa menghiraukan Nea langsung pergi meninggalkan kelas, mereka berdua ikut menyusul namun tidak terlalu berdekatan.
Saat Nea sudah bertemu Sean, mereka berdua langsung pasang kamera untuk mem foto secara diam diam.
Karena Nea yang sudah sadar dengan kelakuan sahabatnya itu, ia lari kecil ke depan gerbang. Sehingga temannya tidak bisa memfoto dirinya. Namun Sean yang kebingungan mengapa Nea berlari dengan tiba tiba.
"Kenapa lari?" Tanya Sean, Nea menoleh ke belakang apakah sahabatnya itu masih membututinya atau tidak.
"Hei!" Fokus Nea Ter alihkan sekarang tatapannya langsung kepada Sean.
"Eh? Oh- ga apa apa hehe, ayo jalan, naik bis kan?" Nea kembali berjalan, Sean mengikutinya namun masih bertanya tanya.
**
"Maaf.." hening sekali di bis hingga Sean yang tiba tiba membuka suara.
"Maaf untuk?"
"Iya, seharusnya saya pake motor aja."
"Loh? Justru aku ingin naik bis, supaya tau rute jalan kesana kalo naik bis kaya gimana.."
"Oh,"
"By the way, kenapa kamu ga mau orang lain manggil kamu dengan sebutan Sean? terus kenapa cuman aku yang di bolehin?" tanya Nea, yang tiba tiba.
Sean menutup bukunya, lanjut menatap Nea.
"Mau tau banget atau mau tau aja nih?"
"Ish! Tau ahk!" Nea pasang wajah cemberut dan memalingkan wajahnya.
Sean tertawa dan menepuk nepuk kepala Nea lembut. Jujur, kebiasaan Sean selalu membuat Nea bertanya juga. Mengapa seperti sudah kebiasaannya memegang kepala Nea. Entah itu di usap, di tepuk kecil atau bahkan mengacak acak rambut.
"Karena kamu berbeda." Itu yang baru saja ia ucapkan. Nea menoleh pada Sean yang sekarang tengah menatap jendela bus.
"Jema panggilan untuk orang yang tidak dekat dengan saya. Mereka selalu memanggil saya dengan sebutan Jema karena mereka takut untuk menyebut saya dengan panggilan Sean." Jelasnya,
"hah?" Dirinya malah aneh dengan pernyataan Sean. Bukankah dia sendiri yang menentukan?
"Kamu kan sering marah kalau orang manggil kamu Sean. Makanya mereka manggil kamu dengan nama pertama."
"Itu karena mereka menyepelekan saya."
"Maksudnya?" Nea semakin tidak mengerti.
Sean menghela nafas, dan lanjut berbicara "dulu kelas 1, mereka memanggilku dengan panggilan Sean. Tapi entah mengapa nama itu menjadi sebuah ledekan, katanya 'nama kok Sean? Cecep dong biar keren.' ya saya tidak terima. Makanya saya marah, dan akhirnya saya memutuskan mereka untuk panggil saya Jema saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Tak Sejahat Itu | Na Jaemin
Teen Fiction[updated setiap hari :D] "Tuhan, terima kasih telah menghadirkan dirinya, yang telah mengajarkanku betapa indahnya dunia. Meski sebentar, tapi ia selamanya" -Nea "Na, kamu telah menepati janjimu. Kamu telah menjagaku sebelum pada akhirnya kamu tidur...