03

30 8 0
                                    

Selamat datang di Komplek Akasia

.
.
.
.

Happy reading

.
.
.
.

Sore hari di komplek perumahan Akasia tepatnya hari Rabu yang biasanya cukup kelabu. Kini masyarakat bahu membahu bergotong royong dalam membersihkan seluruh sudut perumahan untuk menghentikan penyebaran penyakit.

Meskipun berbeda blok, Axell dan Eden tetap ikut bergabung karena kata Bu Imas (Istri Pak RT) akan ada sesi makan bersama setelah bersih-bersih. Mereka mana mungkin melewatkan kesempatan makan gratis nanti kalau ditanya siapa bilang aja nama Aerei.

Aerei sibuk menyapu jalan depan rumahnya yang penuh dengan dauh jatuh dari pohon mangga di depan. "Nyapu tuh yang semangat, loyo banget kek daun." ujar Bang Barren yang lagi ngangkutin buah mangga yang baru aja diambil Pak Rohman, tetangga sebelah mereka yang manjat.

"Daunnya ga habis-habis elah!" Kesal Aerei, ga kelar-kelar perkara dia singkirin daun yang jatuh. Padahal menurut Barren menyapu itu tugas paling mudah.

Di sisi lain Eden sedang mengecat ulang sebuah bangku taman biar terlihat segar lagi, kasihan warnanya sudah usang berabu dan ada sisa-sisa tanah yang menempel.

"Tahu satu hal yang paling gua suka kalau ke perumahan Aerei?"

"Apa?" Eden malas sebenarnya menanggapi pertanyaan Axell yang tiba-tiba datang membawa handuk dan ember entah darimana.

"Jena cakep banget!!"

Astaga, Eden selalu berharap kepala Axell ketiban sesuatu alias lu nggak ngotak banget anjing. Kemudian Eden menoleh ke arah remaja cantik komplek ini yang namanya disebutkan tadi, Jena. Jena memang cantik, dia juga manusia aktif berenergi pokoknya cerewet manis deh.

Rumah Jena itu selisih tiga rumah dari rumahnya Aerei jadi ya masih dikatakan dekat. Setelah berjam-jam akhirnya kegiatan gotong royong itu selesai pukul 18.00 sore. Mereka kembali berkumpul di rumah Pak RT untuk makan bersama.

Yang datang lumayan banyak namun tidak sesak. Jena adalah salah satu contoh remaja yang bisa berbaur, dia lah yang membantu ibu-ibu mempersiapkan dan bisa bercakap-cakap dengan bapak-bapak.

"Hah... Andaikan mama punya anak cewek kayak Jena, senang hati mama tiap hari." Tiba-tiba ada angin disertai halilintar Mama seperti melemparkan gunturnya pada anak-anaknya. Barren langsung pura-pura mengangkat telepon meninggalkan Aerei, Eden, Axell yang tidak punya pilihan kabur.

"Pandai bersosialisasi, asik diajak bicara, ramah, banyak bakat, cerdas di kampus, bisa jaga adik-adiknya. Astaga..JENA!!!" Mama berseru semangat memanggil nama gadis itu. Jena yang dipanggil sontak menoleh, cantik nian dengan rambut dikuncir kuda dan poni tipis yang menjuntai.

"I know ...Mama pengen anak perempuan tapi sumpah demi kumis bang bajaj pasar senen, Jena adalah alasan kenapa gua terancam sebagai anak kesayangan." Aerei berkata dengan menggebu-gebu, kesal di hatinya. Iya, Aerei adalah anak mama.

"Kenapa? Jena merebut perhatian Tante?" Tanya Eden yang entah darimana sudah mengigit sebuah apel. "Dia alasan kenapa dulu SD gua di-bully!!!!" Kemudian Aerei melirik Axell yang diam saja, tolong jangan heran.. Axell sedang tertarik dengan Jena.

Ditengah pembicaraan hangat para warga komplek Pak RT hadir ditengah-tengah sebagai Tuan rumah memulai sambutan sepatah kata. "Selamat malam Bapak-bapak dan Ibu-ibu warga Akasia. Terimakasih sudah meluangkan waktu datang bersama ke rumah saya, hitung-hitung penutup gotong royong kita tadi siang sampai sore. Capek toh..?yo pasti haha..  maka dari itu semoga apa yang telah kita siapkan bersama bisa kita nikmati bersama dengan hikmat. Juga mengucap syukur kita kepada sang maha kuasa atas berkahnya. Semoga warga komplek Akasia yang kita jaga kebersamaannya tetap damai,aman dan tentram..Aamiin."

Tiga Turu Sengklek (TTS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang