DTSI| 15. terigu

8 4 0
                                    


⋅ ⋅ ── 🦋 ── ⋅ ⋅

"Cinta mereka cuma terhalang orang ketiga."

"Ohh.. Helna yah? Kenapa dia jahat banget ya kak? Bahkan udah ngebuat kakak tertuduh jug-" Nea memukul mulutnya. Ini tidak sopan. Mengapa Nea harus berbicara tentang ini. Aduhh!

"Sebetulnya dia tidak jahat.. hanya saja, dia di ambang kebingungan."

"Bingung karena apa?"

"Waktu itu Jibran pernah menolong Helna. Dari situlah Helna mulai menumbuhkan rasa. Tapi Helna tidak mau berlarut larut terus menyukai Jibran. Karena kita sudah menganggap sebagai sahabat satu sama lainnya. Lalu ceritanya Helna mau move on, ada laki laki yang menyukai dirinya. Helna Berusaha membuka hati untuk orang baru. Dan setelah Helna jatuh cinta. Laki-laki itu malah pergi. Nah Helna hanya takut kalau Jibran di perlakukan seperti itu juga." Jelas Sean. Membuat dirinya berfikir ini sangat masuk akal. Helna hanya khawatir pada orang yang ia sayangi akan mengalami hal yang sama dengannya. Nea bersalah sudah menmmandang Helna buruk.

"Tapi kenapa dia tiba-tiba pergi ya? Padahal kan kalian perlakuin Helna baik baik aja."

"Ayahnya." Nea menunggu Sean melanjutkan kata katanya. Tapi tak kunjung melanjutkan itu.

"Ada apa dengan ayahnya?"

"Dalang dari semuanya." Itu kata kata terakhir dari Sean sebelum Sean mengakhiri ceritanya.

Ada sebuah luka di balik ceritanya. Lebih tepatnya semua yang Sean ceritakan adalah luka untuknya.

"Mulai hari ini, kita lakuin sama sama ya? jangan takut lagi." Sean tersenyum simpul. Ia tau bahwa Nea berusaha menghibur dirinya. Mungkin kalau sedang tidak mengemudi Sean sudah mengusap usap kepala Nea.

"Ada tempat yang mau dikunjungin ga?" Tanya Sean.

"Emm.. tidak ada. Memangnya kenapa?"

"Tidak apa apa, mumpung saya sedang bawa motor." Jelas Sean. Nea menggeleng menandakan tidak ada.

"Aku ga pernah punya place list. Kalau ada pasti langsung ke tempatnya di saat hari itu juga."

"Kalau sekarang benar benar tidak ada?"

"Ga ada." Sean menghela nafas. Dirinya sedang tidak mau cepat cepat pulang.

"Kamu kenapa tidak peka sih.." ucap Sean spontan, membuat Nea sedikit bingung.

"Ga peka apa coba? Kalo kamu mau ajak aku kemana baru hayu.. aku bener bener ga punya tempat yang pengen aku kunjungi."

"Hh.. ya sudah lah." Sean sudah tiba di halte yang biasanya mereka turun dari bis. Dari situ sudah tidak jauh lagi ke daerah rumah Nea dan Sean.

"Ih kamu kenapa si?"

"Tidak apa-apa."

"Kamu mau aku pergi kemana emangnya?"

"Rumah."

"Lah? Kan emang aku bakalan ke rumah."

"Rumah saya."

Nea kaku seketika. Maksudnya apa?

Nea pun diam tidak berbicara sedikit pun. Hatinya kini rancu.

"Ada Alisya di rumah," Nea membulatkan matanya senang.

"Hah?! Beneran??" Di lanjut dengan anggukan Sean.

"Iya."

"Ihh mau ketemuuuu" rengek Nea di tambah semangat juga. Sean sudah menduga jawabannya seperti ini. Karena dia selalu memperhatikan Nea dan Alisya ketika di rumah sakit. Padahal baru kenal, namun langsung akrab.

Dunia Tak Sejahat Itu | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang