⋅ ⋅ ── 🦋 ── ⋅ ⋅"mau berpisah? Atau mau ikut? Saya mau ke sebelah sana."
"Dih ngapain harus berdua? Pisah ya tinggal pisah aja kali,"
"Baiklah." Sean berjalan ke arah kanan untuk melihat buku kesukaannya. Kalau di lihat lihat, yang lebih asik dengan buku hanya Sean di bandingkan dirinya.
40 menit berlalu, Nea sudah kenyang baca bukunya. Tetapi orang itu masih tak kunjung bergeming atau bahkan meminta untuk sudah.
Nea menjadi penasaran dan mendekatinya.
"Sean udah bel-" Nea membuka mulutnya tak percaya.
"Kamu ngapain baca sejarah tebel kaya gitu?"
"Hah?" Dirinya tidak fokus mendengar pertanyaan Nea, tapi dengan reaksinya Sean langsung mengerti.
"Oh.. ini. Rame tau! Penasaran sama yang di ceritain Bu Mirna kemarin. Eh ternyata disini ada sejarah selengkapnya. Cuman tebel banget."
"Ya tebel kenapa di masih aja di baca?"
"Karena penasaran, hehe." Nea menggeleng geleng kepalanya heran.
"Lantai satu pelajaran semua ya?" Tanya Sean seraya menyimpan buku sejarah itu.
"Baru juga aku mau ngomong gitu. Ke lantai dua mau ga?" Sean mengangguk dan mengikuti Nea dari belakang. Nea girang menaiki tangga menuju lantai 2. Karena sebenernya Nea sudah tau bahwa lantai 2 pasti cerita cerita fiksi.
Dan benar saja sesampai disana Nea langsung berlari meninggalkan Sean.
"AYANGG, apa kabar!" Nea memeluk buku itu dengan senang.
"Semoga kamu cepet sembuh ya, Nea." Celetuk Sean.
"Ih apaan sih!" Sulutnya tak terima.
"Yang gitu kok di peluk. Ngapain peluk benda mati- omaygatt! Aaaaa! beybi lama tak berjumpa, emwahh!" Ini lebih parah sampe mencium buku yang ia sukainya itu.
(Gws kalian berdua🙏)
Kalau di lantai satu mereka baca secara terpisah dan sekarang mereka baca di satu tempat.
Duduk sambil menyender pada tembok. Mereka sama sama asik dengan buku yang di bacanya. Sean yang tertawa, namun Nea malah nangis tersedu sedu.
"Lucu banget bukunya." Sean telah menghabiskan ending dari bukunya. Begitu pula dengan Nea, sambil menutup buku ia juga mengusap air matanya.
"Kenapa cowoknya harus mati sih! Padahal si ceweknya akhinya suka balik.. kenapa endingnya harus kaya gini..." Ucapnya sedih tapi kesel juga.
"Kamu baca apa?"
"ini." Nea hanya memperlihatkan judulnya. Dan Sean langsung tau dengan buku itu.
"Padahal di sinopsis belakangnya juga udah keliatan loh.."
"Ya tapi kan penasarannn."
"Hmmm. Iya deh.. jam berapa sekarang?" Nea memutarkan tangannya untuk melihat jam.
"Loh? Kok udah jam 4 lagi? Ga kerasa yah waktu tuh."
"Eh serius? Yaudah, tunggu bentar ya? Saya mau ke atas, mau ambil komik bentar."
"Mau apa?"
"Mau beli."
"Dih wibu."
"butuh kaca?." Senyum mematikan. Nea malah tertawa kencang.
"Ikut donggg," ucap Nea seraya merengek.
"Disini aja, cuman ngambil aja kok."
"Ish, aku kan pengen liat liat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Tak Sejahat Itu | Na Jaemin
Teen Fiction[updated setiap hari :D] "Tuhan, terima kasih telah menghadirkan dirinya, yang telah mengajarkanku betapa indahnya dunia. Meski sebentar, tapi ia selamanya" -Nea "Na, kamu telah menepati janjimu. Kamu telah menjagaku sebelum pada akhirnya kamu tidur...